"Aku tidak bisa menerima bayi yang sudah membuat hidupku hancur!" ucap Nur tidak bisa lagi menahan rasa sedih dan kecewanya pada Rasya yang egois dan sekarang orang tua Rasya yang membencinya.
"Tapi Nur, bayi kamu itu tidak bersalah. Tidak akan adil kalau kamu juga membenci bayi kamu. Kamu telah mendapat anugrah yang besar dengan kehamilan kamu ini Nur. Harusnya kamu bahagia." ucap Mahesa berusaha menasihati Nur agar berpikir jernih tentang bayi yang di kandungnya.
"Bagaimana aku bahagia Mahes, semua terjadi bukan keinginanku. Dan sekarang aku harus hidup dengan bayi yang pasti tidak di inginkan oleh keluarga Dokter Rasya," ucap Nur dengan air mata berlinang.
"Tapi Nur, bukankah kamu sudah mencintai Rasya? Bukankah itu yang terpenting Nur?" Ucap Mahesa dengan tatapan sangat dalam.