Remote itu terpental dari tangan nya, dia membeku dalam keadaan berdiri, tatapan nya mengosong, sebelum akhirnya tubuh itu ambruk, untungnya aku lekas datang, menyambut tubuh nya dengan kedua tangan ku.
Matanya terpejam di pelukan ku, giginya mengatup, air mata menitik jatuh dalam pejamannya, sungguh hal seperti ini siap atau tidak siapnya aku semua harus terjadi.
Aku saja terluka sedemikian pedihnya, apalagi dia, dia meninggal kan kedua orang tuanya setahun yang lalu, dia dikirimkan untuk ku, tapi lihatlah apa yang dia terima setelah kembali selain dari airmata.
Aku rasa diriku bukan sandaran nya saat ini, tapi di mana air mata dan juga kekecewaan itu bermula, Bin ku hancur seketika, titik terpuruk yang sulit ku apungkan ke permukaan.
"Ya Allah gak tega, sungguh aku gak kuat ngeliat dia seperti ini" batinku.
Mengadu tangis bersama tubuhnya yang menglunglai di pelukan ku dengan mata yang mengatup.
"Bin, sadar sayang Bin, Bin...." Aku berteriak sekencang kencangnya disana.
*