Chereads / Matahari Mendung / Chapter 2 - Bersama

Chapter 2 - Bersama

***

Matahari kini sudah beranjak dari tempat peristirahatannya dan mengambil alih pekerjaan bulan,dan bulan harus pergi untuk misi selanjutnya misi menerangi bagian bumi yg tak tersinari kawannya matahari.ayam ayam jago sudah berkokok untuk membangunkan majikannya,orang orang sudah bangun dari tidurnya,dan kini memulai aktivitasnya.tapi,tidak dengan gadis satu ini dia masih asyik dengan mimpinya. Alarm setianya pun masih mencoba untuk membangunkannya.lagi. Namun tetap tak mengusik gadis satu ini.

'tok...tok...tok...'

ceklek (suara pintu terbuka)

"non...bangun" panggil bi ina sambil membuka tirai jendela, agar sinar matahari masuk kedalam ruangan.

"engh...iya bi" sambil berusaha mengumpulkan tenaga nya yang tercerai berai.

"bibik tunggu dibawah ya....sarapan udh siap tuh di bawah"

"siap bibiku sayang..hehe" sambil hormat.

"Ada ada saja..."

Gadis itu segera beranjak dari kasur kesayangannya itu menuju kamar mandi. Karena hari ini dia ada kelas pagi. Dia tidak bisa berlama lama. Hampir membutuhkan 20 menit untuk nya bersiap siap. Sangat cepat bukan. Ya. Dia seseorang yang tidak suka berlama lama. Tapi ada satu hal yang dia suka untuk berlama lama di dalamnya.

"Bik...bik inaa..." (sambil menuruni anak tangga satu persatu)

"Iya non...itu sarapan nya bibik taruh di meja. Makan dulu berangkat" (teriak bi ina dari arah dapur)

"Ga sempat lagi bik...aku bawak aja ya roti nya" ( sambil mencomot satu roti)

Saat hendak berjalan ke arah pintu keluar. Bi ina teriak lagi.

"Susunya diabisin, kalau gitu!.."

"Aaah bibik pun....iyaiyaa deh" teriakku, lalu kembali berjalan ke meja makan. Aku pun langsung menenggak susu itu sampai habis.

"Udah ya bik...aku berangkattt..Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam...hati hati non.." nasihat bik ina sambil membereskan bekas makan ku tadi.

"syiap boss"  bik ina geleng geleng melihat kelakuanku.

Aku keluar rumah lalu bergegas pergi ke halte, dan menunggu bis jemputanku dating hehe~

Dia berangkat ke kampus, dengan menunggu bis di halte yang tak jauh dari apartemen nya. Padahal di bagasi ada sebuah mobil mini yang dapat ia kendarai ke kampus. Tapi menurutnya, akan ribet kalau bawa kendaraan ke kampus. Jadi dia memilih menggunakan bis ke kampusnya, lagipula menggunakan bis dia gak perlu mengeluarkan ongkos minyak, dan ga pusing pusing mikirin tempat parkir. hehe~

Gadis ini kuliah di salah satu universitas ternama di kota yang ia tempati. Ya. Dia bukan orang asli daerah situ. Dia orang rantau, kalau kata orang sih seperti itu. Tapi gadis ini mempunyai kebutuhan yang bisa dibilang lebih dari cukup, kedua orang tuanya pengusaha sukses. Bahkan punya cabang perusahaan sampai keluar negeri. Dia disuruh tinggal berdua dengan bik ina oleh kedua orang tuanya. Tidak diperkenankan untuk dia tinggal sendiri di apartement nya. It's okay. Gadis ini happy happy aja kok. Dia semester 5 tahun ini, tinggal 1 tahun lagi untuknya menyelesaikan study nya disini. Dan melanjutkan mimpinya ke negeri orang . Yaman. Ya dia sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke luar ngeri. Karena baginya itu sebagai tantangan untuk hidup di negri orang.

@kampus

Akhirnya sampai juga, dan apa apa an itu tadi... kenapa dosennya baru ngasih tau kalau dia ga bias masuk hari ini, kalau gitu kan aku bias santai santai dirumah.. kesalku dalam hati. Dijalan menuju kelasku aku bertemu teman sekelasku, dan sedikit bertanya apakah ada yang harus dikerjakan atau tidak, lalu dia memberikan semua informasi yang dia tau kepadaku. Setelah itu mereka pamit dan aku melanjutkan perjalananku ke kelasku.

"Sampai juga..." pamitku pada nya sambil melambaikan tangan dan sedikit senyum. selepas itu aku langsung berjalan menuju kelasku. Lantai 3. Kalau saja ada lift tidak susah susah untuk naik tangga.

Sampai didepan kelas, saat aku hendak masuk terdengar...

Drap...drap...drap... (suara langkah kaki, tidak tidak lebih terdengar seperti orang berlari)

~awasss....mend awasss~

Aku membalikkan badan..'math' seperti mobil yang tidak ada rem, yang siap menabrak siapa saja yang ada didepannya. Dan itu adalah aku. Aku tak bisa beranjak dari tempatku berdiri. Alhasil....

Gubrak...

"Aww....duh math kamu kenapa sih. Lari larian ga jelas. Nabrak kan"

"Duh maaf maaf mend...ga sengaja. Buru buru aku tadi" (membantu mend berdiri)

"Hahhh....iyaiya..."

Dari panjang kali lebarnya aku bercerita. Aku belum kasih tau namaku. Namaku Melody Medhy biasa dipanggil mend. Mendung. Alasan mereka memanggilnya seperti itu karena ketertarikanku terhadap hujan. Yang tadi itu namanya math. Nama aslinya Muhammad Alshams. Dipanggil math karena ada alasan lain untukku. Dia juga temenku dari masa lalu sampai saat ini. Makanya bosan.

"kenapa kesini? fakultasmu sama fakultasku jauh kali lo..." tanyaku kepadanya yang telah duduk di kursi sepanjang lorong.

"main main" jawabnya singkat. Singkat banget. biasanya kalau gini, ada masalah.

"ayo cerita" perintahku padanya sambil duduk disebelah nya. Dia, menatapku heran.

"kok tau sih, peka banget ya" sambil mengangkat tangan nya, yang hendak mencubit pipiku.

"eh....gaboleh" sambil menghindari nya. Untung saja sempat menghindar. Math ini sudah tau aku ini seperti apa. Sering kali kelepasan.

"oh iya...lupa. kalau gitu ayok nikah. Biar bisa pegang pegang" katanya sambil tertawa.

"yaudah cepat cerita" kataku ga sabar menunggunya untuk cerita masalahnya.

"nantik aja. aku kesini cuman mau ketemu kau doang. bukan buat cerita. tapi numpang duduk depan kelasmu" katanya sambil memejamkan mata.

"kalau gitu yaudah, aku masuk. sana pergi kekelas" kesalku padanya. sambil menghentak hentakkan kaki ku ke lantai.

"hahahha, lucu deh med..." sambil tertawa terbahak bahak. Aku hanya memasang wajah kesal kepadanya. untung saja dosen ku tidak masuk hari ini. Jadi, aku bisa berlama lama diluar kelas. Oh ya, dia memanggilku med karena biar sama dengan aku yang memanggilnya dengan nama 'math' dan lagi katanya dia gamau sama seperti yang lainnya memanggilku dengan 'mend' terserah dialah. Haha.

"gajadi masuk kelas ni?" tanyanya sambil melihatku yang tak kunjung beranjak dari tempat duduk.

"ngusir nih?" bukan jawaban yang kuberikan padanya tetapi malah pertanyaan kembali yg kulontarkan padanya.

"orang nanya dia malah nanya balik, gaje deh" kesalnya. Akhirnya dia mengeluarkan handphone miliknya dari saku celananya. Dan memainkannya.

"ehm...math kau nanti lanjut kemana abis lulus S1?" tanyaku. Aku selalu bertanya padanya tentang ini. tapi dia selalu mengelak. Dan aku yang dari dulu ingin mengatakan padanya akan melanjutkan S2 keluar negeri pun akhirnya mengurungkan niat ku untuk mengatakan padanya. Sampai saat ini aku belum tau apa yang ada didalam pikirannya. Math ini susah sekali berbagi cerita kepadaku. Tadi saja dia mengelak untuk cerita. Kesal sekali. Padahal aku selalu berbagi cerita padanya. kita udah kenal bertahun tahun tapi untuk berbagi cerita saja dia masih milih milih. kalau cerita bahagia dia semangat kali memberitahunya padaku. kalau cerita sedih saja dia yang enggan menceritakannya. Aku ini kamu anggap siapa sih Math.

"aku masih belum memikirkannya" jawabnya dengan singkat. kesal sekali. jawaban itu sudah beribu kali aku dengar. Dari yang aku tanya pertama kali sampai saat ini. Jawaban dia tetap sama. Nanti saja deh dilanjut. Mood dia juga lagi jelek. Gara gara masalah yang aku gatau itu apa. Sejak tadi aku tunggu dia untuk bercerita tetapi dia enggan untuk sekedar membuka mulutnya dan mulai bercerita padaku.

"yaudah, temenin makan di kantin yok. lapar. Aku traktir" ajakku. kali ini aku harus tau masalah apa yang terjadi padanya. Harus!

"kalo buat nyogok aku untuk cerita males deh med" jawabnya santai sambil terus memainkan handphone nya. Aku bingung dan menatapnya heran. Dari mana dia tau rencanaku. Padahal aku belum mengatakan apa apa padanya. Aku jadi ragu jangan jangan dia dukun atau paranormal yang bisa baca pikiran seseorang.

"jangan mikirin aku yang macem macem, kebaca kali sama sikapmu yang berubah gitu." Aku hanya cengar cengir mendengar penuturannya.

"Nanti aku cerita tenang aja" katanya. Dia melirik ke arah jam yang berada ditangannya. Setelah itu, langsung memasukkan handphonenya kedalam saku. Aku hanya melihatnya dengan kesal. Selalu saja. Menghindar terus.

"kalau gitu aku kekelas dulu ya. Bentar lagi dosen masuk. nanti jam makan siang tunggu di kantin ya. aku cerita. Dahhh..." sambil berlalu dihadapanku. Mataku berbinar. Math akhirnya mau bercerita. Yeayy. Akupun tersenyum puas dan langsung berteriak kepadanya yang belum jauh berjalan.

"KALAU GITU TRAKTIR AKU SEKALIAN YA"

Math hanya membalas dengan mengancungkan jempolnya kepadaku. Aku senang sekali.

Terima kasih bagi yang sudah membaca cerita ini 😊.