Chereads / Friend and Rival / Chapter 22 - Before Final Election

Chapter 22 - Before Final Election

>One Day Before Final Election

>4.15AM

Huuffht haaah

Kenapa menjadikannya seperti yang kuingankan tuh rumit sekali ya. Hanya membuatnya menjadi ketua kelas dari kelas tertinggi saja susah bener. Sampai-sampai aku harus mengumpulkan mereka di sini, untuk kesekian kalinya. Yaa meskipun tidak lebih dari lima kali. Bahkan aku sendiri tidak sempat untuk berias, rambutku saja masih acak-acakan.

Tok tok tok

"Ya silahkan masuk," ucapku.

"Permisi, Claudia ...."

"Yo! Claudia!"

"Maaf ya, telat nih hehehe."

"Ah neng Claudia, sorry terlambat nih akunya."

"Huaaahemph."

"Sudah kukatakan berapa kali untuk tidak menguap di ruangan ini," ujarku.

"Ah? Maaf claudy, menatap monitor seharian membuatku mengantuk."

Astaga, kenapa mereka bisa bersamaan begini ya. Kurang empat orang lagi ya.

"Lagi empat?" tanyaku.

"Desmond dan Iris baru saja mendapatkan jam pengawasannya di ruang monitor."

"Lalu, Ruka dan Kei?" tanyaku.

"Saat ini melaksanakan jam istirahat."

Yaa hal ini sudah wajar bagiku. Demi menghindari adanya murid-murid biasa yang melihat aktifitas kami. Okelah, aku langsung membuka tasku dan mengeluarkan beberapa selembaran kertas. Menaruhnya di atas meja dan langsung menyebarkan kertas itu layaknya membagikan kartu saat akan berjudi. Rasanya aku malah seperti bandar.

"Jadi, ini rencana tentang apa?"

"Segala hal mengenai apa yang harus kita lakukan dengan angkatan ke 46," ujarku.

Yaa seperti biasa, mereka akan membaca lembaran itu sekitar lima menit. Tapi, rasanya tak akan selama itu deh.

"Claudia."

"Iya?"

"Jadi, apa alasanmu bersikeras menjadikannya ketua master plan berikutnya? Bukankah kita sudah punya bibit di U-Class."

"Haah ... isi otak murid-murid kelas U tidaklah alami, kita butuh seseorang yang suka mempengaruhi."

"Jadi ... kenapa kita tidak mengambil kandidat selain dari kelas U dan A?"

"Yaa, soal itu pasti akan dibuktikan dari hasil Class War yang akan kita laksanakan semester berikutnya," jelasku.

"Ehmm ... Claudy ...."

"Iya?"

"Kapan kamu akan menunjukkan murid kelas U ini kepada murid kelas lainnya? Kurasa tidak mungkin memperlihatkan mereka secara mendadak di semester berikutnya."

"Perlahan saja, kita bisa memperlihatkan mereka setelah final election besok, apalagi aku sudah memperhitungkan siapa yang akan pertama kali menemukan mereka secara tidak sengaja," jelasku.

Kurasa tidak ada pertanyaan apapun lagi. Aku ingin segera mengakhiri pertemuan ini, lalu segera tidur. Yaa demi menjaga tumbuhnya kantong mata di wajahku ini.

"Lalu ... bagaimana dengan Final Electionnya?"

Dih, masih saja ada yang bertanya.

"Itu sudah berada dibawah tanggung jawab Ruka, meskipun enam puluh persennya adalah rencana dariku," jawabku.

"Jika acara itu keluar dari jalur?"

"Aku yang akan langsung turun tangan," jawabku.

"Hah! Kau yakin ingin turun langsung?"

"Hemm ... memangnya kenapa?"

"Yaa, kamu tau kan, kalau hal itu dapat mempertaruhkan image master plan."

"Haahh! Kau pikir siapa aku ini? Mana ada yang berani denganku!"

"Ah ... iya ..., maaf soal itu Claudia ...."

"Ya, gapapa," ucapku judes.

Padahal aku turun tangan agar bisa bertemu dengannya. Aahh sudah lama sekali rasanya. Aku sangat rindu dengannya.

"Jadi ...."

"Hem?" Ada lagi ya.

"Bagaimana dengan Osis?"

"Mereka masih menurut, kan?"

"Iya, masih."

"Ya sudah peralat saja mereka, kan sudah menjadi derajat mereka untuk digunakan oleh kita," jelasku.

Kurasa tidak ada pertanyaan lagi. Mereka mulai merapikan lembaran tersebut dan memasukannya ke tas. Ya sudah kuakhiri saja. Tapi, ada satu hal yang baru kuingat.

"Ehm semuanya ... ada satu hal yang ingin kukatan," ucapku.

Mereka semua langsung memperhatikanku.

"Tolong beritahu kepada Kei, setelah final election nantinya selesai, suruh dia mengawasi ketiga orang itu, ah iya pastikan juga mereka agar tidak mengetahui kebenaran di balik tempat ini maksudku sekolah ini."

Mereka semua hanya mengangguk. Ya tak masalah buatku. Ucapan terakhirku tadi sekaligus menutup pertemuan kali ini. Bisa kacau'kan nantinya kalau mereka tau hanya kita para murid yang mendiami sekolah ini.

>===O===<

Cerita ini adalah Fiksi.

Semua Orang, Kelompok, Tempat, dan Nama yang muncul di Cerita ini.

Tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.

Arc 1

Fertig