Air mata berguguran tak berasa pipi mulus merona kemerahan itu sampai basah oleh aliran derasnya, bendungan Alana runtuh memecah hingga meluap pekatnya, dia terisak memeluk kertas putih ke dada.
Tak pernah di sangkanya tatapan indah seorang Veet pada masa dahulu nya, itu benar adanya, Alana kala itu sempat berfikir tatapan nya hanya sekedar gurauan semata, tak nyata Veet hanya beranggapan dirinya bak seorang adik persis hal nya Bindari.
Namun tak di temukan nya di mata sendu pria itu di kala menatap nya justru berbeda jika dia menatap seorang Bindari, Alana sempat berfikir tatapan Veet padanya justru seperti tatapan Bani ketika menatap Bindari.
Alana menyesali perbuatannya di masa lalu, kerap cuek meskipun tak di pungkiri dirinya sempat respect dengan perhatian pria itu terhadap nya, namun Alana perempuan butuh kepastian, siapa sangka Veet hanya sekedar memendam perasaan nya.