"Kau tidak bisa menikah dengan siapapun, karena kau masih istriku, Ms Flo." Dominic dengan seringai nya.
******
"Bualan apa lagi ini, Dominic Archer. Kau pikir aku akan percaya dengan apa yang kau katakan." Jean tidak memperdulikan, atau tidak mempercayai apa yang Dominic katakan.
Dominic menarik tangan Jean, dan membawanya ke ruangan kerjanya. Dominic mengambil sesuatu dalam nakas dan menyerahkannya kepada Jean.
Jean menerima dan membuka satu persatu berkas itu. Mata Jean membola melihat jika Jean benar-benar masih berstatus istri Dominic. Jean melihat surat cerai yang dia tanda tangani dan melihat milik Dominic tidak di tanda tangani. Jean melempar kertas-kertas itu ke sembarang tempat. Dia marah kepada Dominic yang dengan seenaknya berbuat apa yang dia mau tanpa memperdulikan Jean.
Kekesalan Jean membuncah dengan kenyataan itu. Disaat dirinya ingin melupakan Dominic, tapi Dominic malah semakin mempersulitnya.
"Aku tidak perduli tentang ini. Aku akan mengirim kembali surat perceraian kita." Jean hendak pergi, tapi Dominic menahan tangan Jean dan mengungkungnya dengan kedua tangan Dominic berada diantara Jean. Memenjarakan Jean disudut dinding.
"Silahkan kirim, dan aku akan merobeknya, sebanyak kau mengirim surat itu." Dominic menantang Jean.
"Brengsek kau, Dominic." Wajah Jean memerah menahan amarah begitu besar.
"Dad.." Suara teriakan dari samping ruang kerja terdengar.
Alexy terbangun dari tidurnya dan mendapati jika dirinya sendiri. Dia menangis mencari daddy nya. Jean mendorong keras Dominic agar terlepas dari kungkungannya dan segera menghampiri Alexy.
"Mom." Panggil Alexy melihat ibunya berada di mansion.
"Kita pulang, Lexy." Jean menggendong Alexy dan hendak membawanya pulang.
Alexy memberontak meminta dilepaskan. Alexy tidak ingin ikut, dia masih ingin bersama dengan ayahnya.
"Lexy mau sama dad.." Alexy memberontak dari gendongan Jean. Saking kuatnya Alexy, mereka hampir terjatuh, kalau saja Dominic tidak menahan tubuh Jean.
"Lexy sayang, kamu tidak akan kemana-mana. Kamu akan tetap bersama Daddy." Dominic mengambil alih Alexy dari Jean.
"Dia harus pulang." Jean mencoba mengambil Alexy. Tapi tetap saja Alexy memberontak tidak ingin bersama Jean.
"Look? Dia ingin bersamaku. Jika kau ingin pulang, pulanglah. Biar Lexy bersamaku. Atau aku punya jalan tengah untuk ini." Dominic lebih mendekat ke arah Jean.
Jean hanya diam menunggu Dominic mengatakan apa jalan tengah untuk mereka.
"Kita tidur bersama." Dominic menyeringai puas.
"Dalam mimpi mu, sial-" Hampir saja Jean memaki di depan Alexy.
"Kita akan tidur bersama, dad, Mom?" Alexy dengan mata berbinar nya. Mungkin Alexy ingin merasakan tidur bersama dengan kedua orang tuanya yang tidak pernah ia rasakan sejak dia lahir.
"Tentu saja dad mau. Tapi mommy kamu tidak mau." Dominic sengaja menekankan ucapannya.
Dominic berbisik kepada Alexy. Jean memperhatikan interaksi mereka, dan mencoba untuk mendengarkan apa yang Dominic katakan. Tapi tetap saja Jean tidak dapat mendengarnya.
Selesai berbisik, Alexy menatap Jean dengan tatapan dibuat sesendu mungkin. Jean menatap anaknya dengan heran. Apa yang sudah Dominic katakan sampai-sampai Alexy ber ekpresi seperti itu.
"Mom.. Lexy mau bobok bareng Daddy." Rengek Alexy.
Apakah Dominic menyuruh anaknya untuk merajuk meminta untuk dia tinggal. Batin Jean.
"Kita harus pulang Lexy." Jean tetap kekeh mengajak Alexy pergi dari mansion Dominic.
"Tidak mau. Lexy mau bobok sama Daddy. Kalau mom mau pulang, Lexy sama Daddy saja." Alexy mergelayut manja dileher Daddynya.
Jean kesal karena dominic sudah meracuni otak Alexy untuk bersekongkol.
"Sudahlah, apa susahnya untuk bilang iya. Lagi pula kita hanya tidur. Apa kau mau yang lain? Tentu saja aku akan menuruti kemauan kamu dengan senang hati." Dominic mengedipkan satu matanya untuk menggoda Jean.
"Mati saja kau." Kesal Jean.
"Ngantuk.." Alexy merajuk meminta tidur.
"Kita kekamar, biarkan Mom pulang dan tidur sendirian dirumah." Dominic meninggalkan Jean yang hanya terdiam tidak mengatakan apapun. Mungkin dia sedang berpikir.
Jean sangat kesal kepada Dominic. Dia tidak ingin tidur di mansion itu, tapi dia juga tidak mau meninggalkan Alexy bersama Dominic.
Akhirnya Jean memilih mengikuti Dominic dan Alexy ke kamar. Jean melihat Dominic sedang menidurkan Alexy dengan cara mengusap-usap rambut Alexy. Dan Alexy dengan cepat tertidur pulas.
"Sini." Dominic menepuk-nepuk tempat kosong disebelah Alexy.
Mau tidak mau, Alexy datang dan berbagung bersama Dominic dan Alexy ditengah-tengah mereka sebagai pembatas.
Dominic berdiri dari tidurnya dan dengan sengaja membuka pakaiannya, bahkan celanya. Jean memalingkan wajahnya.
"Apa yang kau lakukan." Wajah Jean memerah melihat Dominic yang sedang melepas pakaian dan celananya.
"Kau lupa? Aku tidur tidak bisa mengenakan apapun." Dominic tetap melanjutkan membuka semua yang menempel padanya kecuali brief nya saja.
"Kau tidak panas masih mengenakan pakaian kerja itu. Jika kau mau, kau boleh memakai pakaianku." Dominic sengaja mengatakan itu, karena dia melihat cuping Jean yang memerah karena dirinya.
Jean tidak menanggapi Dominic dan memilih merebahkan tubuhnya disamping Alexy.
Dominic ikut berbaring diantara mereka. Posisi tidurnya miring menghadap Alexy dan juga Jean. Jean yang sudah memejamkan matanya tahu jika Dominic sedang menatapnya.
"Aku tahu kau belum tidur." Dominic mengajak Jean berbicara.
"Aku sudah tidur." Jawab Jean asal.
Dominic terkekeh pelan mendengar Jean yang sedang ingin mengacuhkan nya.
"Apa kau tahu, aku merindukan saat-saat seperti ini." Dominic mulai berbicara dan mengatakan jujur kepada Jean jika dia merindukan saat bersama Jean.
Jean tidak menjawab, tapi kupingnya terus mendengar apa yang diucapkan Dominic.
"Kau tahu, aku sangat menyesali keputusanku dimasa lalu." Dominic mulai berani jujur dengan Jean.
"Aku tahu kau sangat marah padaku, dan menganggapku sebagai orang terjahat yang pernah kamu kenal." Dominic mengoceh sendiri.
"Kau memang jahat. Aku membencimu, Dominic Archer." Batin Jean menjawab apa yang diucapkan Dominic.
"Tapi, apakah kau percaya jika aku melakukan itu karena aku tidak mau membuatmu terluka?" Dominic menatap langit-langit dikamarnya.
"Aku tidak perduli." Jawab batin Jean lagi.
"Maaf telah membuatmu melakukan semuanya sendri. Kau pasti merasa sulit selama ini." Dominic berbicara tentang Jean yang harus melalui kehamilannya tanpa ada Dominic disampingnya.
"Maaf karena telah mengucapkan hal yang membuatmu terluka." Entah apa yang merasuki Dominic sehingga mengucapkan apa yang tidak pernah dia lakukan di masa lalu.
"Aku ingin menebus semua yang sudah aku lakukan padamu. Menebus semua yang seharusnya menjadi tanggung jawabku. Bisakah aku melakukan itu?" Dominic kembali menatap Jean yang masih memejamkan matanya.
"Aku menyesal telah mengucapkan hal bodoh. Kau tahu, hatiku yang selama ini membeku mulai mencair dengan adanya dirimu. Dan bahkan dengan adanya Alexy membuat hatiku menghangat." Dominic mengatakan semua yang seharusnya dia katakan dimasalalu.
Jean membuka matanya mendengar apa yang sudah diucapkan Dominic tadi. Jean menganggap jika dirinya sedang berhalusinasi mendengar ucapan Dominic.
"Apa kau sekarang menganggapku gila?" Dominic menatap Jean yang kini sedang menatap nya juga.
"Kau pasti berpikir seperti itu. Tapi aku memang sudah gila, Jean." Dominic menyentuh wajah Jean.
Alexy berada di tengah2 diantara mereka yang tengah tertidur tanpa memperdulikan orang dewasa sedang berbicara.
"Bisakah aku menebus kesalahanku dimasalalu? Aku tahu sudah terlambat, tapi aku akan tetap mengatakannya." Satu tangan Dominic mengelus pipi Jean dengan ibu jarinya.
"Aku mencintaimu Jean." Ucap Dominic jujur.