Chereads / amarah bahagia / Chapter 28 - Telpon misterius.

Chapter 28 - Telpon misterius.

Ponsel Ziah terus berdering, walaupun kini sudah malam, Fauziah juga heran siapa penelpon itu.

Tapi enggan mengangkatnya, Ziah sampai kesal dan membanting ponselnya, bahkan Ziah juga mematikan ponsel tsb tapi saat di hidupkan kembali, ponsel itu berdering lagi, seperti teror bagi hidup gadis ini.

"Ih siapa sih? iseng kali? bikin kesal aja"gerutu Ziah melihat no tak di kenal itu terus terusan menlp nya.

"Apa aku angkat aja ya"Ziah mengambil ponsel itu dan berpikir.

"Gak usah deh, tadi juga di angkat oleh Bani, tapi gak ada jawaban, mungkin emang sengaja nih orang kerjain aku, hmm biarin aja deh, sampai mana dia sanggupnya "Ziah melempar kembali ponselnya ke atas kasur dan keluar dari kamarnya.

Duduk santai di depan tv sambil memeluk boneka panda yg pernah Bani hadiahkan untuknya.

Ziah mulai bosan dg acara2 yg ada di tv tsb, berkali kali Ziah menekan tombol remot TV dan mengganti Chanel nya tapi tetap tidak ada acara yg di sukai, dan akhirnya mematikan TV tsb.

Ziah melangkah ke arah dapur, dan memasak nasi goreng kebetulan sepulang kerja ziah sempatkan belanja untuk keperluan dapurnya selama sebulan.

"Taraaa... nasi goreng ala Fauziah siap di santap hmm"Ziah memegang sepiring nasi goreng buatanya dan membawa nya ke arah meja makan lalu menyantap nya dg lahap.

Tapi tiba2 Ziah kembali terganggu ponsel itu terus berdering lagi membuat Ziah kesal dan beranjak meninggalkan makanan nya untuk mengambil ponsel tsb.

Tanpa pikir panjang lagi Ziah membawa ponsel nya ke arah meja makan dan menjawab tlp itu tanpa melirik siapa no yg mnlp tsb.

"Eh lo siapa sih? gangguin aja dari tadi, kalau berani lo ngomong langsung sama gue?"bentak Ziah dg sangat kesal.

"Maaf Fauziah apa saya menganggu kamu?"jawab seseorang dari dalam ponsel tsb.

Ziah langsung terkaget hingga tersedak dan langsung meraih minuman nya dan meneguknya dg cepat, lalu menghembuskan nafasnya.

"Eh pak Farel, maaf tadi saya kira orang iseng, maaf kan saya pak"jawab Ziah dg terbata bata, malu juga telah membentak atasan nya itu, mengira yg menelp nya adalah orang iseng tadi.

"Gak pa pa, emang ada yg isengin kamu?"

"Iya pak, dari tadi sore dia nlp terus dan saya udah angkat tlpnya tapi gak ada siapa2 yg bicara, sampai sekarang pun dia masih aja nlp, makannya tadi saya kira bapak orang itu"jawab Ziah kemudian dg senyum tipis.

Farel terdiam sejenak dan berpikir mengingat tadi siang dia mengajak Ziah untuk menemui client di sebuah restoran. Dari kejauhan ada orang aneh yg terus terusan ngikutin mereka, Farel mencoba paham saat itu mungkin hanya perasaanya saja tapi setelah Farel perhatikan orang tsb seperti memata matai setiap gerak gerik mereka.

Farel masih tetap acuh tapi semakin lama orang tsb semakin mencurigakan dan benar itu bukan perasaanya saja orang tsb emang mata2.

Farel mulai mengingat ingat siapa mereka dan akhirnya Farel ingat itu pasukan Kawaki, tapi yg membuat Alvino pungut bingung kenapa mereka tiba2 ngintilin.

Tanpa perintah darinya Farel juga tidak suka di kawal, tapi sepertinya mereka tidak sedang mengawal tapi lebih ke memata matai Farel.

Alvino pungut sangat bingung, dan berpikir apa ini ada hubungannya dg orang yg mnlp Fauziah secara tadi siang dia pergi bersama Fauziah, pria ini terus teringat dan menimbang segalanya.

"Pak Farel, apa bapak masih disitu?"Fauziah heran karna sedari tadi atasan nya itu tidak menjawab, hanya diam saja.

"Eh iya, ada apa Fauziah?"Farel sedikit terjingkat hingga salah tingkah.

"Loh, kan bapak yg tlp saya, ada apa pak? apa ada hal yg penting?"Fauziah mengerinyit heran.

"Oh iya itu saya mau nyampein ke kamu, kalau besok dan seminggu kedepan saya mulai cuti, dan tolong kamu atur semuanya selama saya tidak ada, apa kamu bisa?jawab Farel dg sedikit gugup.

"Owh, baiklah pak, saya akan laksanakan sesuai permintaan bapak"Ziah tersenyum.

"Ok terimakasih Fauziah"

"Iya sama2 pak Farel"jawab Ziah dg lembut dan langusung menutup tlpnya.

Gadis itu lantas menghembuskan nafasnya dg kasar, dan kembali menikmati nasi goreng buatanya itu.

"Sepertinya ada yg tidak beres, apa ini kerjaan Bani ya?"gumam Farel yg kini sedang sendirian dirumah nya yg cukup besar itu.

Disana Farel tinggal hanya bertiga dg para pembantunya, satu tukang kebun dan yg satu ngehandle seisi rumah Farel mereka adalah pasangan suami istri yg sudah bekerja bersama Farel sejak Farel memasuki rumah itu pertama kali.

Sebenarnya Hartawan menginginkan Farel tinggal bersama mereka sayangnya Farel ingin mandiri, tidak ingin selalu bergantung dg nya dan terpaksa Hartawan mengikuti kehendak anak angkatnya tsb.

"Gue harus ke rumah Bani sekarang"batin Farel, dia bergegas keluar dari rumah besar tsb langsung menuju garasi dan mengendarai mobilnya dg cepat.

Tak berselang lama, mobil Farel dg lajunya memasuki gerbang Alvino mansion.

para penjaga juga tau itu mobil anak angkat Hartawan jadi tidak akan lagi menanyai kedatangannya kesana.

Pintu gerbang itupun tertutup secara otomatis setelah mobil Farel memasukinya.

Hingga akhirnya mobil Farel berhenti di area parkir khusus rumah Hartawan, dan Farel langsung melangkah ke arah rumah mewah kediaman Alvino tsb.

Menekan tombol yg berada di samping pintu masuk rumah yg mewah dan megah itu.

Terlihat seorang wanita memakai seragam hitam yg di kombinasikan dg warna pink tua khas pelayan dan ART keluarga Alvino membukakan pintu.

Dia tersenyum ramah menyambut Farel karna memang sangat mengenal siapa Farel.

Alvino pungut juga membalasnya dg ramah dan sopan, lalu melangkah ke dalam rumah mencari keberadaan yg punya rumah.

"Helena?" Farel sedikit mengencangkan suaranya karena melihat Helena dari kejauhan berjalan ke arah dapur, Helena pun sedikit terjingkat dan mengarahkan langkah nya menemui Farel

"Eh ada den farel toh, kapan datang nya?"jawab Helena berbasa basi

"Barusan Helena, papa sama mama ada kan dirumah?"tanya Farel kemudian.

"Ada, mereka lagi di ruang makan den Farel"jawab Helena dg sopan dan ramah

"Ok makasih Helena"

"Sama2 den Farel"jawab Helena tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya ke arah dapur.

"Malam pa,ma"Ucap Alvino pungut yg kini telah sampai di tempat Hartawan dan istrinya yg sedang menyantap hidangan makan malam mereka.

"Eh malam sayang..ayo makan dulu bareng sini"ajak mama seraya tersenyum saat melihat kedatangan putra angkatnya itu.

"Iya Farel, ayo duduk disamping papa"sapa Hartawan kemudian.

"Nanti aja pa, ma, Farel kesini mau bertemu kakak apa dia ada dirumah pa, ma?"Farel memandangi ke dua ortu nya tsb.

"Ada, dia di kamarnya, dari tadi mama suruh turun dianya bilang nanti, gak tau deh sedang apa anak itu sekarang"jawab mama mengangkat kedua bahunya.

"Ya udah deh Farel kesana dulu pa, ma, selamat makan"jawab Farel, Hartawan dan istrinya menganggukkan kepala dan tersenyum.

Farel mempercepat langkah nya, menaiki tangga dg tergesa gesa menuju arah kamar Bani.

Langsung membuka pintu kamar itu tanpa mengetuknya kebetulan Bani juga tidak mengunci kamar nya tsb.

Farel seperti nya sudah terbiasa dg Bani karna secara Bani memang menganggap Farel seprti adiknya sendiri begitupun sebaliknya.

Meski kerap bertengkar tapi keduanya juga saling menyayangi layaknya saudara kandung.

"Kakakku tersayang...."sahut Farel dg manja menghampiri Bani yg ternyata sedang merenung tak menentu di balkon kamarnya seraya menatap langit.

Banipun terkaget, dan membalikkan badannya.

"Farel? ngapain kamu kesini?"jawab Bani dg wajah yg di tekuk, tidak seperti biasanya selalu memarahi dan berkata seenak nya terhadap Farel, nampak nya kali ini Bani begitu serius lain dari biasanya.

Farel menyadari hal itu, membuat nya bingung dan penuh tanda tanya tidak biasanya kakak angkat nya itu bersikap seperti itu terhadapnya.

"Apa ada masalah kak?"ucap Farel kemudian menghampiri Bani yg kembali melirik langit malam.

Farel juga mulai menampakkan keseriusan nya,bbiasanya mereka berbicara ngasal dan kali ini sepertinya begitu kaku seperti ada masalah besar yg sedang menghampiri.

"Gak ada,bsemua baik2 aja"jawab Bani masih dg wajah yg serius seprti menahan beban.

"Kalau semua nya baik, kenapa kakak terlihat begitu murung dan seperti ada sesuatu masalah yg sedang kakak pendam?"Farel mencoba mencari jawaban.

"Gak, aku cuman kecapean Rel, apalagi sekarang kerjaan makin menumpuk, jadi ya itu lah sebabnya"jawab Bani mencari alasan.

tapi Farel tau itu hanya alasan saja, pasti ada sesuatu yg di sembunyikan Bani tapi Farel tidak mau menanyai nya lebih lanjut karna sepertinya Bani sedang tidak ingin menceritakan masalahnya.

"Apa aku boleh tanya sesuatu kak?"Farel mendekati Bani dan berdiri tepat di sampingnya.

"Iya tanya aja, ada apa?"jawab Bani dg mata masih menatap langit malam yg kelam tanpa satupun bintang.

"Apa kakak menyuruh Kawaki untuk membuntuti aku?"tanya Farel.

Bani tersentak memandangnya, kok Farel bisa tau kalau dia menyuruh Kawaki memata matai adiknya itu tadi siang guna mengetahui pergerakan dan sikapnya terhadap Fauziah.

Karna takut ke khawatiran Hartawan terjadi, jadi Bani sengaja menyuruh bodygard mengikuti dan melaporkan tindakan yg Farel lakukan terhadap Fauziah saat ada meeting di luar kantor.

"Oh iya, aku yg suruh"jawab Bani sedikit menyembunyikan rasa gugupnya karna takut Farel mengetahui tentang Fauziah.

"Tapi kenapa?"Farel menatap Bani seruis.

Bani semaki gugup dan mencoba mencari alasan supaya Farel percaya.

"Ya kamu tau kan, AA sekarang berada di tanganku dan pasti berita itu sudah menyebar kemana mana, kamu adikku, kita berdua pimpinan disana tidak menutup kemungkinan musuh papa tiba2 datang dan mencelakai kamu, ya secara mereka tau selama ini kamu dan aku tidak pernah di kawal oleh bodygard jadi bagi mereka ini seperti kesempatan untuk lebih mudah menghancurkan keluarga kita"sepenggal alasan yg cukup masuk akal bagi adiknya.

"Tapi kenapa kakak gak bilang sebelumnya?"Farel bingung.

"Ya kalau aku bilang kamu pasti tidak akan setuju iya kan? makanya aku suruh mereka diam2 ngawal kamu, tapi akhirnya ketahuan juga kan?"Bani menyembunyikan kegugupan nya dg tidak menatap mata Farel saat berbicara dan mengalihkan pandangannya ke langit.

"Ya baik lah, tapi besok2 jangan lagi lah, aku kurang nyaman"jawab Farel dg muka yg memelas.

"Gak bisa gitu dong, kamu keluarga Alvino ya harus terbiasa, terlebih kita penerus perusahaan mau tidak mau kamu harus menjalaninya"Bani mulai berani menatap Farel, karna sepertinya Farel percaya semua alasan Bani.

"Hmm begini amat jadi anak konglomerat"upat Farel.

Bani mulai tersenyum melihat ekspresi Farel yg begitu tidak terima dg keputusan Bani tentang Kawaki yg akan mengawalnya.

Bani cukup puas karna mulai saat ini bisa dg mudah mengawasi gerak gerik Farel dan Fauziah melalui mata kawaki.

"Eh aku teringat sesuatu deh kak?"ucap Farel kemudian, membuat Bani menatapnya serius.

"Apaan?"

"Tadi sekretaris aku bilang dia di tlp berkali kali oleh seseorang yg tidak di kenal dan saat tlp nya diangkat orangnya gak jawab, tapi terus terusan nlp lagi, apa mungkin itu ada kaitannya dg pernyataan kakak barusan soal musuh papa, ya secara aku meeting keluarnya bareng dia"ucap Farel.

Bani terkaget mendengar perkataan Farel tsb, ada rasa khawatir di pikirannya mengenai keselamatan sang kekasih.

Tapi tidak mungkin itu berkaitan dg musuh papa secara cerita musuh itu cuman alasan Bani membohongi Farel.

Papa sebernarnya tidak lah mempunyai musuh, pesaing bisnis emang banyak tapi tidak sampai menjadi musuh sehingga harus mencelakai keluarga Alvino.

Farel tidak pernah bertanya Hartawan punya musuh atau tidak makanya saat Bani mengatakan itu langsung percaya begitu saja.

"Siapa sebenarnya yg nlp Ziah tadi ya? gak mungkin musuh papa lah secara papa gak punya musuh itukan cuman alasan aku aja biar Farel percaya, tapi siapa pe nlp misterius itu, haa sial Ziah kenapa kamu gak bilang sih sayang"batin Bani seraya mengingat kejadian bersama Fauziah saat dia mengangkat tlp tsb dan ternyata tidak ada jawaban.

Bani pikir itu hanya orag iseng biasa tapi ternyata Farel malah memberitahu kalau orang itu nlp Fauziah lagi dan itu berkali kali .

"Kapan dia cerita sama Kamu?"Bani menatap Farel serius wajahnya penuh rasa khawatir.

"Ya tadi, sebelum aku kesini aku tlp dia, maksudnya ngasih tau perihal cuti aku besok, dan dia mengira aku pe nlp misterius itu karna sangking seringnya di tlp oleh no tak di kenal itu"jawab Farel.

Bani semakin menghawatirkan kekasihnya, dia lantas menlp Kawaki.

"Kawaki sekarang awasi rumah nya sekretaris Farel, jangan sampai lengah, dan laporkan jika ada hal mencurigakan disana termasuk siapa saja yg datang kerumah itu, dan ingat yg punya rumah jangan sampai tau keberadaan kalian, ngerti"perintah Bani dg tegas kepada bodygard nya.

"Siap bos"jawab Kawaki dari balik tlp itu, Bani kemudian menutup tlp nya.

"Tapi kak? apa kawaki tau dimana rumah Fauziah?"Tanya Farel kemudian bingung

"Ya tau lah, kamu yg ngasih tau kan?"jawab Bani sedikit keras karna rasa khawatir.

"Aku, kapan?"Farel bingung karna tidak merasa memberitahu kan apa2.

"Kamu yg keganjenan ngantar gadis itu pulang, akhirnya dia jadi kena masalah kan, gara2 kamu tuh"bentak Bani kepada Farel.

"Jadi pas aku ngantar Fauziah, Kawaki juga ngekorin aku ya?"jawab Farel seraya mengingat kejadian tadi siang setelah meeting selesai dia mengantar Fauziah langsung kerumahnya karna sangat penasaran dg keluarga gadis itu.

Apalagi perihal Arza yg sangat mirip dg nya membuat Farel begitu ingin mengetahui jati diri Fauziah.

"Ya iya, secara dia pengawal kamu ya kemana kamu pergi ya pasti dia ngikut"jawab Bani kemudian.

Ada rasa cemburu di hatinya saat mengetahui Farel mengantar Fauziah pulang dari laporan Kawaki.

"Ya maaf, aku kasihan aja, karna dia bilang mau pulang naik angkot, makanya karna searah juga ya sekalian, gak ada kok maksud apa2"jawab Farel dg wajah yg di tekuk.

Bani menghembuskan nafasnya yg sesak karna rasa khawatir, mungkin kalau bukan kekasih nya dia tidak akan sekhawatir ini.

Apa lagi dada nya masih sesak saat mengetahui Farel beraninya mengantar Ziah pulang dan Fauziah juga tidak memberitahu Bani dg siapa dia pulang.

Itu lah salah satu alasan Bani membelikan Fauziah motor supaya tidak terus terus di dekati atau pun diantar Farel.

karna Fauziah juga memohon kepada Bani untuk membiarkan dia mandiri di kota itu agar lebih terbiasa tanpa harus selalu di bantu oleh Bani yg menjemput juga mengantarnya pulang.

Fauziah tidak ingin tergantung dan merepotkan kekasihnya itu, Bani terpaksa mengikuti keinginan Fauziah tsb dan akhirnya membelikan Fauziah motor baru biar lebih mudah untuk kekantor.

"Hah..sudahlah, lain kali jangan lakukan itu lagi, mengerti"bentak Bani kemudian.

Farel terdiam dg wajah yg cemberut karna di marahi oleh kakaknya itu.