Benarkan apa yang ada di hadapan itu? Wanita itu? Apa iya dia yang merencanakan ini semua? bukankah ia membenci sosok gadis hina itu? Belum lagi tatapan menohok yang ia berikan, nampak jelas mata itu membencinya, tak mungkin jika kali ini hatinya berbalik arah.
Aminah yang tertegun, dengan suara ketus di hadap pintu itu gemetar, enggan menoleh, apalagi sampai..
"Jangan sampai ia mengusirku dengan lebih hina!" Gusar nya dalam hati.
Langkah sepatu tinggi itu mendekat, terdengar jelas suara hak sepatu itu bedegum di ubin, mendekat kursi tinggi tempat gadis itu dihias.
"Nyonya!" Tunduk seorang pelayan menyodorkan kursi tinggi bernuansa merah tua, dengan kualitas super empuk, tak menyangka jika kursi kesayangan nya itu ditolak kali ini, "tidak!" Ujarnya singkat.
Langkah wanita itu semakin pasti, mendekat ke arah Aminah yang sedang di hias,
Dup..dup..