Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Always to be my dream

Kartini_Iskandar
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Malam di Januari...

aku gusar memikirkan permintaan seniorku, malas rasanya harus menemaninya begadang semalaman. Walupun besok libur, aku telah merencanakan malam tenang bersama novel-novel yang belum aku selesaikan. Tapi aku juga bukan orang yang bisa menolak permintaan seseorang apalagi dia menggunakan kata tolong diawal kalimatnya " ini cukup menjengkelkan aku tak punya alasan untuk menolak " pikirku.

Malam menghampiri dan seniorku mulai menelpon berulang kali karena aku tak juga sampai, dengan malas ku tarik kemeja flanel lusuh, celana olahraga + permen karet. " Uhh sangat tak karuan "gerutuku di depan kaca. Saat aku membuka pintu kamar kos, Alya tersenyum manis dan mulai mengintrogasi kemana aku akan menghabiskan malam ini. Tiba - tiba ide itu terasa sangat brilian aku akan mengajak Alya dengan pribadi yang sangat sok asik ini akan menyelamatkan ku dengan obrolan basi dia akan menggantikanku.

Alya berkata " Dengan senang hati aku akan ikut dengan mu" seringai Alya sangat menjijikan.

15 menit berlalu, kami akhirnya sampai di gedung kreasi mahasiswa. "Aku sudah menyiapkan hadiah jika kau tidak datang tapi untunglah kau datang terima kasih." ucapan terima kasih terdengar seperti ancaman sungguh akan menjadi malam yang panjang dan penuh basa-basi. Aku tidak mengerti tamu macam apa yang harus dijamu ini, kenapa seniorku tidak mengundang anggota kami yang laki-laki bukannya seperti itu tradisi jika ada yang datang maka anggota pria harus ada. Ini sangat aneh dia memintaku merahasiakan kedatangan tamu-tamunya.

Sebenarnya aku menyukai gedung ini karena letaknya di paling belakang kampus berhadapan dengan hutan membuat suasananya menjadi tenang. Namun..mereka datang"teriak seniorku. Ayo keluar sambut bilang aku baru selesai mandi.

Dengan malas aku melangkah keluar gedung ketika kulihat pria yang turun dari motor bebek itu membuka helm aku hampir terngagah, dia sangat tampan aku membatin. aku disadarkan dengan kehadiran temannya yang mendadak menepuk pundakku "itu sangat tidak sopan, gerutuku.

Lingga.. katanya sambil menjulurkan tangan. Si tampan itu bernama Lingga. Ia keturunan Batak asli logatnya sangat kental, tetapi dia begitu sopan, lembut dan menghanyutkan..oh apa yang tengah aku pikirkan ini!

aku is number one,

eh, number one? maksudnya gimana ya?

Namanya Wawan, mana seniormu? Ucap Lingga menjelaskan.

Aku membawa mereka masuk ke belakang gedung kebetulan dibelakang gedung tersebut ada taman yang memang sengaja kami buat untuk menerima tamu atau untuk menghabiskan malam sambil bercekrama. aku meminta mereka menunggu disana dan tanpa instruksi Alya telah mengambil perannya dengan berlenggak lenggok tak jelas didepan mereka seperti ingin mencuri perhatian kedua orang tersebut. Baru beberapa saat aku mendengar suara tawa, oh ok Alya memang mampu mencairkan suasana. Sementara seniorku sibuk memoles wajahnya dengan bedak dan sebagainya. Ku katakan padanya kalo mereka sudah bersama Alya di taman belakang , Kukira pekerjaan telah selesai saat aku mulai menarik novelku dia berkata, "Apa yang sedang kau lakukan disini? kita ada tamu tidak sopan meninggalkan mereka seperti itu" dan selanjutnya aku telah menemukan diriku duduk dengan Alya dan dua tamu kami.

Sedari tadi kami hanya saling tatap tak banyak mengobrol hanya sesekali menanyakan hal-hal yang umum, ya hal itu wajar saja selain karena aku yang tak pandai memulai obrolan aku , lingga juga sepertinya tipe cowok pendiam. Dengan sweater abu-abu, celana jins dan topi hitam nampak tenang dengan Hp ditangannya. Tamu kami ini juga sudah tidak kuliah mereka sudah bekerja hal ini menambah sedikit peluang percakapan untuk ku yang makin canggung karena mengganggap mereka pria dewasa atau memasuki fase dewasa. Berbeda dengan Aliya yang nampak sangat cocok dengan Wawan mereka mengobrol sampai terdengar suara cekikikan, menyadari keheningan diantara aku dan lingga. Wawan bergerak duduk disamping ku sambil menyalahkan rokok dia memulai percakapan dengan mengejek kami. Tanpa disadari beberapa saat kemudian aku telah terbawa kekonyolan Wawan dan aku tertawa terpikal-pingkal sambil menepuk pundaknya. Dari sudut mata yang lain aku melihat lingga tersenyum kecil sekali-kali sambil bermain game di Hpnya.

Wah asik banget ngobrolin apa? tegur seniorku yang telah duduk disamping Lingga mereka mengobrol sesekali saling menggoda dari situ aku tau kalau mereka pasangan.

Saat sedang asik mengobrol Lingga bilang kalo ada temannya yang menyusul dan menunggu di gerbang kampus, karena kampus kami sangatlah luas tak jarang orang baru akan tersesat oleh karena itu seniorku memutuskan bahwa dia dan aku yang akan menjemput temannya Lingga. Ketika sampai digerbang aku melihat dua orang cowok dengan tubuh tegap yang satu mengenakan kaos abu-abu bergambar rumus matematika dengan celana jins yang robek-robek dan sepertinya itu disengaja, auranya seperti tidak bersahabat ditambah lagi motornya yang dicat hampir seluruhnya hitam. Berbeda dengan temannya memiliki senyum yang ramah.

Beberapa menit kemudian kami semua telah berada di taman belakang, cowok asing 4 orang dan kami bertiga. Seniorku mulai menunjukkan taringnya dengan tidak berhenti menyuruhku melakukan banyak hal seperti membuat kopi, memasak mie dan hal-hal sepele lainnya yang seharusnya dia bisa lakukan sendiri. Saat tengah mengaduk kopi aku mendengar seseorang berdehem lalu kulihat cowok dengan aurah tidak bersahabat itu ada di sampingku." Jualan kopi? tanyanya padaku. aku hanya menganggukan kepala tak mau melanjutkan basa-basi ini. Kemudian dia menanyakan toilet, aku memberitahunya lalu kembali bergabung dengan yang lain. Kami asik bermain kartu sampai Raka menegur temanya "Hey kawan kalau hanya mau main game kenapa kita kesini? ayok gabung dengan manusia wkwkwwk "

"Nanti, jawabnya singkat. Sampai akhirnya Raka dan Wawan kesal lalu menarik temannya. Kami duduk lesehan ditempat yang memang sengaja dibuat untuk bermain kartu. Aku duduk diantara Raka dan Aliya. Sementara seniorku duduk disamping Lingga. Posisi duduk tepat menghadap cowok aneh itu meski sedikit risih melihat matanya yang seperti sedang membaca diriku aku berusaha untuk tidak menghiraukannya . Malam semakin larut kami masih bermain kartu dengan sesekali tertawa karena tingkah konyol Wawan dan Raka, sejauh ini ternyata mereka sangat asik hanya saja cowok aneh itu seperti sedikit membatasi dirinya. Sampai pada putaran terakhir permainan dia kalah dan satu persatu dari kami mencoret wajahnya dengan bedak yang sudah dicampur air. Saat giliranku tiba-tiba dia mencengkram tanganku dan berkata'' Kamu menyimpan dendam dengan ku?"

"Tidak, jawabku

"Lalu kenapa kamu sangat bersemangat mencoret wajahku seperti itu? Dan tiba-tiba suasan pecah gara-gara Aliya yang dengan sengaja mencoret wajah kami semua sambil berteriak kegirangan." Aduh mataku..perih , Wawan meniup mataku lalu membantu aku mencuci muka.

Malam berakhir dengan rintik hujan, aku terbangun karena ada air yang menetes di pipiku. Ternyata aku tertidur di kursi luar dan yah aku kehujanan, aku menggigil dan melihat sekelilingku sudah tidak ada orang. Aliyah tidur di tempat kami bermain kartu disamping cowok aneh itu, Raka dan Wawan tidur di teras seniorku dan pacarnya entah kemana. aku yang kedinginan memilih masuk kedalam ruangan mengambil selimut dan tidur. Saat aku tengah bermimpi indah, adzan subuh berkumandang" ah ternyata aku baru tidur 30 menit dan hari sudah pagi, Hela ku. Saat aku bergerak aku melihat Aliya sudah ada disampingku , cowok aneh itu juga.

Pagi yang cerah aku menyeduh teh untuk menghangatkan tubuh, Aliya keluar dengan mata berair "Kenapa? tanyaku. Lalu dia mengajak aku kegedung depan ceritanya membuat aku kaget. Dia mengatakan bahwa Dev cowok aneh itu telah mencium bibirnya dan melakukan hal yang tak seharusnya. aku kaget lalu bertanya bagaimana bisa dan kenapa mereka tiba-tiba bisa ada di dalam ruangan. Aliya mengatakan bahwa Dev menggendongnya kedalam.