Nona Alvino terpaku pada sudut rumah sakit, bola matanya yang indah mengkristal di penuhi genangan duka yang berusaha di kumpulkan oleh kelopaknya.
Ia tak tumpah namun sakitnya sungguh sangat menyayat bahkan menusuk pedih sampai pada relung terdalam nya.
Apalagi yang membuat nya terluka kembali kalau bukan melihat getirnya masa masa menuju gelombang cinta yang mendebarkan itu, membayangkan kembali suaminya yang tak kunjung kembali, bagaimana jika dia tidak selamat? Seperti yang dikatakan nona tanah, rupanya kegetiran itu membuat pikiran seorang nona Alvino mendadak kacau, dia khawatir sebelum bertemu sang suami masa mendebarkan itu keburu datang menghampiri.
Pada siapa dia akan mengadu, selain ibunya, dia membutuhkan pria yang telah menaruh benih itu di rahimnya, dia pasti membutuhkan nya saat kesakitan yang melebihi seribu tulang di patahkan itu datang?
Kapan kah dia kembali? Itu isi benak kepala seorang nona Alvino saat ini.