Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Erra Move On

syifaalfiani866
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.8k
Views
Synopsis
Jangan pernah mengenal cinta jika kau tak ingin terluka karenanya. Jangan pernah berharap pada manusia jika kau tak ingin kecewa. Jangan pernah menunggu seseorang jika kau tak ingin dikhianati. Karena apapun yang kau lakukan,semua proses tetap dalam genggaman Tuhan. Begitupun aku dan dirinya,tetaplah Tuhan yang mengatur skenarionya. ERRA MOVE ON Kenapa kita tidak mendekat pada-Nya?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Erra Nevada

Awal dari Sebuah Cerita

__________________________________

Setahun berlalu setelah dirinya dinyatakan lulus,gadis itu kini memilih melanjutkan langkah hidupnya sesuai dengan apa yang ingin ia pelajari. Di sebuah pesantren,dia menghabiskan waktunya. Rasa sakit telah memberinya pelajaran. Bahwa yang ia inginkan tak selalu ada dalam genggaman,karena Tuhan yang mengatur jalan.

Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 216 yang artinya "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." Namun, terkadang kalian membenci suatu perkara, padahal hakikatnya nya merupakan suatu yang lebih baik bagi kalian. dan terkadang kalian menyukai sesuatu karena ada kesempatan bersantai atau kesenangan sementara, padahal perkara itu buruk bagi kalian. Allah mengetahui apa yang terbaik bagi kalian, sedang kalian tidak mengetahuinya.

Begitu juga dengan dirinya,ia mencintai seorang pria namun kenyataannya ia tidak bisa bersanding dengannya. Entah itu karena pria itu tidak baik untuknya atau entah karena ada alasan lain dibalik itu semua. Bisa jadi Allah menangguhkan kedua hati itu agar keduanya bisa bermuhasabah diri,mendekat kepada Sang Pencipta tanpa ada niatan mendua.

Gadis itu, Erra Nevada. Gadis manis yang sering membuat rusuh, pecicilan,si tukang dramatis yang cerewet. Sekarang, penampilannya telah berubah. Tubuh yang sering memakai pakaian kurang bahan itu kini tertutup rapi oleh gamis yang menyapu jalan,kepalanya yang sering menampilkan rambut indahnya kini tertutup oleh hijab yang meneduhkan pandangan.

Menjalani harinya sebagai santri,kini tutur kata dan sikapnya ikut berubah juga. Alhamdulillah. Erra yang dulu pecicilan,kini pendiam. Ia tak manja,sekarang ia telah mandiri. Menjadi teladan bagi santriah lainnya. Tentunya Maia akan bersyukur akan hal itu.

Tapi,disisi lain.. Ia masih mengharapkan sosok itu. Ya.. Meski telah ikhlas,namun tetaplah hati kecilnya meminta seakan-akan ia mampu untuk menggapainya. Entahlah.. Berbicara tentang kisah asmaranya yang harus kandas rasanya tak tega. Sekarang, mari kita beralih pada kehidupan yang tengah dijalaninya.

Seorang gadis dengan status santriah. Erra Nevada kini terlihat tengah sibuk dengan lembaran-lembaran bertuliskan Arab gundul bersama Rahimah, Rahmah,dan Vira sebagai sahabat barunya.

"Satu tahun juga,belum cukup untuk mengenal tulisan-tulisan ini."gumam Erra,ia lantas menegakkan punggungnya setelah beberapa puluh menit membungkuk.

"Makanya harus dipahami,biar mengerti kalau kitab-kitab ini tak hanya ingin kamu sebatas mengenali." sahut Rahma,santriah berkulit putih dari Jakarta itu membuat Erra mengerucutkan bibirnya.

"Eh.. Btw,tadi pagi pas bubar tadarus aku gak sengaja berpapasan sama Mas Ahkam.. Uuuu.. Masnya itu ganteng banget." Kini Vira yang bersuara, santriah asal Tangerang yang memang pecicilan itu membuat Erra beserta Rahimah dan Rahma menghela nafas.

"Mas-mas mulu yang dibahas." Saut Erra sambil menutup kitabnya. Gadis itu mengusap wajahnya,lalu menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi. Berbicara tentang mas-mas,Erra jadi ingat mas ganteng tetangganya. Huft.

"Ih.. Itu karena Mas Ahkamnya ganteng. Coba kalo enggak,mana mau aku ngebahasnya. Hehe."

"Yang gantengggg.. Tuh kepala kamu gak penuh apa?" Rahimah yang sedari tadi sibuk mencermati kini ikut menyauti.

"Mas.. Kemana aja? Lama banget bukain pintunya."

"Kenapa Ra?"

"Mas.."

"Hm.."

"Enggak nyuruh aku masuk dulu?"

"Ngapain nyuruh kamu masuk?"

"Aku kan tamu,mas. Jadi harus disuruh masuk dong. Kakiku juga pegel nih.."

"Udah masukkan? Nah sekarang mau apa?"

"Mas gak nyuruh aku duduk? Mas sakit?"

"Enggak. Udah sana duduk!" titah Rama, membuat gadis itu nyengir dan berjingkrak. "Mau ngapain ke rumah saya malem-malem?"

"Mau malam pertama mas."

"Malam pertama?"

"Iya malam pertama roomtour ke rumah tetangga baru. Aku mau liat kamar mas,aku kan ada tugas SBK. Siapa tahu aja aku dapet inspirasi dari design kamar mas."

Erra sadar. Selama ia tinggal,ia selalu merenung. Mengingat kenangan lalu yang terlampau dosa,sikap tak tahu malunya sungguh membuat pipi Erra memerah. Ah.. Iya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya,jika beberapa dari temannya mengejek dan mengungkit masa lalunya. Rasanya Erra tak akan sanggup.

Apalagi perihal sikap manjanya pada pria brewok yang dulu ia puja dan impikan kehadirannya. Astaghfirullah.. Dosa itu benar-benar tak terasa. Kali ini,dengan kemantapan hati. Erra tak akan mengulangnya kembali. Tak akan menggali kuburnya,dan juga jatuh ke lubang yang sama. Cukup waktu itu,di masa lalunya.

"Erra."

Erra menolehkan pandangannya,Rahimah,Rahma dan Vira pun ikut menoleh,di belakang mereka sudah ada seorang pria berkoko hitam dengan peci semotif di kepalanya. Pria itu menjulang tinggi,badannya tegap. Apalagi dengan wajah tampan dan kulit putihnya yang kentara,bagaikan pangeran berkuda putih. Karena merasa diperhatikan,Erra cepat-cepat beranjak dari duduknya. Membenarkan gamisnya,dan menundukkan pandangannya.

"Mas Ahkam,assalamu'alaikum." Sapa Erra,Ahkam di depannya mengangguk sopan sembari menjawab salam. "Waalaikumsalam warahmatullah."

Erra meremat gamisnya. Bagaimana pun dihadapkan dengan seorang putra Pak Kiai adalah sesuatu yang cukup mendebarkan hati. Apalagi,Muhammad Ahkam Allatief ini merupakan seorang yang terkemuka,dan terkenal di kalangan para remaja karena ketampanan dan juga ilmu agamanya yang subhanallah. Ahkam ini merupakan seorang penceramah,seorang muadzin,seorang ustadz muda yang sedang melangsungkan kuliah S2 nya.

"Kamu dipanggil umi." Ucap Ahkam,sangat singkat,padat,dan jelas. Erra mendongak. Matanya terbelalak saat Ahkam sudah tak ada lagi di hadapannya. "Ilaahi.." Erra menggeleng pelan,sementara ketiga temannya saling berpandangan.

"Kamu dekat sama Mas Ahkan,Ra?" Tanya Vira,Erra menoleh ke arahnya. Lalu mengangguk lemah. Bagaimana bisa ia mengenal pria sedingin Ahkam.. Ya Tuhan,kenapa Erra lagi-lagi harus mengenal pria yang semacam Mas Rama sih?

"Kenapa gak pernah cerita?!"

"Emang penting,ya?"

"Itu penting banget! Kamu tahukan kalo aku suka sama Mas Ahkam. Siapa tahu aja aku bisa ngorek-ngorek informasi lewat kamu,Ra. Kamu maukan bantuin aku dekat sama Mas Ahkam?" Vira menakup tangan Erra memohon. Erra menghela nafasnya. "Vi,sebenarnya aku pengen bantuin kamu,tapi kayaknya aku gak bisa. Sekarang ini aku lagi gak mau berhubungan sama yang namanya laki-laki. Aku mau fokus nyari ilmu,aku mau mempelajari apa yang harus aku pelajari. Cara terbaiknya,coba kamu dekatin Penciptanya. Karena jika kamu mendekati ciptaan-Nya,bisa saja Allah mengubahnya. Maka dari itu lebih baik kamu mendekat kepada Allah,karena apa? Karena gak ada yang gak mungkin bagi Allah.. Kamu paham kan,Vir?"

"Iya bu Ustadzah Erra,Vira paham. Nanti Vira coba deketin Penciptanya,hehe.."

"Ya sudah kalau begitu,aku pergi dulu. Assalamu'alaikum" Erra beranjak dari duduknya,setelah menyalami teman-temannya ia pun mengambil langkah dengan sebuah kitab di pelukannya.