Kali ini aku berangkat ke sekolah lebih pagi daripada biasanya, jauh lebih pagi dari temanku yang selalu datang pagi. Dengan tergesa-gesa aku menaruh tas ranselku diatas kursi dengan posisi yang berantakan.
Lalu aku keluar kelas dan kembali ke koridor kemarin tempat aku bertemu dia. Sebenarnya aku tidak pernah berniat melakukan ini tapi demi rahasia ku, aku harus melakukan ini. Rencana sudah aku susun dengan rapih sejak kemarin, kemarin aku begadang untuk menyusun semua rencana dengan sangat baik bahkan sampai aku catat agar aku tidak lupa.
Plan A : aku harus mengikuti kemanapun dia pergi, menyelidiki apapun yang ia lakukan, mengawasi dia sedekat mungkin, dan tidak boleh sampai ketahuan.
Kira-kira rencana yang kususun kemarin malam seperti itu, aku juga punya rencana lain kalau rencana A ku gagal.
Plan B : ikuti saja alurnya yang terpenting jangan sampai ia membocorkan nya.
Hehe aku juga sempat berfikir lagian mana mungkin si rencana A ku gagal, sampai-sampai aku harus melakukan rencana B.
Suara hentakan kaki terdengar jelas di telingaku, dan wangi yang sama persis seperti kemarin. Aku langsung menghampiri asal dari suara hentakan dan wangi itu dan aku mendapati seorang wanita yang sedang berjalan.
"Tunggu, seorang wanita?" aku bergumam dan melihat wanita itu dengan seksama. Itu benar-benar seorang wanita, tapi kenapa wangi nya persis seperti cowok yang kemarin?
Waktu terus berjalan entah sudah berapa kali aku mondar-mandir di koridor itu untuk bertemu dia. Tapi dia tidak pernah menampakkan diri. Aku putuskan untuk kembali ke kelas, kurasa dia takkan datang hari ini. Dengan berdiri terlalu lama disana aku seakan-akan terlihat seperti seorang pengangguran.
Baru saja aku akan melangkahkan kaki tapi wangi dia kembali muncul, aku kembali menoleh dan mencari dari mana wangi itu muncul. Dan akhirnya aku menemukan wanita yang tadi pagi bertemu di koridor.
"Selama ini indera penciuman ku tidak pernah salah, tapi kenapa kali ini aku salah. Atau aku keliru?"
Dengan penuh pertimbangan aku berusaha mendekati wanita itu. Wanita itu sedang asik berbicara dengan teman sebayanya. Aku hendak menanyakan dia tentang cowok itu namun niatku ku urungkan karena tiba-tiba ia membahas yang ingin kutanyakan sejak awal. Kini aku berdiri tepat membelakangi nya, yah aku berusaha menguping walaupun dari kejauhan saja aku bisa mengendalikan telingaku agar bisa mendengar pembicaraan mereka.
"Eh jaket itu bukan nya punya kak Leon?" tanya salah satu dari siswi yang sedang berbicara dengan wanita yang sedang aku awasi.
"Oh jaket ini, iya ini punya kakak aku, kak Leon." ucap nya dengan nada ringan. "Kemarin kak Leon cerita sama aku tentang cewek."
"Cewek?!" seketika tubuhku bergetar aku langsung lari kembali ke kelas.
Bersamaan dengan hal itu bel masuk berdering, rasanya aku ingin pulang dan tidak ingin kembali ke sekolah. Aku menaruh kedua lenganku sebagai tumpuan untuk tertidur, air mata ku sudah mengalir tanpa ku perintah. Isak tangis yang tidak sengaja ku buat sepertinya teman sekelasku mendengar.
"Lah lo kenapa Rin?" tanya Reyna yang baru saja datang. "Siapa yang buat lo nangis? sini biar gue yang hajar."
Aku tetap menangis, rasanya hal yang kutakutkan terjadi lagi. Lenganku terasa dingin seperti es. Tanpa sadar air mata yang jatuh diatas lenganku berubah menjadi es karena aku tidak bisa mengendalikan kekuatanku disaat perasaan ku sedang tidak baik.
"Lo mau kemana?" Reyna menarik lenganku, tapi dengan cepat aku melepaskan cengkramannya.
Lebih baik aku mencari tempat sepi dulu untuk meluapkan semua kekuatanku. Bahkan aku sampai menabrak seorang guru yang sedang berjalan, aku benar-benar kacau hari ini.
Jam menunjukkan pukul 2 siang, sudah berjam-jam aku mengurung diriku di dalam toilet. "Rasanya percuma saja, padahal aku sudah memohon agar tidak di bocorkan. Bisa-bisanya dia membocorkannya!"
"Loh kok atap toilet nya bewarna biru gitu sih?"
"Ih serem, kabur yuk!"
Akh aku melakukan kesalahan lagi. Mata ku sakit karena terlalu lama menangis, sepertinya mataku bengkak. Hm, ini wangi cewek yang tadi pagi.
"Eh iya cewek yang aku ceritain tadi pagi itu, kayak nya pacar nya deh." suara seseorang dari toilet luar. "Soalnya kak Leon selalu nyebut kalo ada cewek yang menurutnya unik, tapi dia gak cerita cewek itu siapa dan kenapa dia unik."
"Akh, oke aku lebay banget. Padahal dia gak cerita tentang kekuatan ku." aku keluar dari bilik toilet dan membersihkan wajahku dari air mata yang sudah mengering sejak tadi.
Kring!
Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan ku. Kulihat sudah waktunya pulang, aku benar-benar sudah menjadi anak yang nakal karena bolos jam pelajaran.
Dengan tergesa-gesa aku kembali ke kelas kulihat sudah tidak ada guru disana siswa siswi di kelasku juga sudah tersisa sedikit. Aku mengambil tas ransel, dan hendak ingin keluar namun sebuah cengkeraman menarik lenganku membuatku hamoir tersungkur.
"Dari mana sih lo? Lo tau gak sih gue khawatir." tanya Reyna dengan tatapan tegas. Aku bisa melihat aura tubuh Reyna bewarna putih itu tandanya dia jujur. Aku benar-benar bersyukur karena mempunya Reyna sebagai sahabatku.
"Tadi gue sedikit pusing jadi gue ke UKS." aku harus berbohong karena aku tidak mau ia tambah penasaran.
"Yauda deh, maaf ya gue gak bisa nyari lo karena gue harus ke ruang guru ngerekap absen."
"Iya gapapa kok."
Reyna menepuk bahuku dan berjalan mendahuluiku. "Gue duluan ya Rin. Bye!"
Aku melambaikan tangan sebagai tanda jawaban. Hari lebih buruk dan lebih baik dari pada yang kemarin, aku lega karena dia maksudku Leon tidak membocorkan rahasia ku.
Wangi itu kembali muncul membuatku menoleh, dan benar indera penciuman ku tidak salah Leon sedang berjalan. Aku melangkah untuk mendekatinya.
"Ngapain lo disini?" Leon menatapku dengan tatapan datar, bagiku tatapan nya itu juga adalah rahasia.
"Mau ngucapin terimakasih."
Aku bahkan tidak tahu kenapa aku berbicara begitu, tapi jantung ku terasa sedang maraton begitu kencang berdetak sampai-sampai aku ingin terbang ke langit.
"Kenapa?"
Sejauh ini yang kulihat aura tubuhnya selalu bewarna biru tua. Aku bahkan bingung apa maksud dari warna biru tua itu, warna nya persis dengan warna laut yang dalam. Tapi apa hubungan nya dengan aura tubuhnya?
"Pokoknya terimakasih, dan oh ya lo gak lupa kan untuk jaga rahasia gue. Gue harap lo terus jaga rahasia ini ya."
To be continue
shadinda 1/3/20