Pagi itu sangat cerah sekali. Terlihat seorang lelaki muda dengan tubuh yg kekar dan wajah
yg rupawan bak malaikat tengah berlari - lari kecil di sekitaran taman dekat komplek perumahan mewah di kota tersebut.
Laki - laki itu adalah pewaris tunggal perusahaan Citra world grup. Perusahaan sekaligus mall terbesar di beberapa kota besar di negara ini. Aditya Hadinata.
Dari kejauhan terlihat dua orang bodyguard pribadi Aditya berjaga - jaga di taman tersebut. Para pengawal itu memakai pakaian santai seperti orang yg sedang jogging pada umumnya. Agar tidak menarik perhatian khalayak publik.
Walaupun Aditya seorang pengusaha terkenal, tidak banyak orang tau bentuk rupa dan wajah nya tersebut. Karena memang dia jarang berada di depan publik. Dia selalu menyuruh assisten pribadi nya untuk berada di depan publik saat menghadapi apapun. Dan dirinya lebih suka berada di balik layar sambil mengawasi setiap gerak gerik semua pekerja nya.
Aditya terlihat duduk di sebuah bangku panjang yg ada di taman itu. Peluhnya yg mengalir di dahinya, di usap menggunakan handuk kecil yg di kalungkan di lehernya tersebut. Salah satu pengawal pribadinya pun mendekat ke arah nya sambil membawa botol minuman berisi air minum untuk tuannya itu.
" Silahkan tuan." seru salah satu pengawalnya yg bernama Yasa itu.
Aditya pun meraih botol air minum tersebut lalu meminumnya hingga habis tak tersisa.
" Mana hp ku." tanya Aditya kepada pengawalnya itu.
Dengan segera pengawal tersebut merogoh saku celana panjang nya dan mengambil hp milik tuannya itu.
Aditya terlihat memencet sebuah nomer telepon di hp tersebut.
" Apa jadwal ku pagi ini?." tanya nya pada assisten pribadi nya yg bernama Alvian tersebut.
" Nanti pukul 9 anda akan ada meeting dengan para direktur anak cabang perusahaan kota bandung untuk membahas proyek pembangunan hotel di kota tersebut tuan." jelas Alvian kepada tuannya tersebut.
" Kau ganti kan aku untuk menghadiri meeting tersebut." tukas Aditya.
" Baik tuan. Sesuai perintah. Apa ada yg bisa saya bantu lagi tuan." tanya Alvian.
" Tidak. Lakukan saja tugas itu dengan baik." seru Aditya lalu mematikan panggilan telepon itu.
Terlihat dari kejauhan, seorang gadis berjalan dengan gontai sambil sesekali melihat ke kiri dan ke kanan jalanan yg di lalui nya. Gadis itu terlihat sudah sangat rapi memakai pakaian kerja dengan tas di pundaknya.
" Harus kemana lagi aku mencari pekerjaan?. Sudah berhari - hari aku melamar kerja kesana kemari tapi tak ada hasilnya. Semua perusahaan bilang tidak ada lowongan. Aku jadi bingung." gumam gadis itu sambil berjalan.
Gadis itu bernama Indira. Dia seorang yatim piatu yg baru sebulan lalu kehilangan pekerjaannya di sebuah toko kosmetik. Dia di tuduh mencuri salah satu kosmetik yg ada di toko tersebut. Padahal dirinya tidak pernah punya niatan dan keinginan untuk mencuri. Dia hanya di jebak oleh salah satu teman seprofesi nya yg gk suka melihat Indira dekat dengan salah satu manager toko tersebut.
Indira melihat bangku panjang yg ada di taman. Lalu dia menghampiri bangku tersebut dan duduk disana. Pikirannya menerawan jauh menatap hiruk pikuknya jalan raya yg ada di depannya. Berulang kali dia menghela nafasnya dengan kasar.
" Tuhaaannnn .... Kenapa kau sungguh tidak adil padaku. Kau ambil kedua orang tua ku. Lalu sekarang kau ambil pekerjaan tempat ku mencari nafkah. Kenapa tidak kau ambil saja nyawaku sekalian. Aku sudah lelah Tuhan!!." teriak Indira sekencang - kencang nya.
Aditya yg duduk tak jauh dari tempat duduk indira pun hanya terdiam dan melihat kelakuan gadis itu dari kejauhan.
" Dia kenapa?. Apa dia sudah gila?." gumam Aditya lalu beranjak dari duduknya dan pergi melangkah meninggalkan tempat itu.
*****
Aditya sudah tiba di rumah besar miliknya. Para pembantu yg ada di sana sudah menyiapkan sarapan dengan hidangan mewah untuk tuannya itu. Aditya langsung duduk di meja makan saat melihat makanan sudah tersaji lengkap disana.
Ada bebek panggang kesukaan Aditya disana. Dia terlihat lahap saat memakan makanan itu. Walaupun Aditya terlihat lahap, tapi sebenarnya dia merasa kesepian. Karena setiap kali makan, dia selalu sendirian. Dia menginginkan makan bersama dengan keluarga. Karena sejak kecil dia tidak pernah merasakan kehangatan makan bersama keluarga.
Orang tua Aditya meninggal dunia karena kecelakaan saat Aditya berusia tiga tahun. Sejak saat itu dia di rawat oleh kakeknya. Tapi lima tahun yg lalu, kakeknya juga pergi meninggalkan dirinya untuk selama - lamanya. Akhirnya dia hidup seorang diri. Hanya para pembantu dan pengawal yg ada disisi nya setiap hari.
Aditya tidak memiliki kawan. Sedari kecil dia sengaja di asingkan oleh kakeknya. Bukan karena kakeknya tak sayang kepadanya. Karena kakeknya tidak mau kehilangan dirinya. Hanya dia satu - satunya keluarga yg masih hidup dan harus di jaga baik - baik. Aditya pun menempuh pendidikannya di dalam rumah sedari kecil. Dia selalu di jaga dengan ketat layaknya berlian yg sangat berharga.
Kakeknya pun selalu bilang kepadanya untuk selalu berhati - hati dalam setiap berhubungan dengan orang. Karena banyak sekali orang yg ingin berbuat jahat dan mencelakakan dirinya. Maka dari itu Aditya tidak memiliki kawan seorang pun.