Fauziah bergumam di dalam hati, ya Allah ini terlalu sakit, mulutnya sendiri yang terminta ke jujuran tapi kenapa hatinya ikut mengatakan, membenarkan, meski ini keinginan nya, tapi kenapa begitu sakit, sangat sesak? Dada ini begitu perih, matanya sontak memerah.
Air mata tak kuasa, kelopak kecil bukanlah sebuah bendungan raksasa yang bisa membendung puluhan kubik hantaman aliran air, jika hujan terus saja mengguyur maka tak bisa terelakkan banjir pasti akan menerjang, begitulah perasaan seorang nona Alvino, menawar rasa, debaran dadanya kian berdegap degap, sekujur tubuh itu rasanya seperti patahan lempengan mengakibatkan getaran hebat.
Terbesit sebuah harapan konyol, kalau ini bukan lah kejujuran suaminya, dia berharap sang suami hanya sekedar bergurau saja, belum serius, seperti yang sudah sudah pria itu terlalu sering bergurau hingga tiada dapat membedakan dimana saat keseriusan itu terjadi dan di mana gurauan itu melewati jalannya.