"Kamu jangan pura pura, diam diam kau merindukan dia kan? Ya elah kau tidak bisa berbohong dariku, kau temanku dari kecil, Vin bodoh itu mungkin bisa kau bodohi tapi aku tidak, hm!" Ocehnya lagi, dengan rasa percaya diri nya yang tinggi itu.
Akupun tergugu sebelum akhirnya aku berlarian terlebih dahulu, ku terobos saja kamar asisten kesayangan ku, langsung ku pertanyakan padanya.
Telpon dari Indonesia pun datang, seseorang pria bertubuh besar berjas hitam, memberikan telepon nya padaku, dia bilang itu dari orang tuaku.
"Hallo mama..." Ucapku dengan sumringah.
"Ini bukan mama Hariksa tapi ini mama Is yang bicara, mama sekarang lagi di mansion nya kamu" jawaban dari sana, perasaan aneh kembali menderaku di balik mekarnya senyumku. Veet menaik turun kan alisnya menggoda ku, sampai ku sipaki kakinya, sampai meringis kesakitan di bagian tulang keringnya itu. Aku pun tersenyum seringai padanya.