Dia pergi dalam larut, Jovanka sudah hilir mudik menunggui pria itu untuk bangun, tapi sepertinya tidurnya terlalu mendalam, terlalu enak mengahayati mimpinya entah dengan siapa.
Tapi Jovanka tak mengelak, setiap detik, menit berlalu dia terus memperhatikan gurat tampan yang pulas itu, dia kerap bergumam dalam tidurnya.
"Aku cinta kamu Bin?" Itulah isinya, gimana Jovanka tidak geram, sampai menghentak hentak sejenak, sampai akhirnya memutuskan mandi, membersihkan diri, dandan, pria itu masih saja bak kebo berbulu lembut sangat manis.
Tidurnya saja bikin suhu tubuh Jovanka serasa panas dingin, namun apa boleh buat dirinya harus tahan, dia adik, dia bukan lagi tujuan, jika ingat taruhan itu dengan istrinya mungkin sudah di lahap habis oleh kerakusan Jovanka.
Tapi azimat di jari manis ini, kurang beretika selalu menjadi tembok penghalang kenakalan nya.