Livia adalah anak pertama dari salah seorang pejabat daerah di kota jakarta, awal tahun 2018 ia menikah dengan Nae, lelaki yang sudah 8 tahun di pacarinya, akan tetapi Maret 2019 mereka resmi bercerai karena sebuah permasalahan serius dan saat itu mereka belum dikaruniai anak.
6 bulan kemudian tepatnya September 2019 pukul 03:00 dini hari, livia mendapat telpon dari security salah satu diskotik yang mengatakan bahwa ada 3 temannya yang mabuk berat dan memberikan nomor handphonenya untuk di hubungi lalu meminta tolong untuk dijemput karena mereka tidak mampu untuk mengendarai mobil sendiri.
"hah ! yang benar saja, pukul 03:00 dini hari dan aku harus keluar rumah hanya untuk jemput karina siwi dan naura ? kenapa juga naura ngasih nomor handphoneku ke security, kenapa ga pesan grab aja sih" gerutu livia sambil menyingkapkan selimutnya dan bergegas menjemput ketiga temannya. Livia lalu memesan grab dan sesampainya di diskotik tersebut, ketiga temannya sudah menunggu di dalam mobil dengan kondisi mabuk berat. Terpaksa livia yang menyetir padahal dy tidak mahir mengendarai mobil.
Mereka sudah hampir sampai apartment Naura, tetapi tiba-tiba, Bruuaaaakkkk.....
Terdengar suara mobil menabrak sesuatu, dan omaigaat !! livia menabrak body samping kiri mobil kijang inova reborn hingga cukup parah dan mengakibatkan penumpang yang saat itu duduk di bagian depan samping supir terjepit. Lebih parahnya lagi penumpang tersebut adalah perempuan dengan usia kira-kira 55 tahun dan tengah menggendong seorang bayi.
"Ya tuhan Yu Surti ( Yu = Bibi/ pembantu dalam bahasa jawa), Yu kakimu terjepit ! Amanda gimana ! Amanda gimana ! Yu bertahan yu, saya segera panggil ambulance" Terdengar teriakan dari lelaki yang histeris keluar dari mobil sambil mengambil alih untuk menggendong si bayi dan berusaha menenangkan wanita paruh baya tersebut.
"Ma..Ma..Maaf pak, saya tadi tidak melihat kalau traffic lightnya sudah merah" Livia berkata panik sambil keluar dari mobil Hr-v milik Naura.
"Kalian mabuk hah ! kalian fikir jalanan ini milik kalian sehingga seenaknya saja kalian mengendarai mobil dalam keadaan mabuk ! dasar wanita Jalang kalian ! jangan pergi kemana-mana kalian harus bertanggung jawab atas kecelakaan ini, terutama Kamu !" Lelaki tersebut berteriak memaki Livia dan dia hanya terdiam menyadari kesalahannya. Meskipun apa yang di tuduhkan lelaki tersebut salah, ketiga temannya memang mabuk tetapi Livia tidak, dia lupa membawa kacamata sehingga pandangannya tidak terlalu jelas ditambah lagi dia tidak mahir mengendarai mobil. Livia ingin menjelaskan kronologinya akan tetapi percuma jika dijelaskan sekarang pasti lelaki tersebut hanya menganggap itu sebagai alasan.
***
Ambulance datang dan membawa wanita paruh baya yang sudah dalam keadaan bersimbah darah di kakinya ke salah satu rumah sakit terdekat, Livia pun ikut kerumah sakit setelah mengantarkan ketiga temannya sampai loby apartment yang memang sudah sangat dekat dengan lokasi kecelakaan.
**
"Saya Livia" livia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada lelaki tersebut saat mereka tengah berada di ruang tunggu UGD.
" Eri " jawab lelaki tersebut tetapi tidak menghiraukan tangan livia yang sudah berada didepannya.
Lalu suasana kembali hening, livia hanya terdiam karena dia takut jika ia salah bicara justru akan membangkitkan emosi lelaki yang tengah menggendong bayi itu. Tatapannya beralih ke Bayi mungil yang saat itu kembali terlelap setelah kecelakaan tadi ia sempat menangis kencang. Livia merasa sangat bersalah.
"Tuan Eri Pramudya," panggil salah seorang dokter dari pintu UGD.
Eri tampak kebingungan saat akan berdiri karena masih menggendong bayi, lalu ia berkata kepada Livia "Tolong gendong putriku, aku akan mengurus administrasi. Kamu bisa menggendong bayi kan?"
"ah eh anu iya bisa kok, biar saya yang menggendongnya" jawab Livia gugup.
Terdengar suara dokter berbicara kepada Eri mengenai kondisi wanita paruh baya itu "Tuan Eri, bu Surti mengalami patah tulang di kakinya, sehingga harus segera di operasi dan untuk beberapa bulan kedepan beliau harus tetap dalam perawatan, tentunya pasca operasi beliau tidak diijinkan untuk melakukan pekerjaan berat"
"Lakukan apapun untuk pemulihan Yu Surti dok, beliau sudah sangat lama bekerja untuk keluarga saya, lakukan yang terbaik untuk kesembuhannya" pinta Eri.
Sesaat kemudian Eri keluar dari ruang dokter dan menghampiri Livia dengan raut muka penuh amarah.
"Urusan kita belum selesai, lihat akibat dari kecerobohanmu, asisten rumah tangga saya terluka ! lalu siapa yang akan merawat Amanda ketika saya kerja ! tidak mudah mencari asisten rumah tangga apalagi untuk mengasuh bayi !" bentak Eri kepada Livia dengan raut wajah yang tampak gelisah.
"emmm maaf, tapi bukankah Amanda bisa dirawat oleh ibunya?" Jawab livia.
Eri terbelalak sambil mengusap muka dengan kedua tangannya, lalu menjawab pertanyaan Livia.
"Istri saya meninggal 1,5 bulan yang lalu, ia terpeleset di tangga kantornya saat tengah mengandung amanda yang tinggal menunggu beberapa hari lagi waktu kelahirannya. Amanda bisa dilahirkan selamat tetapi istri saya tak tertolong karena perdarahan hebat. Itulah sebabnya dini hari tadi saya mengajak Yu Surti untuk menjemput Amanda di kediaman mertua saya. Mereka pikir saya tidak mampu merawat anak saya sendiri, Amanda boleh saya bawa asalkan ada Yu Surti. Tapi Livia, kecerobohanmu tadi membuat Yu Surti harus mengalami hal ini, lalu apa yang harus saya lakukan jika mertua saya tahu hah ! dasar ceroboh ! wanita jalang ! pemabuk !"
"Cukup Pak Eri ! Saya tahu saya salah tetapi saya tidak seperti yang bapak tuduhkan. Saya tidak mabuk, saya hanya menjemput ketiga teman saya dari diskotik. Saya ikut ke rumah sakit ini karena saya ingin bertanggung jawab, saya masih punya hati, saya tidak melarikan diri. tolong bapak jangan terus-terusan membentak saya seperti ini" pinta Livia.