Chereads / Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 2 - Kehidupan Bumi

Chapter 2 - Kehidupan Bumi

BUMI

Dengan terburu buru Bumi menyalakan kompor minyak tanah di rumah kontrakannya, dia sedang akan menanak nasi, gadis itu bangun sebelum pagi, dia mencoba mencari tanaman di perkaranya rumah yang telah lama kosong oleh pemiliknya, dia bisa menanam beberapa sayur untuk makanan sehari hari mereka, tadi dia memetik beberapa lembar pucuk daun singkong, dia akan merebus dan menumisnya dengan bumbu seadanya di dapur, apapun sajalah yang penting dia dan adiknya bisa makan

" Maaaarrs.. Ayo bangun dan bantu kakak sebentar ! " panggilan Bumi mendapatkan sahutan lemah dari ruang kamar, kedua adiknya yang satu berumur enam tahun dan akan masuk sekolah dasar, sedangkan Mars berumur dua belas tahun dan akan segera menyelesaikan sekolah dasar

Bumi tak memaksa lagi melihat kedua adiknya tak timbul juga membantunya di dapur, pasti keduanya masih sangat mengantuk, mereka bertiga tidur sangat larut malam tadi, ketiganya sibuk membantu pekerjaan di rumah tetangga yang membuka usaha konveksi pakaian, mereka membantu sebisanya lumayan bisa mendapatkan jajan dan untuk tambahan bekal sekolah

Sudah hampir satu bulan ketiga kakak beradik ini hidup begini,orang tua mereka memutuskan untuk menjadi tenaga kerja di luar negri, ibunya yang akan menjadi pembantu rumah tangga dan ayahnya tak bisa melepaskan ibunya sendiri, jadi mereka berdua memutuskan pergi bersama, dan sampai saat ini belum juga ada kabar. Mungkin sulit untuk memberi kabar karena mereka memang tidak punya telepon yang bisa saling menghubungi

Bumi menyeka keringat, hawa panas kompor membuatnya gerah, dia segera mengaduk nasi yang sudah di aron,dengan cekatan tangan gadis itu mengganti kuali dan menurunkan dandang, dia mulai menumis sayur singkong yang telah lebih dulu dia rebus, wangi goreng bawang semerbak seisi ruangan rumah sempit itu, membuat hidung seperti tergelitik dan ingin bersin bersin

" hahahaaa... " Bumi tertawa melihat Mars dan Pluto bangun sambil memencet hidung mereka

" kakak kompor mu terlalu besar " protes Pluto sok tahu

" kakak sengaja ya biar kami bangun " ketus Mars tak kalah ingin protes

" cepat mandi sana, hari sudah mau pagi, lalu kita sarapan bersama.. " Bumi mendorong kedua adiknya tanpa melepaskan sendok besar ditangannya

" kakak hati hati itukan panas " protes Pluto, dia bergidik ngeri dengan ujung sodet yang menguap

" hayooo.. Buruan mandi ! " Bumi mengancam sambil menyodorkan sodet panasnya membuat kedua adiknya mundur dan segera meraih handuk

Pluto dan Mars berlarian menuju kamar mandi, keduanya berebut siapa yang terlebih dahulu, Bumi hanya bisa menggelengkan kepala mendengar pertengkaran kedua adik nya itu, dia segera menuangkan nasi di piring dan membagi sayur tumis yang baru saja dia olah,gadis itu juga menuangkan gelas minum air putih dan menaruh semuanya di meja, setelah dilihatnya kedua adiknya mulai akur dan Mars mengantri di balik pintu Pluto yang heboh mengguyur badan di dalam sana

Bumi tersenyum tipis, dia segera meraih buku buku pelajarannya dan mulai melihat jadwalnya hari ini, dia memastikan sekali lagi buku bukunya jangan sampai ada yang terlewatkan. Gadis itu menyiapkan kedua tas adiknya juga berikut seragam mereka hari ini, semua dia tata rapi di lantai yang baru saja kering dia pel, gadis itu memandang lipatan rapi kemeja seragam adiknya, dia meraih dompet dan menghitung lembaran uang ribuan di dalam sana, dengan berlahan Bumi menarik dua lembar dan menaruh diatas seragam masing masing, dia menarik nafas dalam

" kakak giliran mu.. " ucap Mars berbaju handuk, gadis kecil itu berjoget joget kecil lalu meraih seragamnya dan segera melangkah untuk berganti pakaian, dia membantu Pluto memakai seragam sekolah pendidikan anak usia dini adiknya, walau masih belasan tahun Mars sudah bisa merapihkan seragam Pluto, dia pun akan menyisir rapi adik laki lakinya itu, sesekali mereka akan berdebat dan berkelahi tapi tak apalah itu sudah biasa

Bumi membantu merapihkan pakaian kedua adiknya hingga dirasa sudah maksimal, mereka sudah menyelesaikan sarapans seadanya dan bersiap meninggalkan rumah

" kakak lihat sepatu ku ! " Pluto setengah berteriak membuat Mars menghentikan mengikat tali sepatunya, dan Bumi belum selesai mengunci rumah mereka , kedua kakak itu memperhatikan sepatu milik Pluto dengan seksama

" lihat aku adalah buayaa yang lapaaar... " ucap Pluto mengangankan ujung sepatunya yang sobek, terlihat jelas sobekan itu mengangkat dan memperlihatkan sisa sisa jahitan persis seperti kata Pluto seperti mulut buaya, sobekan itu menmbentuk seperti taring taring tajam

" hahahahaaa.... " Mars dan Bumi kompak tertawa melihat lelucon Pluto

" apa kau bisa berjalan ? " tanya Bumi sedikit memperbaiki ujung sepatu adiknya, dia mencoba memasukkan sisa sisa jahitan yang mengurai panjang, gadis itu mencoba menyimpul hingga tak terlalu tertarik besar

" bisa ka ! Aku masih bisa pakai sepatu ini sampai kakaik lulus sekolah dan bekerja " ucap Pluto dengan wajah polosnya yang riang

" amiin.. kakak akan cepat lulus dan mendapatkan uang " balas Bumi menarik senyum dan memeluk adik kecilnya

" apa ayah dan ibu tidak membelikan kita sepatu baru ? " tanya Mars tak jelas pada siapa, Bumi merangkul keduanya dan emminta mereka segera berangkat sekolah sementara gadis itu mengunci pintu, Mars dan Pluto sudah menjauh, mereka sudah pergi menuju sekolah masing masing yang tak berjarak jauh, Bumi memperhatikan punggung keduanya yang semakin mengecil, langkah ringan kedua adiknya, wajah polos mereka sikap pengertian semua itu sudah cukup untuk Bumi, dia harus semangat dan percaya akan hari esok lebih baik

" kau kami beri nama Bumi karena kami tahu kau adalah sumber kehidupan dari planet lainnya " Bumi tersenyum kecut mengenang kalimat akhir orang tuanya,matanya menerawang menatap langit yang cerah

" itulah aku Bumi di bawah sini, aku membutuhkan langit di atas sana untuk bisa memberi kehidupan.. " gumamnya pelan lalu pergi meninggalkan rumah

gadis itu melangkah perlahan dan tenang, dia memasang headset yang dibelinya dengan harga murah tempo hari dari penjaja jalanan, suara dari kotak kecil mp3 abal abal yang dia beli beberapa tahun lalu masih bisa di gunakan, Bumi mengisi memori dengan rekaman dari gurunya, ada guru yang berbaik hati memberikan materi lebih dalam bentuk digital pada Bumi, bagaimana pun gadis ini adalah bintang kelas, dia berusaha dengan baik sepanjang waktu untuk terus bertahan dan mendapatkan dana bantuan pendidikan, banyak cara yang bisa dia cari asal usaha tak pernah berhenti

Itulah Bumi, kehidupannya tak sebaik harapan tapi kebahagiaan nya tak sesulit menggapai harapan, kedua adiknya yang bisa tertawa riang dan bertingkah konyol adalah pengobat semua kekurangan hidupnya, Bumi tak menyesali takdirnya dia bisa menjalani semua nya dengan baik walau kini terasa sedikit lebih sulit

***

Jangan tertawa karena mimpi berlebihan mu, karena bisa jadi itu awal dari keajaiban -Bumi dan Langit-

* tolong bantu vote, like dan komen ya !

baca juga : aku kamu dan masa itu dan Bukan salah jodoh