Chereads / MEMORI [HIATE] / Chapter 14 - 13. DIA YANG KURINDU

Chapter 14 - 13. DIA YANG KURINDU

Tidak terasa minggu telah berganti bulan, ujian nasional sudah selesai. Kini para siswa kelas XII tinggal menunggu hasil UN keluar.

Siang itu Clara dan Kuin sedang melihat Robert bermain sepak bola bersama anak kelas XII lainnya.

"Udah sebulan ya sejak dia pergi."

"Iya, dia bener-bener ngilang tapi."

"Ilang gimana?"

"Ya ilang. Sesuai yang dia bilang, ga ada hubungin aku sama sekali."

"Eh? Kok gitu."

"Takut ga bisa menuhin janji ke orang tuanya."

"Hah?"

"Takut kangen, terus malah balik sini."

"Terus? kamu percaya gitu?"

"Kalo inget siapa dia. Ya mau ga mau aku jadi percaya. haha," katanya sambil tertawa.

"Kamu ga sedih."

"Sedih pasti, tapi aku percaya apapun yang terjadi, Tuhan selalu beri yang terbaik buat kita."

"Lah jadi suster sekarang.hahaha."

Akhirnya mereka berdua malah tertawa sendiri. Mereka tidak sadar jadi perhatian orang disekitarnya. Mungkin sadar, tapi mereka memilih untuk tidak peduli.

Clara berterimakasih pada Andre sebenarnya. Dengan menghilang tanpa dapat dihubungi, membuat Clara lebih mudah untuk mengalihkan pikirannya. Memang sulit di minggu-minggu awal. Namun semakin hari dirinya menjadi semakin terbiasa.

***

Pertandingan selesai, Robert mendatangi mereka.

"Ay, Clar, mau ikut makan dulu ga habis gini?"

"Mau!" jawab Clara cepat.

"Aduh ay, Clara masi perlu ditanya?"

"Hahaha aku lupa ay," jawab robert sambil tertawa diikuti tawa yang lain yang ikut mendengarkan juga.

Mereka lanjut mengobrol dan tertawa bersama. Tak lama setelah itu mereka dan anak kelas XII lain bersiap untuk pergi makan.

Baru saja akan pergi. Tangan Clara ditahan oleh seseorang. Nando.

"Clar, aku bisa ngomong sebentar?"

Melihat ini Kuin maju untuk menghentikan Nando. Namun belum sempat Kuin mengambil langkah kedua, Clara menghentikannya.

"Gapapa Kuin. Yuk do, tapi bisa lepas tanganku dulu?"

Nando menurut dan melepaskan tangan Clara. Sedangkan Kuin mendecih kesal.

"Cih, awas aja kamu kalo ada apa-apa sama Clara."

"Udah ay. Clar, Do kita tunggu diluar ya."

"Makasih," kata Nando.

Robert dan Kuin pun pergi keluar. Kuin sebenarnya masih memaksa untuk menunggu disana, namun Robert berhasil meyakinkannya.

"Duduk disana aja yuk. Ga enak ngomong sambil berdiri," ajak Clara.

"Eh.. oh.. iya," jawab Nando canggung.

Mereka pergi duduk di tempat yang Clara maksud.

"Jadi kenapa do?" tanya Clara tenang.

"Aku mau minta maaf Clar."

"Buat?"

"Semuanya."

"Tenang do, aku udah maafin kamu kok."

"Beneran?"

"Iya."

"Jadi aku bisa buat ikut bareng kalian lagi?"

"Bukannya aku belum maafin do, tapi kayanya untuk saat ini ga bisa deh."

"Kenapa?"

"Ya aku rasa belum waktunya aja."

"Terus kapan?"

"Sorry? Aku disini gak untuk denger kamu maksa aku lagi kan?"

"Ah iya maaf Clar."

"Ok, kayanya sementara cukup itu dulu deh. Yuk!" tutup Clara sambil mengajak Nando keluar.

Ntah mengapa Nando merasa tak bisa menghentingkan Clara. Jadi dia hanya menurutinya.

"Ok." jawab Nando lemas.

Merekapun keluar dan menuju ke arah parkiran. Nando pamit pada yang lain dan pergi duluan dengan motornya.

"Kamu gapapa kan Clar?" tanya Kuin khawatir.

"Haha.. gakpapa kok. Santai aja."

"Ah, baguslah."

"Yuk jalan, udah laper nih!"

"Ah kamu ini makan aja isinya kepala," jawab Kuin bosan.

"Hahaha.. yuk dah," kata Robert akhirnya menutup obrolan di parkiran itu.

Merekapun naik ke mobil Robert. Setelah semua siap merekapun berangkat ke tempat makan bersama yang lain.

***

Sore itu Clara sedang asik duduk di depan rumahnya sambil menyantap Chitato rasa favoritnya.

Rumah sedang sepi, papa dan mama sedang ke Surabaya untuk menemui rekan bisnis papa dari Arab sedangkan Ana masih belum pulang dari sekolah.

Lama kelamaan Clara bosan tidak ada yang dikerjakan, jadi dia mengambil gitarnya dan mencoba memainkan beberapa lagu, namun dirinya berhenti saat mengingat lirik lagu 'Tercipta untukmu' dari ungu. Mengingat lagu itu dia menyanyikannya dengan penuh perasaan.

Asyik menyanyi sambil memejamkan mata menghayati lagu, Clara tidak sadar jika sedang diperhatikan. Setelah lagunya selesai, terdengar tepuk tangan mengiringi akhir lagu.

"Eh? Kuin udah pulang, ada Simon juga," katanya canggung.

Clara benar-benar malu karena didengarkan saat sedang bernyanyi.

"Hehe, kakak keasikan hayatin lagu sambil mikirin kak Andre sih, kita buka gerbang sampai ga denger," goda Ana.

"Ih apaan sih dek," jawab Clara malu-malu.

"Bagus lo kak suaranya, kok ga ikutan audisi Indonesian Idol aja," tambah Simon ikut menggoda.

"Hahaha, ih apaan sih kalian."

Clara benar-benar salah tingkah digoda seperti itu oleh adik dan pacar adiknya itu.

"Eh, beneran lo kak. Suara kakak bagus," tambah Ana serius.

"Ah udah deh, yuk masuk dulu," kata Clara yang masih salah tingkah mengajak mereka masuk.

"Simon langsung pulang kak, masi ada janji mau nyelesain laporan buat OSIS," kata Simon sopan.

"Eh, ga masuk dulu?" Clara menawarkan lagi.

"Nggak kak, makasih."

"Ya udah Simon pulang dulu kak, permisi. Aku pulang dulan ya Nan."

"Eh iya," jawab Ana malu-malu.

Akhirnya Simon keluar mengendarai motornya pulang.

"Nan, masuk yuk," goda Clara.

"Ih.. kakak! Apaan sih."

Clara melihat respon adiknya yang salah tingkah tertawa senang.

"Hahaha, makanya jangan suka godain kakak."

"Oh, balas dendam nih ceritanya."

"Iya dong, hahaha."

Awalnya Ana mencoba cemberut. Tak tahan dengan godaan kakaknya, akhirnya dirinya malah ikut tertawa bersama kakaknya.

"Masuk dulu gih, terus ganti baju. Tar temenin kakak lagi disini."

"Siap kak!" kata Ana.

Ana masuk kedalam untuk berganti pakaian. Sambil menunggu adiknya kembali, Clara memainkan beberapa melodi lagu.

Tak lama kemudian, Ana sudah kembali keluar.

"Cepet banget dek."

"Hehe, takut kelewatan konser kakak."

"Ih, kamu ya."

"Hahaha"

"Gimana sekolah?"

"Lancar kak, hehe."

"Selancar hubungan kamu sama Simon ya."

"Yee.. bales lagi nih."

"Hahaha."

Akhirnya sore itu mereka habiskan untuk bercanda bersama di teras depan.

***

Sore itu, si misterius sedang membaca buku sambil mendengarkan musik dari laptopnya. Sedang asik membaca, dia teringat sesuatu.

Si misterius berdiri dan mengambil kertas dan pensil, dia mencoba mengingat wajah sang pujaan hati. Menggoreskan pensilnya dia mulai membuat sketsa wajah sang gadis.

Sedang asik melukis, laptopnya berhenti memainkan musik. Panggilan masuk Via skype.

"Eh?"

"Loh Gisel?"

Dia menerima panggilan itu.

"Halo."

"Hai kak," jawab gisel dari seberang sana.

"Tumben nelpon."

"Iya barusan liat skype kakak online, iseng aja telpon."

"Kenapa sel?"

"Ah nggak kak, cuma pengen ngobrol aja."

"Oh... Tante apa kabar?"

"Baik kok kak."

Akhirnya mereka lanjut mengobrol. Cukup lama dan merasa sudah tidak ada bahan lain untuk mengobrol, akhirnya mereka memutuskan panggilan.

"Tumben banget tu anak telpon. Haha."

Si misterius kembali ke mejanya dan meneruskan membuat sketsa gadis pujaan hatinya.

***

Akhirnya waktu pengumuman tiba. Clara, Robert, dan Kuin sedang menunggu hasil dibacakan.

"Hah, pasti Clara dapet nilai tertinggi lagi deh," kata Kuin.

"Apaan, aku banyak yang ga bisa kok kemaren."

"Halah."

Sedang asyik mengobrol, suara pak kamto menenangkan membuat mereka terkejut.

"Tenang!"

Suasana menjadi hening.

"Baik, sebelum kalian kembali ke kelas masing-masing untuk menerima hasil ujian kalian, kepala sekolah akan memberikan beberapa patah kata," jelas pak Kamto membuka acara hari itu.

Pak Kamto mundur lalu diambil alih oleh Suster sebagai kepala sekolah. Suster mulai memberikan sambutan, mengucapkan terimakasih dan banyak hal lainnya.

Di akhir pidatonya, suster memberikan fakta yang cukup mengejutkan.

"Selain apa yang saya sampaikan tadi, saya juga secara khusus ingin menyampaikan selamat pada salah satu teman kita Andre."

"Andre teman kita berhasil meraih nem sempurna untuk UN kemarin. Meskipun teman kita ini tidak bisa hadir hari ini, layaklah kita memberi tepuk tangan yang meriah untuk dirinya."

Fakta yang disampaikan suster sungguh membuat para siswa shock. Namun kondisi hening itu akhirnya digantikan tepuk tangan riuh para siswa mengetahui fakta ini.

Akhirnya acara selesai dan para siswa kembali kekelas masing-masing untuk menerima hasil ujian mereka.

"Gila si Andre, nemnya 40!"

"Iya parah sih. Ga nyangka."

Begitulah yang terdengar didalam kelas. Semua masih tidak dapat berhenti membicarakan nilai Andre.

"Kayanya cerita Ana tentang Andre bukan isapan jempol doang deh Clar," kata Kuin.

"Iya, bener-bener ga nyangka aku."

"Boleh bangga tu Clar," goda Robert.

"Hehe pasti dong," kata Clara senang.

"Ok semua tenang," bu Reta masuk menenangkan kelas.

Akhirnya bu Reta memanggil nama tiap anak satu demi satu untuk membagikan nilai Ujian mereka.

Clara berhasil mendapatkan 38, sedangkan Robert dan Kuin sama-sama mendapat 36.

Hari itu selesai dengan baik dan mereka pergi menonton bersana untuk merayakan kelulusan mereka.

***

Malam itu Clara bersiap berangkat untuk melanjutkan studinya ke jepang besok.

Sebenarnya Clara, Robert dan Kuin semuanya lolos untuk melanjutkan studi di harvard. Tapi setelah memikirkannya secara matang, Clara memilih untuk melanjutkan studinya di Todai University jepang.

Clara sedang duduk dikamarnya membaca buku bahasa jepang tingkat lanjutnya.

Ana masuk ke kamar Clara.

"Kakak!"

"Eh, kenapa dek?"

"Kak hari ini Ana boleh tidur sama kakak?"

"Ngapain?"

"Ya mulai besok kan kakak udah berangkat. Ana..."

Ana mulai terisak. Melihat ini Clara menutup bukunya dan memeluk Ana.

"Jangan nangis dong dek, kakak kan jadi ikutan sedih," kata Clara ikut terisak.

"Ya, gimana kak. Baru sebentar kita bareng, kakak besok udah harus pergi."

"Kan kamu pas liburan nanti bisa main ketempat kakak."

"Tapi kan ga bisa ketemu kakak tiap hari lagi."

"Iya sih."

Ana memeluk kakaknya lebih kuat dan mulai menangis lebih keras.

"Kak... Ana janji akan jadi anak yang baik."

"Kakak ga usah kawatirin papa sama mama, Ana pasti jagain mereka demi kakak," katanya sambil masih menangis.

Clara tidak bisa berkata-kata, adiknya ini benar-benar membuatnya tersentuh.

"Makasih ya dek, kakak sama sekali ga nyesel pernah minta papa sama mama buat adopsi kamu.

"Andai kita kenal lebih cepet," lanjut Clara.

Ana tidak bisa menjawab lagi, tangisnya benar-benar menutup pita suaranya.

"Ya udah yuk tidur."

Clara mengajak adiknya tidur. Malam itu adiknya benar-benar tidak melepaskan pelukannya sama sekali. Dirinya tidak pernah menyangka akan mendapatkan kasih sayang seorang adik yang sebesar ini. Dia mengelus-elus sayang kepala adiknya sampai akhirnya dia ikut terlelap.

***

Clara sudah sampai di bandara Juanda diantarkan oleh orang tua, adik, dan kedua sahabatnya.

"Jaga diri baik-baik ya nak," kata mama sambil memeluk dan membelai kepala Clara.

Papa disamping mama ikut mengelus kepala Clara.

"Semangat ya nak studinya."

"Iya pa."

Robert bersalaman dan memberi semangat pada Clara. Clara mengangguk kepadanya.

"Kalian langgeng terus ya. Jangan lupa kirim e-mail," pesan Clara.

"Ok."

Kuin awalnya biasa saja, namun tak lama dia malah ikut menangis. Ternyata Kuin hanya berusaha terlihat tegar tadi. Harus berpisah dengan sahabat yang sebelas tahun sudah bersama dirinya, dirinya benar-benar tak tahan lagi.

Melihat Kuin menangis Clara pun jadi ikut bersedih.

"Baik-baik ya Clar," kata Kuin lagi sambil terisak.

Clara mengangguk.

Ana diam tak bergerak dan terus terisak. Clara mendekatinya dan kembali memeluknya.

"Jaga papa mama ya dek."

"Pas.. hiks.. ti kak," jawabnya terisak.

"Maaf kak Ana gak bisa ngomong sebagus yang lain, Ana juga ga punya kenangan sebanyak yang lain sama kakak."

"Tapi Ana berharap kakak meraih semua impian ka..."

Belum sempat Ana menyelesaikan kalimatnya Clara memeluk adiknya erat.

"Jangan ngomong gitu dek, mungkin kamu memang orang baru dalam hidup kakak."

"Tapi kamu juga orang spesial bagi kakak, ga kalah sama yang lain."

"Makasih ya udah ngelengkapin hidup kakak," lanjut Clara sambil menangis juga.

Mama dan Kuin mendekati mereka berdua dan ikut memeluk mereka. Kuin hanya bisa menangis. Sedangkan mama sambil terisak menangkan mereka.

"Bener kata Clara nak, kamu juga bagian dari keluarga kami sekarang."

"Ga peduli kamu baru atau lama, kamu sama bernilainya sama dengan yang lain."

"Kamu, Clara, Kuin juga semua udah jadi anak-anak mama. Mama bangga punya anak seperti kalian," lanjut mama lagi.

Papa dan Robert hanya bisa diam dan tersenyum melihat kasih sayang diantara mereka semua.

"Ayo Clara masuk. Bentar lagi waktunya boarding."

Clara melepaskan diri dari pelukan.

"Clara berangkat dulu ya semua."

Semua menganggukan kepalanya.

Clara berjalan masuk.

Untukmu yang kurindu, mari bertemu lagi saat kita kembali menjejakkan kaki di bumi pertiwi.