Farel termangu, ini berhasil menguras air matanya, begitupun sang ibu, nyonya Hariksa sampai tersedak karna isakan yang berusaha di bendungnya, luka lama yang sudah pudar kembali berdarah ulang.
Alana sampai menyembunyikan kepala nya pada dada sang suami, sementara tuan Alvino terpaku diam membungkam.
"Hoi Awan kenapa kau diam saja?" Teriak Farel kemudian dengan lancang nya, sepertinya Alvino pungut ini terbawa suasana juga. Alana langsung mendongak melebarkan mata pada suami nya tersebut
"Eh kau memanggil papa apa barusan itu? Anak durhaka kamu?"
"Eh iya keceplosan Als, hehe..." elaknya, kekehan itu berhasil membuat tangis nyonya Alvino berubah menjadi tawa meskipun samar tapi mata yang berlumuran hujan itu terlihat mulai cerah kembali.
"Oi Awan, peluk Isa mu napa? Dia nangis tu?" Farel kembali menggoda kedua orang tuanya tersebut, tuan Hartawanpun merasa sedikit canggung.
"Ayo pelukan" desak Farel lagi seraya menarik tangan sang ayah.