Pintu kayu yang sudah reot juga tirai compang-camping dan tak layak itu segera digedor oleh Bu Sekar, "Aminah buka," seru Bu Sekar.
Aminah segera menghapus air matanya dan merapikan sedikit bantal-bantal yang berserakan, bersegera membuka pintu kamarnya.
"Aminah buka, cepat." suara Bu Sekar terdengar menggelegar.
"Iya Bu," sahut Aminah dari balik pintu dengan suara sedikit gemetar, bagaimana tidak dia tidak memakan apapun sejak tadi sore menuju malam.
Bu Sekar nampak tak sabar, ia mendorong dengan kasar pintu reot itu sampai pintu pun terbuka dan kunci kayu itu terlepas, "Anak sialan, gara-gara kau ayahmu itu marah-marah padaku, semua karena mu," tarik Bu Sekar pada rambut Aminah yang terikat satu.
"A-ampun bu, maafkan aku bu," Aminah tampak meringis kesakitan dengan memegangi rambutnya yang tertarik.
"Sa-sakit bu, ampun," pinta Aminah dengan memohon.
"Sekali lagi kau bertingkah akan ku suruh kau tidur diluar malam ini, kau dengar." teriak Bu Sekar.