Fauziah menangis haru di sebuah sudut ruman sakit, tidak dapat menahan air matanya saat ini untuk tak tumpah ke bumi.
"Bagaimana caraku mengatakan pada ayahmu? Tidak mungkin kita menunda impian nya nak, tidak mungkin, ya Allah kenapa secepat ini?"
Dg tangan yg memegang secarik kertas putih seperti nya saksi bisu kalau dirinya tengah mengandung anak dari suaminya.
Tapi dia bimbang dilema pahit yg ia rasakan, di sisi lain bahagia karna kehamilan tak terduga ini, namun sang suami di pastikan akan mengikuti pendidikan di luar negri.
"Sebaik nya kita bersembunyi dulu dari ayahmu nak, dia tidak boleh tau kalau ibumu tengah mengandung, maafin ibumu ini nak, tapi yakinlah nanti dia pasti ku beritahu dg cara yg tak terduga, anggap saja surprise"Fauziah tetap tersenyum meski air matanya berlinang.
