Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Association Stray Humans : Berlari Tak Terarah

eikomizu26
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6k
Views
Synopsis
genre - Sejarah - sounen - mistery - action - romance Hidup ditengah kota sebagai anak detektif membuat lokasinya hanya sekolah dan rumah sebagai aktivitas lalu ketika tiba tiba saja kau harus dihadapkan sebuah musibah yang tak kuasa kau tahan. Meskipun sebenarnya adalah pilihanmu yang telah kau pikir matang matang. Alasannya karena kau juga mendapat kebahagiaan, perbandingannya sekitar 5:5. 5 salah satunya adalah sebuah kepedihan mendalam. walaupun sama besar bagaimanapun rasa dari kepedihan lebih parah dari rasa pahit yang tak tertahankan Yuu Ayasaku, lelaki berusia 17 tahun baru ingin keluar dari sarang induknya mulai mengekspedisi kota. Antara usia 17 telah 'legal' dan rasa bosan mulai bergejolak Yuu ingin keluar. Ia disarankan mengikuti jalan ayahnha saja, namun secara mentah hati Yuu menolak. Lalu, sangat disangka sebenarnya. Yuu memulai ceritanya lebih awal dari seharusnya. Yuu dikeluarkan dari SMA Unagi karena sebuah festival semata. Yuu menjadi korban dengan resiko terpecat dari sekolah. Tak berbekal ilmu apapun untuk berterus terang menguak kedok SMA Unagi yang baru 3 tahun berdiri. Yuu bersumpah mencabut akar terdalam dari semua sumber SMA, Unagi, dan festival Saat memulai start, Yuu bertemu dengan Osama Chuuya ditengah tindak kriminal kota berserakan. Osama menawarkan tujuan meskipun hanya sebuah kertas berukuran persegi 5 cm. Akankah Yuu menerima Osama mengingat Osama bersifat terbuka atau Yuu meniru anak yang meminta arahan orangtua, ataukah Yuu memilih jalannya sendiri menuju sebuah harapan? read the novel for the next story sankyuu

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - ASH : CHAPTER 1

26 mei 2003, ditengah hutan belantara sebuah kotak peti seukuran 1 meter ditemukan seorang pria paruh baya berkumis tipis mengenakan jas bewarna abu – abu lengkap dengan tas kotak bewarna hitam. Sekejap memandang pria tersebut telah menebak apa isinya. Lalu, ia menoleh kesana kemari sebelum akhirnya membawa kotak tersebut melaju meninggalkan hutan

***

"Yuu, sekarang kau bebas melakukan hal sesukamu" kata pria berkumis tipis menatap laki – laki duduk diseberangnya. Laki – laki bernama Yuu tersebut tak sedikit pun menoleh, hanya mengangguk kecil. Ia nampak sibuk dengan isi jalan otaknya dalam mata indra Ayahnya. Alhasil

"Yuu, kau tak senang? Umurmu telah memasuki 17 tahun." Katanya menyeduh segelas kopi panas yang menjadi kewajiban setiap pagi sebelum beraktivitas

"Aku senang, aku telah dalam artian "legal" dalam pemerintahan pusat. Tapi selama ini kata "legal" tidak berarti. Pembunuhan dibawah umur beberapa kali terjadi" jawab yuu. Yuu Ayasaku, selalu muncul ide tak biasa. Tapi nothing action jadi penghalaunya

"Bukankah berarti kau tahu apa yang harus kau lakukan?"

"maksutmu aku harus mengikuti ujian detektif? Aku tak sudi"

Yuu Ayasaku, baru saja menginjak usia 17 tahun. Usia remaja memang belum kuasa atas emosi miliknya. Jalan pikirannya pendek tak memikirnya masa depan. Selama ini kerjaan laki – laki berambut lurus sedikit panjang, matanya yang sipit hanya menghayal. Ide tak biasa yang yang dimaksut misalnya menyelesaikan suatu permasalahan tanpa sebuah aksi semata

Hidup di kota kecil dipimpin langsung oleh pemerintah pusat membuat kota Unagi sering terlupakan dalam kasus kriminal. Tak jarang kepolisian dan badan penyidik terkadang mengambil alih peraturan kota berpenduduk hanya 1 juta jiwa persekarang. Ayah Yuu bernama Murasaki Ayasaku, disapa pak Mura oleh rekan kerjanya. Pria dengan kopi adalah penyemangatnya adalah seorang detektif handal kota kecil Unagi. Tak jarang ia harus pulang malam menyelesaikan kasus kasus kriminal atau bahkan pembunuhan seperti yuu jelaskan. Kondisi masyarakat demikian membuat ikatan sosial kota 1 juta penduduk tersebut seperti tak akrab. Mereka tak akan jalan jalan menikmati indahnya jalanan kota. Hanya melewati jendela rumah jalan interaksi dengan kondisi alam. Sebagai gantinya, berkunjung kerumah orang terdekat terasa lebih baik daripada harus jalan jalan ke mall kota meskipun ada

Seorang laki menengok kalender tertulis. Tanggal 27 mei 2020 sehari setelah usianya menginjak 17 tahun dilingkari dengan pulpen merah berketerangan

- Tahun ajaran baru, Yuu ayasaku memasuki tahun ketiga SMA Unagi -

***

Selangkah demi selangkah pelan seperti pepatah jawa "alon alon penting kelakon(pelan tapi pasti)" Yuu menuju kelas XII-3 SMA Unagi. Sama seperti sebelum liburan ajaran baru bangunan yang baru didirikan 3 tahun lalu seperti habis terkena dampak gempa bumi. Kursi berserakan diatas meja, kelambu jendela teracak acak tak pada tempatnya, bekas kain perca berserakan dimeja guru, kayu panjang tipis tergeletak dimana - mana. Baru 2 murid duduk dilantai satunya membaca buki satunya menyapa Yuu

"Yo, Yuu. Terimakasih bantuanmu sebagai perwakilan demo festival Unagi" kata laki-laki berbadan bongsor sekitar 2 meter menepuk pundak Yuu yang baru saja mengikutinya. Yuu mengeluarkan ponsel miliknya tiba – tiba segerombolan siswa kelas sebelah meminta izin mengambil barang yang memang bukan kepemilikan kelas Yuu. Siswa terakhir mengatakan hal yang sama seperti siswa 2 meter, Yuu hanya membalas dengan senyuman kecil. Tak lama lagi pria paruh baya berkostum tukang bersih sekolah masuk tanpa izin sekalipun. Setelah selesai melaksanakan tugasnya

"kerja bagus, Yuu. Kau patut diapresiasi, tapi sayang tak kau dapatkan"

"Aku hanya mengikuti kata mereka" ucap Yuu tak sadar dirinya diperbudak

Ruang XII-3 dilantai 3 menjadi semestinya. Setiap bangku diisi murid murid terpelajar. seorang guru duduk ditempatnya, namun 2 orang lain berdiri bertolak belakang dengan papan. Masing - masing siswa dapag membaca apa yang terjadi termasuk dirinya. Yuu duduk dekat jendela dibawah ac mendengar namanya disebut oleh pria berjass hitam mengaku kepala sekolah. Suasana kelas tampak tegang. Yuu paham apa yang terjadi meskipun dirinya melamun sedari tadi. Seisi kelas menatap yuu was was tegang ketika laki – laki bemata sipit dengan tinggi hanya 170 meter menyempatkan melirik mereka. Yuu menerima sebuah amplop resmi milik SMA Unagi. Dengan cuek Yuu segera membukanya. Sama seperti yang ada dikepalanya

_...TELAH DI DROP OUT DARI SMA UNAGI. BERSEDIA BERKORBAN ATAS DEMO - MENENTANG ATURAN SEKOLAH_

Yuu menutup amplop dengan lembut layaknya luka baru terbentuk. Menghadap kearah temannya "Terima kasih atas 2 tahun kebersamaannya" Yuu membungkukan tubuhnya, mengambil tas nya kasar. Tak lupa ia mencium tangan kepala sekokah dan wali kelasnya dengan ramahnya. satu kelas terkejut bahkan guru dan kepala sekolah sendiri.

"Yuu!!!!!" seotnya "Yuuu....!! Yuuuu....!!!!"

"Yuuu..." Suara tak asing menepuk pundaknya. Ia tersadar menuju langkah awal ketepurukan

"Yuu terima kasih atas pengorbananmu. Kami berhutang kepadamu. Sekarang lihat" ucap gadis tersebut menunjuk arah jendela kelas di lantai 3

Ketika Yuu menoleh sebuah banner bertuliskan

^ありがとうございます! (terimakasih banyak) YUU AYASAKU!^ hanya nampak 3 orang pemegang banner tersenyum paksa. Sisanya entah, mungkin tak diizinkan

Yuu tersenyum lebar penuh arti "Terima kasih, kau perempuan bagai cahaya purnama. Sampaikan salamku kepada Laze, Mizu azumi"

"Hemmm!" semangat perempuan bernama mizu tersenyum paksa penuh sayat

Perempuan 17 tahun berambut hitam lebat sepundak terbujur kaku ditempat. Yuu tiba – tiba pergi meskipun telah diperkirakan. Ia mengenang hal hal konyol dengan Yuu, Kala itu sungguh menyenangkan. Mizu tampak tak sanggup dengan apa yang ia hadapi. Hanya perkara sebuah 'festival' gedung ini mampu membuang orang layaknya sampah ibukota

***

Kasur empuk tempatnya selama 17 tahun basah seperti cucian belum di keringkan. Semua peluh,sesak, air mata meluap tak tertahankan. Yuu bersumpah menguak kedok misteri Sekolah dan festival yang selama ini menipu murid kota

Yuu semakin meremat bantal sampai kusut. Beberapa saat, Yuu tersadar, ia duduk tegak.

_Tak boleh begini,aku mengambil resiko, harus siap akibatnya_

1 bulan lalu ia berkata sanggup sebagai penanggung jawab atas demo para siswa kepada pihak sekolah. Meskipun berat rasanya bagi yuu. Yuu merasa sedikit puas, ukurannya 5:5 dengan 5 salah satunya ia bahagia atas hidupnya dapat berarti bagi temannya. Tapi kembali lagi walaupun 2: 8 dengan 2 adalah rasa sebuah kepedihan. Rasanya sungguh amat sangat menyakitkan begitu juga dengannya

Bak balon meletus. Tiba saja semangatnya membara ingin mewujudkan khayalannya. Bergegas membongkar celengan ayam. Sekitar 10 jt terkumpul

_cukuplah_ batin Yuu riang

Kondisi kota tak begitu banyak terlihat sebuah aktivitas unjuk muka. Suara sirine polisi terdengar dari kejauhan mendekat. Orang berlalu lalang mulai menunjukkan wajah was-was. Artinya sebuah tindak kriminal baru saja terjadi atau polisi sedang menuju lokasi setempat. Ternyata benar saja, Tepat dihadapan yuu duduk melepas penat kakinya. Sebuah pisau ditodongkan kearah nenek tua penjaga toko makanan, Wanita berjaket hitam dengan kaus kaki selutut menyeret gadis muda dengan tangan kiri, semestara tangan kanannya menodongkan pisau kearah nenek penjaga toko. gadis tersebut diseret kedalam mobil yang datang tepat saat aksi mulai terlihat masyarakat. Pemandangan terakhir gadis tersebut pasrah ditangan kriminal.

Tanpa bantuan hidung hidung pesek yang memang tak diperintahkan untuk menjadi hidung mancung tukang tolong orang.

Yuu terdiam kasar. Matanya lurus kedepan tanpa kedipan. Menelaah kejadian baru saja

"Hei kamu!" yuu menoleh, tampak laki-laki muda seumurannya tepat dihadapannya

"Berapa umurmu?" "17"jawabnya datar "kau saksi, ikut polisi"

Yuu berdiri tegak, sekarang hanya 5 jarak hidung yuu dengannya. "saya ada urusan. Cari saksi lain saja" yuu meninggalkannya

"Yuu Ayasaku, anak detektif kota Unagi Murasaki Ayasaku. Baru saja ter DO dari SMA Unagi dengan alasan sebagai penanggung jawab aksi demo seluruh angkatan kelas 3 saat malam menjelang hari terakhir persiapan festival SMA Unagi. Berniat membuka kedok sekolah dan baru saja meninggalkan rumah hendak berkeliling kota menemukan jati dirinya, tapi tujuan pertama adalah ke tukang rambut mengubah bentuk rambutnya agar tak diken....."

"STSSTTTT" Yuu menerkam mulut lelaki tak dikenal secara paksa. Sontak terkejut remaja seumurannya melepas paksa terkaman maut yuu. "huhhh, hampir saja aku mati" ucapnya lega mengelus dada "aku tak menerkammu sekuat itu!"

"Arghhh, lupakan. Siapa kau?! dan lagi sedalam apa kau mata – matai diriku" Yuu menunjukkan bagaimana bentuk terkaman yang sebenarnya pada kerah baju lawannya

"Lepaskan, harganya saya jawab"

"Seharusnya kau bisa berpikir siapa saya, mengingat otak jelimu selalu berpikir istimewa" jawabnya membenahi terkaman Yuu "eheee, oke oke" lanjutnya

saat yuu bermuka masam

"Osama chuuya, datanglah kesini. Setelah kau berhasil mengubah gaya rambutmu" lanjutnya menyerahkan sepotong kertas. Dan benar saja bertuliskan alamat asing bagi Yuu. Yuu tak mengerti hendak bertanya balik.

Osama chuuya tak ada dalam jangkauannya