terdengar lantunan Syair
kasih ibu sepanjang jalan
kasih anak sepenggalan
kasih Tuhan tak ada bandingan
swush....
wush
terlempar perkasa ke tengah danau ....
energi yang murni
selamat datang
rahasia keabadian
telah kutunggu berjuta juta tahun aku menunggu ...hingga tiba waktunya aku terbebas ..dari tanggung jawab...
Karen engkau manusia yang terpilih yang sudah mengenal diri ilahiah ...
siapakah diri ilahiah...panggil saya eyang Jagad ...
..masuklah pintu langsung terbuka di tengah danau ada sebuah pintu gerbang khusus menuju ke alam Ketuhanan.
siapa diri ilahiah
DIRI ILAHIAH
Diri Ilahiah adalah diri ketuhanan yang ada pada manusia. Ia bersemayam dalam hati manusia. Ia berbicara melalui suara hati atau kata hati dan didengar oleh telinga hati. Ia juga disebut hati nurani, hati yang memantulkan cahaya Ilahi, hati yang menerangi, hati yang selalu mengajak kepada kebaikan, hati kecil manusia atau hati manusia yang terdalam.
Diri Ilahiah itu merupakan akar Ilahiah manusia atau ruh suci manusia yang ditiupkan (dimasukkan) Allah ke dalam diri manusia, "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur" (QS. 32:9; 15:29; 38:72).
Diri Ilahiah itu juga bisa disebut Sir, yaitu rahasia Ilahi yang berada dalam diri manusia yang terdalam. Rasulullah bersabda, "Al Insaanu Sirrun wa Anaa Sirruhu" (Manusia itu rahasia dan aku rahasianya). Yang dimaksud bahwa Allah sebagai rahasia manusia adalah bahwa rahasia manusia itu berada dalam kekuasaan Allah, atau Allah adalah akar Ilahiah manusia, karena manusia memang berasal dari Allah. Hati itu mempunyai tiga lapis: 1. Qalb alat untuk mengetahui sifat-sifat Allah, 2. Ruh alat untuk mencintai Allah, 3. Sir alat untuk melihat Allah dengan mata hati yang terdalam.
Jika lapis hati yang pertama dan terluar itu sudah dibersihkan, ia bisa menangkap rahasia sifat-sifat Allah, maka lapis hati yang kedua akan berfungsi sebagai alat mencintai Allah. Jika lapis hati yang kedua sudah terisi dengan rasa cinta, maka lapis hati yang ketiga, yaitu sir akan berfungsi melihat Allah. Pengalaman ruhaniah ini disebut makrifah, yaitu melihat Allah dengan mata hati, yaitu lapisan hati yang terdalam yang disebut sir.
Ketika mata hati terdalam yang berupa sir itu melihat Allah, ada tiga hal yang bisa dilihatnya, yaitu: 1. Ia melihat pengaturan Allah tentang segala sesuatu, 2. Ia melihat rahasia sifat-sifat Allah dan 3. Ia melihat wajah atau wujud Allah. Yang dimaksudkan dengan wajah Allah tentu saja bukan wajah yang terdiri dari mata, hidung, mulut, pipi, dan telinga seperti wajah manusia, karena Allah memang bukan benda fisik seperti manusia, tetapi wujud Allah yang sebenarnya.
Diri Ilahiah itu juga bisa dipahami sebagai diri Ilahi yang imanen pada manusia, yang bersemayam di hati manusia, dan karenanya hati manusia juga dikatakan sebagai singgasana-Nya. Diri Ilahiah yang imanen pada manusia itu dibedakan dengan diri Ilahi yang transenden, yaitu Diri Allah sebagai yang mutlak. Pembedaan itu diperlukan agar Diri Allah yang mutlak, tak terbatas, dan Esa itu tetap tak terbatasi oleh diri manusia yang terbatas.
Diri Ilahiah itu juga ibarat cermin yang bisa memantulkan cahaya Ilahi, baik berupa kilasan-kilasan Ilahiah dalam bentuk ilham atau ilmu laduni (petunjuk, bimbingan, dan tuntunan langsung dari Allah), maupun yang berupa bisikan-bisikan Ilahiah yang hanya bisa didengar oleh telinga hati (kata-kata Allah yang tidak berupa huruf, kata, bunyi, dan suara). Dan karena diri Ilahiah itu juga merupakan penjelmaan dari Qudrah, Iradah, dan Ilmu Allah, maka dengan sendirinya ia pun juga merupakan penampakan Diri Allah itu sendiri.
Kalau manusia bisa memberdayakan diri ilahiyahnya sehingga bisa sejenak saja keluar dari kungkungan alam bendawi, niscaya ia pasti bisa menyaksikan alam Ilahi yang lebih luas, lebih indah, dan lebih mengagumkan. Dan di alam Ilahi itulah manusia bisa menemukan akar Ilahiahnya, diri Ilahiahnya, dan cita-cita Ilahiahnya. Ketika itu manusia juga menjadi sadar akan asal-usulnya, makna keberadaannya di tengah-tengah alam semesta, dan tujuan akhir hidupnya yang sebenarnya untuk kembali ke asalnya, yaitu Allah Rabbul 'Aalamiin.