Cukup sudah maki makiku terhadap anak buahku itu, aku juga telah melepaskan pukulan terkeras ku padanya, beraninya dia mengatakan wanita ku tidak bisa tertolong lagi.
Suara lirih dan lambat, tiba tiba menggema telinga ku hingga aku pun tersentak, sontak berhamburan ku kejar sumber nya. Wanita ku meregang nyawa di depan mataku.
Seperti apa pedih dan hancur yang harus ku terangkan lagi, tidak dapat di bagi kedalam kata kata, sungguh ini sangat melukai. Menerjang sengit jiwaku.
"Ban..." Panggilnya padaku, ku gapai jemari nya, ku tangkupkan telapak tangan nya yang sudah mendingin, ke pipi ku. Air mata ku sampai membasahi telapak tangannya. Namun dia masih tersenyum padaku, meskipun tak bisa lagi berbicara dengan lancar, suara nya lambat, tersendat sendat dia berbisik padaku.