Desa terpencil di bagian pelosok Sumatra, sekurangnya ada sekitar 100 kepala keluarga yang bernaung, menggantungkan hidup mereka mencari asa di bawah lingkup perbukitan, kayu bakar adalah hasil utama dari masyarakat di tempat tersebut.
Bukan lagi terpencil desa tersebut merupakan desa terisolir, jauh dari jangkauan Pemda setempat.
Belum ada listrik, PDAM, jaringan seluler maupun internet, tidak ada yang hidup benar benar berkecukupan semua kepala keluarga bahu membahu untuk saling bantu membantu memenuhi kebutuhan agar tak kekurangan.
Jika anak anak disini ingin mendapatkan pendidikan maka jalan keluarnya adalah hijrah dari desa, merantau ke kota, karna disini belum ada akses pembelajaran maupun fasilitas pendidikan lainnya.
Untuk mencapai kota maupun kecamatan terdekat harus siap melangkahkan kaki sekurangnya dalam jarak 15 km, untuk bisa sampai ke desa sebelah yang mana fasilitas jalan dan kendaraan lebih memadai.