Chereads / Suara Ku Berharap / Chapter 4 - #4 Jangan berisik

Chapter 4 - #4 Jangan berisik

Setelah semua teka teki itu terpecahkan, bahwa dialah cowok yang memiliki suara merdu itu. Rasa benciku perlahan memudar, karena mungkin kelakuannya memang menyebalkan dari lahir. Tapi aku tak bisa menutupi perasaanku, ketika mengetahui bahwa dia termasuk cowok idamanku. Bahkan aku gagal fokus gara-gara memikirkan dia "Ehh kok gue jadi mikirin dia sih".

Ketika waktu sholat Dzuhur tiba, aku melihatnya menuju mushola. Mungkin selama ini aku biasa saja setiap bertemu dengannya dimushola, tapi kali ini aneh kenapa aku merasa bahagia ketika melihatnya. Apalagi saat melihatnya sedang memakai sepatu, aku mendengar dia selalu bersholawat. Begitu dahsyatnya perasaan ini, dalam sekejap membuatku terpesona kepadanya. Dan saat dia pergi ke kelasnya, akupun diam-diam memperhatikannya dari jauh.

Rindy "Paw, lu dari mushola ya?"

Aku "Iya emang kenapa?"

Rindy "Barusan gue liat si opa Rizky lewat, dia dari mushola juga kan?"

Aku "Iiih mana gue tau"

Rindy "Lah emang lu ga liat dia?"

Aku "Hmmmm.. gue ga perhatiin sih"

Rindy "Gue jadi suka deh sama dia, udah ganteng, suaranya merdu, rajin sholat dan..."

Aku "Ssssttt.....Tapi dia nyebelin"

Rindy "Kenapa si Paw, lu nilai orang dari sisi buruknya doang"

Aku "Udah ah ga mau bahas orang mending kita ke kelas"

Rindy "Yey... awas aja lu kalo nanti suka sama dia"

Deghhh... omongan Rindy seperti cambuk, dia berbicara seperti itu sama saja mendo'akan aku agar bisa suka dengan Rizky. Tapi apakah benar do'a Rindy telah terkabulkan, saat ini aku jadi sering memperhatikan Rizky. Disisi lain Rizky tetap menjadi orang menyebalkan, namun disisi lain Rizky mempunyai nilai plus dihatiku. Ah sudahlah, biarlah waktu yang membuktikan apakah Rizky layak menjadi seseorang yang aku sukai.

Sore itu aku duduk ditaman sendirian, sambil menggenggam ponsel dan memotret langit. Ketika itu ada suara langkah menghampiri aku dan berdiri didepanku. Saat aku melihat ke arahnya, aku terdiam seperti patung. Lalu dia meminta izin untuk duduk disebelahku. Dia adalah Rizky.

Rizky "Hay, boleh duduk disebelah kamu ga?"

Aku "Hmmmm.. boleh, silahkan"

Rizky "Serius nih boleh?"

Aku "Iya udah, duduk" sambil menggeser posisi dudukku.

Rizky "Oke makasih. Oh iya, maaf soal kemarin-kemarin. Saya cuma iseng aja kok"

Aku "Hmmm... mau iseng atau serius itu ga penting buat saya"

Rizky "Serius saya mau minta maaf, jangan dijawab sinis gitu dong"

Aku "Loh sinis gimana?"

Rizky "Yaa saya tau... selama ini saya udah banyak salah, setiap kita ketemu pasti saya isengin kamu atau negur kamu. Dan jawaban kamu selalu aja sinis gitu"

Aku "Udahlah lupain aja... udah saya maafin kok"

Rizky "Alhamdulillah... soalnya saya penasaran ke kamu. Disaat banyak cewek yang menganggap saya tamvan kayak opa Korea, kok kamu malah cuek banget"

Aku "Ya ampun PD banget sih, lagian dari pertama kali ketemu aja udah songong ngajakin ribut"

"Hahahaha... Padahal waktu itu cuma bercanda, kamunya aja menanggapinya serius gitu"

Aku "Ya mana ada bercanda, muka situ aja udah ga enakin dilihatnya"

"Masa sih? perasaan waktu itu saya mesem-mesem gitu deh"

Aku "Iiih ga ngaku, serius waktu itu kamu sinis juga. Makanya saya nyangka kamu beneran marah"

"Temen kamu aja sadar kalo saya cuma bercanda"

Aku "Tapi saya enggak sadar dan seketika badmood"

"Maaf sekali lagi... Sekarang kita kenalan aja gimana? Nama aku Rizky, boleh tau nama kamu ?"

Aku "Nama saya Pawla..."

"Maaf ya kita ga bisa salaman, hehe..."

Aku "Oh oke ga masalah.. oh iya kayaknya udah mau magrib nih, saya harus ke kamar"

"Iya Gapapa kok, jangan sebel-sebel sama saya lagi ya" sambil tersenyum kepadaku.

Aku "Sippp" Lalu aku pergi meninggalkannya.

Saat aku berjalan menuju kamar, jantungku rasanya deg degan. Dan aku malah senyum-senyum sendiri.

"Tok...tok...tok"

Rindy "Pawla.... bisa ga sih sehari aja lu ga ke taman"

Aku "Ga bisa dong"

Rindy "Kesambet apaan coba, tumben ga marah-marah "

Aku "Kesambet cinta nih keknya, eeaaa"

Rindy "Sini sini gue pegang... wah pantesan jidat lu panas"

Aku "Panas lah kena sinar matahari sore"

Rindy "Oh iya iya"

Aku merasakan hal yang berbeda, bukan lagi menjadi sosok Pawla yang mudah marah atau tersinggung.

Siang itu aku disambut matahari yang sangat terik, guru menyuruhku untuk mengambil sesuatu diruang guru. Ketika aku sedang jalan menuju ruang guru, ada yang tiba-tiba memanggil "Heyyy.... Heyyy....."

Saat aku menoleh ke sumber suara itu, ternyata itu suara Rizky yang sedang bersama dengan teman-temannya dan seketika itu Rizky malah memalingkan wajahnya. Dia malah berkata "Hey Tayo.... hey Tayoo" lalu mereka tertawa. Aku merasa malu, kemudian aku acuhkan mereka.

Aku langsung melanjutkan langkahku menuju ruangan guru dan memalingkan wajahku dengan rasa kesal.

"Ah sial, gue dikerjain lagi kan sama si Rizky"

Setelah itu aku akan kembali ke kelas, namun aku bingung bagaimana caranya agar tak melewati kelas Rizky lagi. Tapi hanya itu jalan satu-satunya, akhirnya aku nekat untuk melewati kelasnya lagi.

Namun saat aku lewat, Rizky dan teman-temannya sudah berada didalam kelasnya.

"Oh syukurlah, udah ga ada orangnya"

Bukannya senang, tapi aku malah kesal lagi terhadap sikap Rizky. Aku kira dia akan berubah, ternyata sama saja tetap konyol. Tapi kejadian itu tidak terlalu aku bawa hati, walaupun sebenarnya aku merasa malu saat aku menengok ke arah Rizky dan teman-temannya. Aku terlalu geer ketika dipanggil "Hey" tapi malah akhirnya kena jebakan Rizky.

Sepulang sekolah hari ini, aku tidak mampir ke taman. Aku langsung ke kamar, karena perutku tiba-tiba terasa sakit.

Rindy "Lah tumben lu ga ke taman?"

Aku "Engga, soalnya perut gue sakit nih"

Rindy "Mau datang bulan kali"

Aku "Iya mungkin"

Bila "Mau gue beliin minuman pereda nyeri gitu ga?"

Aku "Engga deh, gue ga biasa minum kayak gituan"

Bila "Terus gimana dong?"

Aku "Ya udah biarin aja, gue tahan dulu rasa sakitnya"

Bila "Olesin minyak kayu putih aja coba"

Aku "Udah kok"

Lalu ada yang mengetuk pintu, mungkin itu Siska.

Siska "Bukain pintu gaes"

Rindy "Ya bentar" sambil membuka gagang pintu.

Siska "Gue ga liat Pawla ditaman, kemana tuh anak?"

Aku "Gue disini sis"

Siska "Lah kenapa lu?"

Aku "Sakit perut gue nih sis"

Siska "Ya ampun, kenapa coba? salah makan atau mau datang bulan?"

Aku "Kayaknya mau datang bulan sih, tapi ga tau nih campur aduk sakitnya.. Duuhh"

Siska "Ke ruang UKS aja yuk"

Aku "Ga usah, udah gue olesin minyak kayu putih kok"

Siska "Kalo ga sembuh-sembuh lu bilang gue ya"

Aku "Siap siap, gue tiduran aja dulu"

Begitulah teman-temanku walaupun kita sering bertengkar, tetap ada rasa perduli satu sama lainnya. Jika aku sedang sakit, mereka juga ikut khawatir.

Siska "Lu dikamar aja Paw, entar gue bawain lu makanan yaa"

Aku "Makasih ya Siska"

Siska "Ya udah gue sama yang lain mau makan malam dulu"

Setelah mereka selesai makan dan kembali ke kamar membawakan makanan untukku, Siska bercerita.

Siska "Ehh tadi ada yang nanyain lu Paw"

Aku "Siapa?"

Rindy "Ayo tebak siapa?"

Bila "Udah nanti aja ceritanya, biarin si Pawla makan dulu"

Aku "Woy siapa sih yang nanyain gue?"

Siska "Si cowok nyebelin"

Sontak aku tersedak "Uuhhhukk. uhukkk. tolong ambilin minum"

Bila "Tuh kan apa kata gue, biarin dia selesai makan dulu baru cerita"

Rindy "Kenapa lu keselek gitu sih Paw?"

Siska "Mungkin dia ga nyangka ditanyain musuh hahahaha"

Aku "Engg... engga kok, lagian ngapain tuh anak nanyain gue?"

Rindy "Mungkin sepi ga ada yang jadi bahan isengan"

Bila "Mungkin rindu ngeledekin lu Paw haha"

Aku "Ya mungkin, au amat"

Siska "Dia tadi cuma bilang *Ada yang kurang nih formasinya, satu lagi mana?* ga nyangka loh dia hapal banget Genk kita"

Rindy "Mungkin dia sering liat kita berempat"

Bila "Kalo begitu tandanya dia udah mulai ada sinyal-sinyal nih"

Siska "Sinyal apaan?"

Bila "Sinyal cinta Hahaha"

Siska "Hmmm cinta apaan, wong si Pawla aja dendam sama tuh cowok"

Rindy "Dendam juga lama-lama jadi memendam...asik....hahaha"

Siska dan Bila "Hahahaha bisa aja lu"

Aku "Makasih loh, gue udah kenyang nih dengerin omongan kalian"

Rindy "Bercanda kali sayyyy.. udah lanjutin dong makannya"

Apa benar Rizky menanyakan keberadaanku hanya karena ada satu orang yang berkurang dalam genk. Entahlah aku berusaha biasa saja didepan teman-temanku, seakan-akan aku tak perduli dengan Rizky. Padahal aku merasa senang dan tak menyangka, sampai aku tersedak saat makan.