Chapter 79 - Oh Veronica (1)

Sudah satu minggu Chloe dan ketiga anaknya keluar dari rumah sakit. Karna proses melahirkannya normal jadi mereka hanya tinggal di rumah sakit selama tiga hari.

Dan selama satu minggu ini nenek selalu mengirimkan berbagai jenis ramuan untuk pemulihan dan memperlancar ASI.

Karna anaknya kembar tiga jadi stok ASI harus berlimpah, dan ramuan yang di berikan oleh nenek Margono memang mampu membuat produksi ASI Chloe melimpah bahkan sampai banjir.

Dan tentu saja melihat payudara yang membengkak dengan ASI yang banjir tingkat ke mesuman Marco juga makin meningkat ๐Ÿคฆ๐Ÿปโ€โ™€๏ธ. Selama seminggu ini Marco tidak pernah pergi ke kantor, dia betah di rumah untuk membantu dengan sukarela (modus ๐Ÿคญ), memeras ASI dari istri mungilnya.

Seperti pagi ini Marco memompa ASI dari payudara istrinya yang membengkak, sambil memompa matanya terus menatap dada istrinya penuh makna.

"aku bisa melakukannya sendiri" sergah Chloe, dia bisa merasakan payudaranya memanas karna tatapan suami 'omes' nya. "kenapa kamu tidak pergi kerja ?" Chloe mencoba mengalihkan perhatian.

"hmm...aku bisa mengontrol pekerjaan dari rumah" jawab Marco tanpa mengalihkan matanya dari payudara istrinya.

"apa kamu tidak takut pegawai mu berbuat curang ?"

"kalau mereka berani biarkan mereka mencoba" kali ini mata Marco beralih menatap mata istrinya "kenapa aku merasa kamu ingin mengusirku dari rumah ?"

Chloe tercengang mendengar pertanyaan itu, tapi kemudian dengan tampang tanpa rasa bersalah dia menjawab "sejak aku melahirkan kamu terus menempel padaku kayak bekicot"

"kalau aku tidak menempel padamu, kamu akan melupakanku" jawab Marco dengan wajah memelas

Chloe makin tercengang, dia merasa ada yang rusak pada sirkuit otaknya membuat dia merasa bahwa suaminya merasa di abaikan sejak keberadaan ketiga bayi itu "sayang....."

"hari ini aku mau ke rumah sakit untuk vasektomi" Marco memotong perkataan istrinya

"hah...????? kenapa.....?????"

"kita sudah punya tiga pengganggu dan aku tidak menginginkan lebih banyak lagi...mereka bukan hanya mencuri perhatianmu mereka bahkan mencuri istriku, semua hal berharga dari istriku telah mereka rebut" kata Marco dengan wajah suram penuh dengan keluhan.

Chloe tercengang lagi dan tidak bisa berkata-kata.

"apa kamu tidak suka dengan anak-anakmu ?" Chloe mengerutkan keningnya curiga

"hah....omong kosong tentu saja aku senang dengan mereka, tapi aku tidak suka mereka merebutmu dariku"

"astaga.....Marco sepertinya kamu harus ke psikiater, mana ada orang yang cemburu dengan anaknya sendiri.....konyol" Chloe memutar matanya. "tapi untuk vasektomi apa kamu sudah memikirkannya baik-baik ?"

"hhmmm...aku sudah mengambil keputusan, aku tidak ingin kamu hamil lagi dan mempertaruhkan nyawamu untuk melahirkan, tiga anak saja sudah cukup" kata Marco tegas.

Chloe menatap mata suaminya dengan mata berkaca-kaca, jujur dia sangat terharu. Banyak para suami yang menganggap istri mereka sebagai pabrik pencetak anak, ketika istri tidak bisa melahirkan mereka akan menceraikannya atau lebih parahnya lagi mereka akan menikah lagi. Dan jika istrinya bisa melahirkan mereka menuntut lebih banyak anak tanpa perduli bahwa ketika melahirkan seorang wanita harus bertaruh nyawa, dengan alasan bahwa melahirkan adalah tugas seorang istri.

Jadi ketika mendengar suaminya berkata seperti itu dia merasa terharu.

"kenapa kamu menangis ?" Marco kaget melihat air mata mengambang di pelupuk mata istrinya.

"aku....aku akan menemani kamu ke rumah sakit untuk...." kata-kata Chloe terputus air matanya mengalir tanpa bisa di tahan lagi. Chloe mengulurkan tangan dan memeluk suaminya dia lupa bahwa dadanya masih terbuka.

Marco membalas pelukan istrinya secara reflek, namun beberapa saat kemudian dia mendorong istrinya dan lari ke kamar mandi.

Chloe tersenyum sambil menghapus air mata, dia tau apa yang akan di lakukan suaminya di kamar mandi, karna saat memeluknya dia bisa merasakan ketika tongkat kastinya mulai mengacung ๐Ÿคญ.

๐Ÿ’ฎ๐ŸŒธ๐Ÿ’ฎ๐ŸŒธ๐Ÿ’ฎ

Enam bulan telah berlalu dan ketiga bayi itu bertumbuh dengan sangat baik, pipi mereka mengembung seperti bakpao, tangan dan kaki pendek mereka gemuk, perut mereka buncit karna mulut mereka tidak pernah berhenti mengunyah. Mereka juga mulai aktif merangkak dan belajar berdiri. Ya perkembangan motorik mereka agak berlebihan. Di saat bayi lain yang seumur mereka baru belajar duduk mereka sudah merangkak berkeliling dan belajar berjalan.

Meski para bayi sudah memiliki kamar sendiri tapi setiap malam mereka tetap tidur bersama Chloe, jika dua bayi laki-laki tidak mencium aroma mamanya mereka tidak akan tidur, begitu juga dengan bayi perempuan dia akan tidur dalam pelukan papanya. Di tengah malam ketika hasrat si papa sedang menggebu dan ingin melakukan olahraga bersama istri tercinta sering kali ketiga bayi itu akan terbangun dan mencari pelukan hangat ke dua orang tuanya.

Dan tentu saja ini sangat mempengaruhi Marco yang yang akhirnya harus meredakan hasratnya dengan air dingin. Seperti binatang buas yang menahan lapar, emosinya juga akan terpengaruh.

Seperti pagi ini. Ini adalah ketiga kalinya selama tiga hari berturut-turut olah raganya terganggu, dan yang paling membuat Marco gondok berat adalah ketiga bayi itu bangun bersamaan tepat ketika tongkat kastinya siap memukul bola.

Jadi ketika mereka berkumpul untuk makan Marco memelototi ketiga bayi terutama dua bayi laki-laki dengan api permusuhan di matanya. Ketiga bayi tidak bersalah yang tengah di suap oleh masing-masing pengasuhnya makan sambil bermain dan sesekali Beryl bayi perempuan mengangkat kepalanya menatap papanya mencoba mencari perhatiannya. Tapi maaf nak...๐Ÿ˜” papa lagi ngambek jadi kamu diabaikan.

๐Ÿ’ฎ๐ŸŒธ๐Ÿ’ฎ๐ŸŒธ๐Ÿ’ฎ

Marco berjalan hendak masuk ke dalam lift, saat seseorang menabraknya dan menumpahkan kopi ke kemejanya. Wajah dingin Marco makin suram melihat kemeja putihnya ternoda kopi dan rasa panas dari kopi meresap ke kulitnya.

"maaf pak saya tidak sengaja" seorang perempuan bertubuh sintal dengan kemeja putih dan rok hitam ketat membalut tubuhnya meminta maaf dengan penuh penyesalan. Buru-buru dia mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap baju Marco yang ternoda.

"jangan sentuh !" kata Marco dingin, tepat sebelum tangan putih, halus, cantik dengan kuku berwarna nude hampir mengelus dadanya.

"maaf pak, saya akan ganti rugi" kata si wanita dengan penuh penyesalan "saya Veronica editor majalah Pesona di lantai lima" wanita itu mengulurkan kartu namanya.

Marco mengabaikan wanita itu dan masuk ke dalam lift dengan wajah dingin.

"ah...pak !" wanita itu menahan pintu lift tepat ketika pintu akan menutup. "tolong beri saya kesempatan untuk menebus kesalahan saya"

"singkirkan kakimu, atau aku akan mematahkannya" kata Marco dengan mulut tajam, kesabarannya sudah di ambang batas.

Akhir wanita itu menarik kakinya dan membiarkan pintu lift tertutup.

๐Ÿ’ฎ๐ŸŒธ๐Ÿ’ฎ๐ŸŒธ๐Ÿ’ฎ

Di kantin perusahaan Yola dengan perut besarnya tengah duduk dengan Monalisa sekretaris baru yang akan menggantikannya, dan beberapa sekretaris dari perusahaan lain yang ada di bangunan yang sama yang kenal akrab dengan Yola, mereka menikmati makan siang dengan damai.

Seorang Veronica dengan penuh percaya diri menghampiri mereka dan duduk di samping Yola dan berhadapan dengan Monalisa.

"Mona nanti aku akan mengunjungimu di ruangan barumu" kata Veronica begitu pantatnya nempel di kursi.

Monalisa mengangkat kepalanya dan menatap Veronica dengan malu-malu "uummm sepertinya aku akan sangat sibuk"

"jangan kuatir aku tidak akan merepotkanmu kok" Veronica menghibur.

Yola mengangkat kepala dari ponselnya dan menoleh menatap Veronica dengan tatapan tajam, sepertinya aura mengintimidasi bos Marco mulai menginveksi dia.

"apa ?" Veronica merasakan ancaman dari tatapan Yola dan mencoba menggertak

"di mana kamu bekerja ? pegawai baru ?" tanya Yola sambil melirik tanda pengenal yang tergantung di dada Veronica.

"aku kepala editor baru di majalah Pesona, kenapa ? kamu mau memberikan sambutan selamat datang padaku ?" tantang Veronica.

"oh....orang baru" cibir Yola "kamu mau main ke kantor kami ? sebaiknya kamu urungkan niatmu kalau kamu memiliki rencana tersembunyi" kata Yola mengancam sambil melirik Monalisa yang menunduk takut.

"aku hanya mau mengunjungi Mona, apa salahnya ? kami sudah berteman sejak masih SMP, apa kamu cemburu karna tidak punya teman dekat ?" balas Veronica tidak kalah galak.

"aku hanya memperingatkan, jangan sampai kamu melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain" Yola mengedikkan bahunya acuh.

"kamu hanya sekretaris tapi gayamu kayak Ny. bos, sebaiknya kamu tau diri dengan posisimu" sarkas Veronica

"justru karna aku hanya sekretaris, aku tau menempatkan diri dan tidak mencoba berangan-angan yang terlalu tinggi" Tepat setelah Yola berhenti bicara ponselnya berdering, dengan cepat Yola menerima panggilan.

"Yol....bagaimana cuaca bosmu ?" suara Chloe terdengar di ponsel.

"aishh....jangan di tanya, badai petir sejak pagi, kami rapat sejak pagi dan semua orang mendapatkan sambaran petir" keluh Yola.

"hhmmm.....aku mengerti, kamu sudah makan siang ?" tanya Chloe prihatin.

"ya....akhirnya kami bisa makan makanan manusia setelah kami kenyang makan mesiu" canda Yola.

Chloe tersenyum "oke deh, selamat makan" Chloe mengakhiri panggilan.

Setelah menutup telpon Yola melirik Veronica yang masih makan di sebelahnya dengan lambat, seolah-olah dia dalam dilema antara mau makan atau tidak

"Ny. Bos yang menelpon ?" tanya teman Yola yang di jawab dengan anggukan oleh Yola. "dia mengabsen suaminya ?"

Yola merenung sebentar "emm.....sebenarnya bukan mengabsen tapi menanyakan suasana hati bos"

"apa yang terjadi ? mereka bertengkar ?" selidik temannya yang lain, sebagai sekretaris bergosip tentang bos mereka adalah salah satu hiburan yang membuat mereka tetap waras.

"siapa yang tahu, karna hanya istrinya yang mampu membuat bos dalam cuaca yang berubah-ubah" jawab Yola.

Mendengar gosip para sekretaris telinga Veronica terangkat tinggi, di dalam hati dia tersenyum menang. Sebelum dia menerima panggilan dari majalah Pesona dia sudah menyelidiki bahwa pemilik gedung itu adalah Marco, pengusaha muda yang sukses. Pernikahannya di gelar dengan tamu undangan para pejabat negara, istrinya juga seorang ahli waris dari pengusaha kaya. Tapi Veronica yakin pernikahan orang kaya biasanya hanya pernikahan bisnis, tidak ada cinta di dalamnya, jadi dasar rumah tangganya sangat rapuh. Jadi ketika dia di rekrut oleh majalah tempatnya sekarang dia sudah membuat rencana untuk mendekati pengusaha tampan pemilik gedung, bisa jadi simpanannya saja dia yakin hidupnya akan terjamin, apa lagi kalau dia bisa menggaet pengusaha tampan ini dan menggantikan posisi sebagai nyonya Marco bukankah hidupnya akan terjamin selama beberapa keturunan ?.