Chereads / Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 11 - Diantara pertemanan

Chapter 11 - Diantara pertemanan

" Terima kasih sudah memberi ku ilmu hari ini " ucap Langit malu malu, mereka berdua berjalan berdampingan meninggalkan gerbang sekolah yang sudah hampir di tutup rapat

Bumi tersenyum kecil saja membalas sikap salah tingkah Langit, keduanya melangkah bersamaan tanpa banyak obrolan yang berarti, keduanya malah menunduk memperhatikan jalanan dengan ujung sepatu mereka, mereka berdiam diri dan saling tak berani menatap, degub jantung yang cepat membuat keadaan mereka cangguh sendiri

Langkah mereka terhenti mendapati beberapa pasang sepatu menghadang jalan mereka, Bumi dan Langit segera mengangkat kepala dan terkejut

Miya, Edo dan Max melipat tangan di dada, ketiganya memasang wajah kesal dan sinis

" pantes daritadi di tunggu tak kunjung datang ! " hardik Edo kesal

" kau darimana saja Langit ! kenapa kau dan Bumi bisa.. " selidik Edo curiga, kalimatnya terhenti tatkala sudut matanya menatap wajah Max dan Miya yang menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh arti, Edo harus mempersingkat kalimatnya sepertinya, ada banyak hati yang harus di jaga di sini, batin Edo peduli

" kau darimana ! " ketus Edo

Langit dan Bumi jelas kikuk dan bingung harus menjawab apa

" kalau Bumi baru selesai kegiatan, tapi kalau Langit ? " Miya mencoba membuat opini

" kenapa handpon mu tak bisa di hubungi ? " geram Edo kesal, dia sedang menahan amarah, bagaimana tidak karena menunggu kedatangan Langit santapan yang harus nya lezat jadi hambar karena Edo tak enak melahapnya ketika Miya terus menanyankan keberadaan Langit yang tak kunjung muncul

" kau itu ! " bisik Edo kesal

" ah, hape ku mati, aku lupa cas soalnya, maaf baru tiba aku tadi tersesat " jawab Langit sekenanya saja, dia sempat melirik ke arah Bumi dan tersenyum kecil, Bumi membuang pandangan cepat, dia tahu betul jika berbohong bukanlah keahliannya, jadi lebih baik dia tak terlibat saja

" ko bisa ! " Miya tak percaya, dia segera mendekati Langit dan memeriksa tubuh pemuda itu yang jelas baik baik saja

" kau tidak apa apa kan ? " khawatir Miya dengan wajah cemasnya, Langit semakin terlihat bingung dan kagok dengan tingkah berlebihan Miya, dia lebih tak enak lagi pada Bumi karena Miya mendekatinya dengan spontan dan sangat dekat, Langit menoleh ke arah Bumi, tapi gadis itu malah sedang membalas senyuman Max

" apa kau sudah makan ? " tanya Max perhatian pada Bumi, gadis itu membuat senyum kecil saja membuat Max semakin penasaran padanya

" mau aku antar pulang ? " tawar Max kemudian, tapi Bumi hanya menolak dengan lembut, gadis itu memberikan alasan yang tak terdengar di telinga Langit

Mata Langit terus memperhatikan Max yang berjalan di samping Bumi, pria bule itu jelas sedang usaha mendekati Bumi, Langit tak suka itu, dia tak menyukai senyuman Bumi untuk Max, atau tawaran baik Max pada Bumi, semuanya dia tak suka, wajahnya meraut dongkol

" ah.. apa kau suka macaron " Miya membuka kotak kecil di plastik yang tadi dia bawa, gadis itu mengambil satu berwarna kuning dan menyodorkannya pada Langit

" Langit, apa kau mau macaron ? " tanya Miya lagi, tapi mata Langit masih terus menatap ke sebelah sana

" ahh.. kau tak suka yang manis ya " ujar Miya kecewa dia memasukkan lagi macaron ke kotaknya

" aku, aku suka macaron ! " ujar Edo mengagetkan wajah kecewa Miya, gadis itu tersenyum kecut, Edo membuka mulutnya dengan bingung Miya menyodorkan macaron kecil ke dalam mulut Edo, mereka tertawa bersama

" hahaa.. mulut mu jadi penuh " Miya tertawa melihat tingkah konyol Edo yang memaksakan mulut penuhnya dengan sebuah macaron, pria itu mendesak dengan punggung tangannya untuk menikmati suapan Miya dengan sekali hap

Edo melirik Bumi dan Max yang sudah melangkah lebih dulu, dia beralih pada wajah datar Langit yang jelas terlihat gusar, terakhir Edo menatap tawa riang milik Miya yang tergelitik dengan tingkahnya

" duh.. ini sih bukan cinta segitiga lagi " batin Edo miris, dia hanya menepuk dahi bingung

" Bumiii… " Miya berlari menghampiri Bumi dan Max di depan sana, kedua telapak gadis itu nyangkut di pundak keduanya

" cieee.. kalian cepat sekali akrab " goda Miya pada Max dan Bumi, pria itu jelas tersipu malu

" oiya ini untuk mu ! " Miya menyodorkan kantung plastik yang menggantung di tangannya, dia mendekatkan kepalanya ke telinga Bumi

" aku membeli khusus untuknya, tapi sepertinya dia tak suka yang manis manis " bisik Miya melirik ke arah Langit di belakang sana

Bumi tak begitu mengerti, dia menerima saja pemberian Miya

" kau suka macaron ? " tanya Max, Bumi bingung harus menjawab apa, akhirnya dia hanya memasang wajah aneh

" aku bisa membeli kan mu " ujar Max lagi membuat dahi Bumi berkerut, Miya memasang senyum aneh mendengar kalimat Max barusan, oke mungkin Max hanya ingin menonjolkan kelebihannya batin gadis itu tak mengerti

" oiya, aku boleh minta nomer handpon mu ? " Max mengeluarkan ponsel terbarunya dan menunggu jawaban Bumi, Miya melotot saat adegan di depannya ini begitu mengejutkan dirinya

" pria itu sedang meledek ya ! " batin Miya mulai menduga kesal

Bumi tersenyum tipis, dia tertawa kecil, sepertinya dia sedang mentertawakan diri sendiri

" aku tak punya ponsel " jawab Bumi datar membuat raut wajah Max tak percaya, Max balas tertawa juga

" kau bercanda ya.. " ujar Max diujung tawa nya, Bumi tak ambil pusing

" aah.. ponsel Bumi ru, rusak ! " jawab Miya ikut campur, Bumi segera memasang wajah tak mengerti pada Miya, kenapa dia harus berbohong ?

" ooh, aku akan belikan yang baru ! " ujar Max di balas wajah takjub Miya

" kau serius ! " seru Miya tak percaya, gadis itu menatap wajah heran Bumi dan memberikan sinar mata berbinar binar, plis kali ini jangan menolak batin Miya meminta pada Bumi

Bumi menghentikan langkahnya, dia menatap Max serius, wajah lembutnya berubah tegang

" Max, terima kasih tapi itu tak perlu.. " ujar Bumi dengan sorot matanya yang tajam, dia melangkah cepat meninggalkan wajah wajah melongo di belakang punggungnya

Aku bilang aku tak membutuhkan benda mahal itu, aku juga tak menginginkan lingkaran pertemanan di atas ku, aku tak pernah bahkan hanya memimpikannya, jangan lakukan apapun untuk ku, aku tak butuh belas kasihan dari siapa pun ! bisik batin Bumi terluka, dia menghapus airmata di sudut matanya yang tak bisa ditolak untuk keluar

Max melongo begitupun Miya, sudut mata Miya melirik ke arah Max, dia berharap Max bisa mengerti akan situasi sulit Bumi, pasti tawaran nya tadi melukai perasaan Bumi

Edo dan Langit menatap di belakang Max, mereka berdua pun ikut melongo, wajah mengeras Bumi tadi cukup mengagetkan keduanya, apa yang Max bicarakan hingga Bumi terlihat kesal ? Langit dan Edo saling berpandangan tak mengerti

Langit melirik wajah bingung Max, dia mencari jawaban di raut wajah pria itu, entahlah dia tak bisa mengerti yang pasti kini dadanya terasa sakit, pemuda itu menyentuh dadanya sesuatu bergetar dan membuat rasa berayun yang sakit, Langit tak menyukai wajah sedih dan kecewa milik Bumi tadi.