Chereads / sadar "CINTA" / Chapter 8 - pernyataan tak terduga

Chapter 8 - pernyataan tak terduga

"mau es krim" kadek menunjuk sebuah kedai

"enggak dulu deh, udah kenyang nih" ucap dila, mengelus perutnya yang kini sudah tampak buncit.

satu harian ini dila pergi jalan dengan kadek hanya berdua saja, pergi melihat lihat jogjakarta dan mencicipi beberapa kulinernya. mungkin lebih tepat hari ini hari makan sepuasnya untuk dila, hingga dia kadang terlihat bingung sendiri mau makan apa lagi.

beberapa foto juga sempat diabadikan dila, menurutnya tak ada salahnya sedikit membagikan pada sosial media miliknya.

satu menit kemudian dila melihat postingannya dan sudah banyak yang menyukai juga tak sedikit yang berkomentar, seperti 'jogjakarta' tulis salah satu komentar. bahkan ada yang menyarankan dila untuk pergi ke wisata outdoor disana banyak jualan jajanan tradisional letaknya juga tak begitu jauh dari taman kota.

"dek, lihat deh" dila menunjukan gambar tempat wisata

"mau kesana" kata kadek

"mau"

mereka pergi menuju wisata alam yang letaknya tak begitu jauh dari taman kota, disana lebih sejuk. banyak pohon pohon besar. ada permainan outdoor yang menantang nyali, ada juga tempat tempat instagrameble hanya seperti pondok dari jerami yang tersusun cantik. semuanya terlihat asri dan pilihan yang tepat jika ingin menghirup udara segar karna tempatnya benar benar bersih.

dila melihat banyak pondok pondok tempat orang berjualan, hebatnya semua disini adalah jajanan tradisional mulai dari makanan hingga jamu jamuan.

"kelpon" matanya tertuju pada jajanan manis berbentuk bulat dengan parutan kelapa, dila menghampiri ibu ibu penjual, dila melihat banyak sekali kelpon. warnanya juga macam macam.

"berapa bu" tanya dila dan mencicipi satu kelpon tanpa bertanya lebih dulu

"500 aja mbak" jawab ibu tadi sembari tersenyum dengan tingkah tak sopan dila

"kamu beli apa" kadek menghampiri dila

"ini, enak tau coba deh" dila menunjukkan kelponya, dan menyuapi kadek

"manis" ucap kadek, terlihat cowok itu mengerenyit memejamkan matanya

"buk beli 5000 ya, tadi yang udah saya ambil tiga" kata dila dan memberikan uang 5000 pada ibu tadi.

kadek hanya geleng geleng melihat dila yang tak tahu kenyang, seingatnya dila sudah makan sate, soto, bakso, dawet dan sekarang malah beli jajan lagi.

"dil, kerumah ku mau" ucap kadek

dila diam sesaat lalu kembali fokus menghabiskan satu bungkus kelpon ditangannya.

"dil"

dila beranjak dan menarik kadek pergi menuju tempat parkiran, sementara dia masih menyeruput es degan dengan santai.

"mau kemana" kata kadek

"loh katanya mau kerumah kamu" ujar dila

"oh iya"

kadek melajukan sepeda motor metik miliknya agak ngebut, motor itu meliuk di jalanan dan beberapa kali menyalip kendaraan lain.

tak lama mereka sampai didepan rumah mewah.

dila memandangi rumah yang kental dengan adat budaya, warna rumah... ukiran pendopo kayu, patung patung kecil menambah suasana adat budaya di rumah itu. rumahnya bergaya lama tapi tidak norak malah terlihat klasik dan mempesona.

saat masuk juga terlihat banyak lukisan kuno dan beberapa tokoh wayang sebagai menambah kesan adat kental pada rumah kadek.

"mah" ucap kadek

susi menyambut kedatangan mereka, raut wajahnya terlihat gembira saat dia tahu kadek bersama dila.

"dila, loh kenapa enggak kasih tau dulu kalau nak dila mau kesini mas" kata susi

"mamas sengaja mah, kan buat kejutan" kata kadek lagi

dila hanya senyum senyum sendiri mendengar bahwa dirinya adalah sebuah kejutan untuk susi.

"duh tante senang banget, jadi ada yang bisa diajak uprek uprek didapur nih" susi menarik dila untuk ikut dengannya, susi mengajak dila duduk dan sedikit bercerita.

lagi lagi seperti kemarin susi memancing pembicaran mengenai keluarga dila di jambi, dila hanya menjawab pertanyaan susi dengan seadanya.

sementara kadek sudah tak terlihat di ruangan itu.

"udah jam makan siang nih, kita makan siang bareng ya dil" ucap susi

dalam hatinya dila ingin menolak, perutnya masih penuh dengan soto sate bakso bahkan tadi ditambah kelpon. rasanya tak wajar kalau harus makan nasi. tapi mau bagaimana lagi tak mungkin dila menolak permintaan susi dan membiarkan susi makan sendirian, dila bahkan tak sampai hati.

selesai makan bersama, susi meminta dila menemaninya untuk membuat kue didapur. susi ingin membuat brownis kesukaan kadek dan dila harus ikut membantu.

"sayang, kalau kamu suka kue apa" susi membelai hijab di kepala dila

"nastar" kata dila dan setelahnya hanya bisa tersenyum melihat susi

"oh kalau gitu besok tante buatin kamu nastar ya"

"tante bukan gitu, tante enggak perlu repot repot" timpal dila cepat merasa tak enak pada susi

"dila... tante enggak punya seorang putri, jadi tante senang sekali kalau kadek punya teman kayak kamu"

dila hanya tertegun paham benar apa yang dirasakan susi, tapi menurut dila perlakuan susi terlalu berlebih padanya. bukankah kenyataan kalau kadek punya ameera dan pasti juga sudah sering diajak kemari, mengingat usia pacaran mereka saja sudah 5 tahun tak mungkin susi tak akrab dengan ameera.

akhirnya brownis itu selesai, susi meminta dila untuk mengantar kekamar kadek.

kamarnya ada dilantai dua diujung sebelah kanan kata susi tadi, dila mengantar brownis itu. tapi matanya menatap seluk beluk rumah kadek, menurutnya benar benar menakjubkan bila harus dibandingkan dengan rumahnya sendiri.

tok tok, dila mengetuk pintu kamar itu. tak ada jawaban dari dalam, dila memberanikan untuk menggapai gagang pintu dan membukanya perlahan.

matanya tertuju pada kadek yang tertidur pulas di ranjangnya, dila memberanikan diri masuk kedalam kamar. matanya terus menyelidik setiap sudut kamar kadek.

"kamarnya besar" gumam dila

disana dila lihat kadek masih tertidur, dila meletakkan sepiring brownis pada meja didekat ranjang. langkah dila tertuju pada balkon kamar kadek, dila membuka pintu balkon itu dan berjalan melihat pemandangan di luar balkon.

matanya takjub melihat pemandangan dari balkon, banyak pohon dan rumah tetangga yang tersusun rapi dari jauh. disana dila juga bisa lihat ada gang sempit, beberpa kali terlihat orang berjalan kaki melewatinya.

dila kembali masuk ke kamar, tapi kali ini kadek sudah terduduk diranjang besarnya sambil menikmati sepiring brownis yang dibawa dila tadi.

"loh, sudah bangun ternyata" ucap dila, dan ikut duduk disamping kadek

"lihat apa tadi" tanya kadek, tapi masih fokus pada brownisnya

"pemandangannya, pasti kalau malam hari lebih indah. kamarnya juga besar, ranjangnya apa lagi... empuk" timpal dila, dan menghenjutkan diri pada ranjang empuk milik kadek.

"kamu dengar enggak sih" kata dila dan melihat kadek masih melahap brownisnya seperti tak menghiraukan perkataan dirinya

"brownis" kadek menujukan piring brownis itu.

"suka banget"

"iya, manis. sama kayak kamu"

"maksudnya" tanya dila tak mengerti inti dari perkataan kadek

"iya kamu manis" ucap kadek

"dan aku suka" katanya lagi, kadek meletakkan piring di meja dan kembali menatap dila.

dila hanya diam karna rasa malu, pipinya merona merah. kadek tersenyum singkat lalu mencium bibir mungil dila.

dila sendiri kaget bukan main, matanya membelalak lebar seakan tak percaya kalau kadek baru saja mendaratkan ciman tepat di bibirnya.

"ak...aku, aku harus pulang" kata dila terbata bata.

dila beranjak pergi, tapi dengan cepat kadek menarik kasar lenganya membuat dila jatuh terduduk lagi. kali ini dila terduduk di pangkuan kadek tubuhnya membelakangi kadek jadi tak perlu merasa malu. kadek jelas tak melihat wajah dila yang merah sekali saat ini, bahkan bukan hanya wajah. dila merasa ruangan ini semakin sempit dan hawanya panas sekali.

"dil, aku suka kamu" bisik kadek dan memeluk dila dari belakang, pelukan kadek cukup erat dila beberapa kali mencoba merenggangkan pelukannya tapi gagal.

"ta...tapi kamu"

perkataanya terhenti saat kadek membelai hijab yang ada di pundaknya, kadek mencium pundak dila dan sesekali naik ke bagian puncak kepala.

dila sendiri kini seperti orang bodoh, tak berdaya dan tak tahu harus berbuat apa. jujur dila terbuai saat kadek terus mencumbu dila.

"ehhh" teriak dila pelan. kadek menghentikan kelakuannya dan menatap wajah dila, dila juga tak kalah kaget dengan reaksi dirinya sendiri. mata mereka beradu, dila merasa malu sekali lalu berlari pergi dari rumah kadek. kadek merasa cemas, apa mungkin dila marah. dia mencoba menyusul dila, tapi gadis itu sudah tak terlihat dimana mana.

"kacau" umpatnya, kadek bingung dengan apa yabg baru saja terjadi. dia terus mengacak rambutnya hingga berantakan. didalam pikiranya terngiang apa yang nantinya akan dila katakan, apa dila akan menjauhinya. oh tuhan tindakan kadek membuat dirinya bingung sendiri.