"Terdengar lagi, suara-suara bergema didalam kepalaku…"
*Sakit* *Gelap*
*Dingin* *Takut*
*Tolong* *Siapa saja tolong*
*Kau tidak bisa menyelamatkan siapapun*
*Yang menunggumu hanyalah kegelapan*
*Ini semua salahmu* *Lari!*
*Kau akan aman disini*
*tenang saja aku akan kembali*
* Dasar anak terkutuk * *Jangan takut*
*Kau seharusnya tidak lahir*
*Pembawa petaka* *Wabah*
*Anda adalah prioritas kami* *Sekarang!*
*Jangan lupakan aku*
*Jangan lupa, 7 orang*
*Cari mereka* *LEPASKAN!*
*Oi Ver* *Kandidat yang sempurna* *Tidak!*
*Para dosa besar, cari dan jadilah 'dia' yang sempurna*
*Kau harusnya mati saja*
"Uuh… yang benar saja, lagi…?" Ujarnya sembari perlahan membuka mata
Ia pun perlahan bangun dari tempat tidur dan mulai berjalan menuju kamar mandi. Setelah mencuci wajah di wastafel dan mengelap wajah dengan handuk, kemudian ia melihat cermin, melihat wajahnya dengan 2 tanduk yang menjulang dari dahinya, rambut perak dan mata berwarna merah terang sembari mengatakan.
"Sudah bertahun-tahun lamanya, tapi suara-suara yang sama terus terputar dalam tidurku... menjengkelkan…"
Pria tersebut adalah seorang ras Oni dengan nama Jun Satia. Ia merupakan seorang petualang di ibukota Central Paradeisos yang merupakan tempat tinggalnya saat ini. Walau kehidupannya tidak seharmonis orang lain, ia tetap mencoba untuk menikmati kehidupannya.
Setelah bosan melihat dirinya di cermin, Jun kemudian bergegas mandi. Setelah mandi, Jun berencana untuk membuat sarapan untuk dirinya.
"Hmm? Bahan makanan hampir habis. Nanti dalam perjalanan pulang sekalian mampir di hutan saja untuk menghemat anggaran."
Jun pun sarapan dengan bahan makanan yang tersisa dikulkas. Setelah selesai sarapan, ia pun bergegas menggunakan jubah dan mengenakan topeng yang biasa ia pakai dan mulai berjalan menuju ke arah guild.
"Selamat datang." Sambut gadis resepsionis guild
"Alesia, apakah ada kabar dari misi yang ku ajukan sebulan yang lalu?"
"Maafkan saya tuan Jun, masih belum ada yang mengambil misi anda. Saya rasa untuk mendapatkan darah naga sebanyak itu bukanlah hal yang mudah, maka dari itu belum ada yang berani untuk mengajukan diri untuk mengambil misi anda."
"Yah aku sendiri tidak dapat melakukannya, itulah mengapa aku mengajukan misi ini."
"Andai saja sang Pahlawan masih hidup, mungkin beliau dapat melakukannya untuk anda."
"Pahlawan… yah…" Gumam Jun menghela nafas perlahan.
"Baiklah kabari aku saja kalau ada yang mengambilnya." Lanjut Jun sembari melambaikan tangannya sembari berjalan keluar.
"Aah tunggu sebentar tuan Jun!" Panggil Alesia.
"Hmm?"
"Sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan, ini mengenai permintaan dari seseorang. Bisakah kita berbincang dibelakang?"
Kemudian Jun pun mengikuti Alesia ke ruangan kecil dibelakang resepsionis dan Alesia pun mulai menjelaskan mengenai permintaan dari seorang pemilik kebun di wilayah Kishin. Alesia menjelaskan bahwa sang pemilik kebun dan para warga disekitar mendapat masalah dengan Stigma. Stigma merupakan ketidakmurnian yang terlepas kedunia semenjak masa kegelapan 100 tahun yang lalu saat perang dunia terjadi di Zentrum ini. Stigma muncul dalam berbagai macam bentuk dan wujud untuk memakan segala hal yang dapat atau ingin mereka makan. Mereka selalu keluar dari Abyss hole dalam bentuk bayangan dan dengan kemampuannya untuk keluar tanpa terlihat mata telanjang itu, mereka selalu sampai ke permukaan tanpa terdeteksi bahkan oleh penjaga Abyss hole Ibu kota Central Paradeisos.
"Kenapa harus aku yang melakukannya? Bukannya di wilayah Kishin terdapat ras Oni yang sangat kuat? Kalau hanya seekor Stigma walau hanya para orang dewasa yang bukan pasukan pun harusnya dapat mengatasi mereka. Ditambah lagi disana masih ada putri Kiyomi dan tuan Kane beserta 10 Jendral Oni dari keluarga cabang Kishin, tidak mungkin mereka kesulitan menghadapi Stigma itu." Tanya Jun sembari membanjiri Alesia dengan pernyataan.
"Soal itu… sebenarnya keluarga Kishinlah yang mengajukan permintaan ini."
"Kenapa mereka melakukan itu? Bukannya yang bermasalah adalah seorang pemilik kebun?"
"Sebenarnya mereka mengajukan permintaan ini secara pribadi untuk tuan Jun."
"Huh? Aku?"
"Ya, dalam suratnya mereka mengatakan 'Kami membutuhkan tuan Jun untuk melakukan permintaan ini, stigma kali ini sangatlah sulit untuk diatasi… terlebih lagi Stigma ini terlihat familiar dengan yang 3 tahun lalu.'"
"3 tahun yang lalu… yah…" Ujar Jun sembari menghela nafas perlahan.
"T-tuan Jun?"
"Baiklah akan kuambil permintaan mereka, kebetulan aku juga sedang ingin jalan-jalan. Akan buruk kalau terlalu lama berdiam diri dirumah dan terus melakukan hal yang sama dari hari ke hari."
"Terima kasih banyak tuan Jun! Aku sudah tidak tau harus bilang apa ke keluarga Kishin jika anda menolaknya." Ucap Alesia lega.
"Tidak masalah, sudah lama juga aku tidak mengunjungi mereka."
"Semoga beruntung dan berhati-hati dijalan!"
"Ya, jangan lupa untuk memberitahuku jika ada yang mengambil permintaanku."
"Baik, akan saya informasikan jika ada yang mengambilnya."
Jun pun meninggalkan guild dengan surat permintaan dari keluarga Kishin ditangannya.
"Wilayah Kishin yah… sudah lama aku tidak kesana. Baaya, bagaimana kabarnya disana." Gumam Jun.
Jun kemudian berjalan kepasar untuk membeli beberapa perlengkapan dan bahan makanan untuk perjalanan ke wilayah Kishin. Sesampainya dirumah, ia mulai mempersiapkan perlengkapannya untuk segera berangkat. Perjalanan kesana dari Zentrum akan ia lalui dengan menunggangi kuda jadi kemungkinan ia akan sampai disana dalam 2-3 hari jika tidak ada halangan di jalan. Dalam perjalanan juga ada kemungkinan bertemu dengan Stigma atau monster jadi ia harus bersiap-siap untuk kemungkinan yang terburuk.
"Mungkin segini saja sudah cukup untuk besok, aku harus bangun cepat supaya sampai disana tidak kemalaman. Akan merepotkan kalau sampai disana pada malam hari." Gumam Jun selesai mempersiapkan perlengkapan.
Jun pun mulai keluar dari Zentrum menunggangi kuda keesokan harinya dan memulai perjalanannya ke wilayah Kishin.
"Hmm… sudah lama aku tidak menunggangi kuda lagi." Gumamnya.
Perjalanan berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang besar. Ia bertemu beberapa monster seperti Goblin, Ogre, dan Night Wolf disepanjang perjalanan. Mereka bukanlah lawan yang sulit tapi ia tetap waspada akan sekitar. Kecerobohan merupakan musuh terbesar dalam perjalanan melalui banyaknya monster.
~Hari pertama dalam perjalanannya pada malam hari.~
"Hmm… sepertinya membangun kemah disini tidak buruk."
Jun pun mulai membangun kemah dipinggir sungai kecil yang ia temukan dan menyalakan api unggun untuk memasak sup. Beberapa menit setelah Jun menyelesaikan makan malamnya, ia mendengar suara geraman dari dalam hutan dibelakang. Geraman itu berasal dari kawanan Night Wolf yang terlihat kelelahan.
"Apakah mereka terundang dengan bau supku yah?" Ujar Jun sembari menghunus pedangnya.
Jun pun mulai mengayunkan pedangnya untuk membunuh para kawanan Night Wolf itu.
"Haaargh! Hiyaah!"
*Graaagh*
Tangisan Night Wolf yang ditebasnya bergema kedalam hutan dan kawanannya mulai lari satu persatu. Jun berhasil membunuh 5 ekor, tapi 4 lainnya lari kedalam hutan.
"Jumlah mereka sedikit sekali, seharusnya kawanan Night Wolf yang biasanya terdapat 15-20 ekor dalam satu kawanan. Mereka juga terlihat sangat kelelahan seperti sedang dikejar oleh sesuatu."
Kemudian terdengar suara jeritan dari salah satu kawanan Night Wolf yang kabur kedalam hutan dan diikuti dengan suara gerangan yang sangat besar dan menggelegar keseluruh penjuru hutan.
*GRRAAAAAARRGH!*
"Apa itu?!" Ucap Jun kaget.
Kudanya pun mencoba lari menjauh tapi terikat di pohon dan jatuh terbaring. Dari kegelapan muncul sosok beruang raksasa dengan mata berwarna merah terang sedang menggigit seekor Night Wolf dimulutnya dan kemudian menelannya bulat-bulat.
"Stigma… besar juga. Sepertinya dia sudah lama mencari makan disini sampai ukurannya sebesar itu. Bagaimana ini, aku hanya menyiapkan sedikit high potion untuk perjalanan. Lari? Tidak aku akan langsung ketahuan. Aku bisa meninggalkan kemahku tapi aku tetap membutuhkan celah untuk kabur. Haruskah aku memakai mode Absol? Atau menggunakan Oni Fever?" Gumam Jun sembari memasukkan beberapa Potion kedalam tas yang terikat di sabuknya.
"Tidak ada pilihan lain, sepertinya aku harus mengalahkannya." Lanjutnya.
Jun pun mulai berlari kearah Stigma yang berwujud beruang itu dan melompat diantara dahan pohon. Stigma tersebut menyadarinya dan mulai menyerang. Suara dentuman tanah dari pukulannya sangat keras hingga membuat pepohonan yang ia pukul rata dengan tanah. Gelombang dari pukulannya pun membuat Jun terlempar diantara pepohonan. Jun mulai berlari ke arahnya lagi dan melompat keatas tangannya yang tertanam ke tanah. Kemudian Jun melompat kearah kepalanya.
"Satia Style: Kamiokiru!"
*Satia Style, gaya tebasan pedang dari keluarga ras Oni, keluarga Satia yang berjumlah total 10 gaya tebasan.
*Satia Style: Kamiokiru, merupakan tebasan yang mengeluarkan gelombang tebasan secara horizontal yang menggunakan Soul Wave kearah musuh. Radius tebasan horizontal ini sepanjang 4 meter.
*Soul Wave, Merupakan sebutan untuk energi kehidupan yang dimiliki seluruh makhluk hidup yang digunakan untuk menciptakan atau menghancurkan tergantung dari cara seseorang menggunakannya.
Gelombang tebasan tersebut mengenai wajah Stigma beruang dan membuatnya terjatuh dan melihat kesempatan untuk menyerang, Jun langsung melancarkan serangan kedua setelah mendarat diatas perutnya. Jun menyelimuti pedangnya dengan Soul Wave yang membuatnya menyala dengan api yang terang.
"Satia Style: Hi no Uzumaki!"
*Satia Style: Hi no Uzumaki, Tebasan yang mengisi pedang dengan Soul Wave untuk menyelimuti permukaan pedang dengan api. Sang pengguna dapat membuat pusaran api dari tebasan Vertikal yang mengarah keatas, akan tetapi menghilangkan api dari permukaan pedang.
Sembari terselimuti api, Stigma beruang itu pun mengaum kesakitan dan mulai menyerang balik dengan tapak kanannya. Jun pun melompat menjauh, tetapi serangan dari tapak kirinya mengenainya dan membuatnya terlempar hingga melewati sungai tempatnya berkemah tadi.
"$ialan, dia tidak menahan diri sedikitpun saat menyerang." Gumam Jun sembari meminum High Potion.
"Bukan hanya badannya yang besar dan serangan yang kuat, gerakannya juga sangat cepat yang membuatku sulit untuk mengikuti lajunya. Dia tidak dapat memberikan serangan fatal kepadaku, tapi tetap saja terasa sakit dan sangat merepotkan." Lanjutnya.
"Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, tapi kalau dilanjutkan lebih dari ini aku tidak bisa tiba di wilayah Kishin tepat waktu."
Aura disekitar hutan mulai berubah dan semakin menekan. Hewan-hewan disekitar mulai berlarian ketakutan dan burung-burung beterbangan menjauh. Stigma beruang itu melihat kearah Jun dengan cemas dan mulai menerjang kearahnya berdasarkan instingnya dengan cepat. Jun berkonsentrasi sembari memejamkan matanya dan mengarahkan pedangnya kearah Stigma beruang.
"Oni Fever."
*Oni Fever, Kemampuan yang dimiliki seluruh ras Oni untuk memanipulasi darahnya untuk memperkuat fisiknya 3x lipat dari biasanya.
Stigma beruangpun menyerang dengan tapak kanannya. Akan tetapi setelah ia mengangkat tapaknya, ia tak dapat menemukan Jun. Kemudian dari belakangnya terdengar suara seseorang melompat.
"Satia Style: Kamiokiru!"
Stigma beruang tersebut kemudian membalik badan tetapi sudah terlambat baginya dan Stigma tersebut terbelah menjadi dua beserta Core yang ia miliki. Core merupakan inti dari Stigma. Untuk membunuh Stigma, harus menghancurkan core miliknya. Setiap stigma memiliki lokasi core yang beragam, akan tetapi core pada umumya berada ditengah Stigma.
"Phew… akhirnya selesai juga. Sungguh melelahkan, langsung tidur saja." Ujar Jun dengan santainya.
*Hihiiii*
Terdengar suara tangisan kuda yang terbaring ketakutan.
"Aah maaf yah. Semua suara itu membuatmu takut hingga terjatuh seperti ini. Sudah sudah tenang saja aku ada disini. Sudah tidak ada yang akan menakuti ataupun menyakitimu." Ucap Jun menenangkan Kudanya.
*Gyuuu*
"Guh… aku lapar lagi. Harusnya kutambah saja tadi porsinya sebelum bertarung. Yah bukannya aku tau akan bertarung sih hehe." Ujar Jun sembari menyiapkan makanannya lagi.
Saat pagi tiba, Jun membereskan kemahnya dan melanjutkan perjalanannya ke wilayah Kishin. Dijalan ia tak menemukan hambatan yang selevel dengan Stigma beruang yang ia hadapi pada malam pertamanya dalam perjalanan.
~Hari ketiga perjalanan~
Jun telah tiba di Kishin pada pagi hari pada hari ketiga perjalanannya dalam keadaan aman dan selamat. Walaupun banyak rintangan dalam perjalanan, Jun dapat menaklukkannya dengan mudah.
"Akhirnya sampai di Kishin juga. Sudah lama aku tidak melakukan perjalanan jauh seperti ini jadi beradaptasi dengan kebiasaan lama agak sulit juga." Ujar Jun mengeluh.
"Okay… pertama mungkin aku akan mencari Baaya terlebih dahulu. Apakah dia akan terkejut melihatku disini atau tidak yah hehe." Lanjutnya.