Mata penuh embun luka itu membelalak kian sempurna, tak kalah di hadapan nya, seseorang di balik pagar besi itu tiba tiba bangkit dari duduknya yang semula bersimpuh menyimpan kepala di sela sela lututnya.
Air mata Jovanka mengalir begitu saja, setetes demi setetes mulai mengejar rahang jenjangnya, dia termangu dalam kondisi yang sudah semrawut rambut berantakan serta tubuh kuyupnya karna keringat, satu hal dress mewah yang semula di pakai Jovanka dengan seksinya ternyata sudah berganti piyama putih.
Seseorang itu menatap nya nanar, dalam mata membiru, sudut pipi yang lebam, rambutnya berantakan nyaris menutupi seluruh wajahnya namun di samping itu Jovanka tidak mungkin salah mengenali siapa sosok tersebut saat ini, hati Jovanka hancur, miris mengiris.
Pandangan mata Jovanka turun mengikuti pijakan huyung nya sosok tersebut, perban putih di kaki, membalut luka, air mata Jovanka semakin mengalir deras, hangat membelai lembut pipi mulusnya.