Semenjak mengenal dan memadu kasih dengan Hartawan, tidur Hariksa seperti ada yang mencuri, dia kerap terbangun di tengah malam, berharap pagi segera menjelang dan bersua kembali dengan pujaannya tersebut, begitu pun Hartawan sama sama bucin nya, sampai mereka lupa dunia ini tidaklah sedatar pemikiran nya.
Satu bulan berlalu tak berasa, keduanya semakin larut dengan rasa dan hasrat yang semakin memuncak, meski Hartawan dan Hariksa begitu menjaga batas-batas hubungan sewajarnya, menghindar dari hal biru yang ujungnya menodai kesucian cinta mereka.
Namun kembali lagi harfiah nya manusia, Hartawan dan Hariksa tetaplah darah muda sepasang manusia biasa sama halnya dg kebanyakan muda mudi di ujung sana, imannya lemah, ibadah nya semrawut yang ada di benaknya hanya serta merta tentang duniawi semata.
Nyaris saja kecelakaan itu sempat terjadi karna terlalu mengikuti gejolak hati, terlalu lupa tempat berpijak karna rasa yang semakin mendalam, menggelora.
