Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 83 - Rashid Bercerita Mengenai Keluarganya

Chapter 83 - Rashid Bercerita Mengenai Keluarganya

"Oh iya pemilihan waktu pertandingan akhir final Fifa dipilih tanggal 18 Desember 2022 karena tanggal tersebut merupakan Hari Nasional Qatar sebagai peringatan dimana hari tersebut merupakan saat Emir Pertama Bertahta di Qatar tahun 1978 dan ditetapkan sebagai Hari Kemerdekaan Qatar" jelas Rashid.

"Oh begitu.. Berarti Indonesia duluan ya yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945 daripada Qatar. Neng kira Indonesia negara terakhir yang merdeka " komentar Ayu.

"Tapi sebenarnya hari dimana Qatar merdeka bukan tanggal itu, tapi kemerdekaan sebenarnya pada tanggal 1 September 1971 yang diumumkan kemerdekaannya dan diakui oleh negara lain pada tanggal 3 September 1971" kata Rashid.

"Lama juga ya antara tahun 1971 dengan 1978. Antara tahun itu apakah tidak ada kepala negaranya?" tanya Ayu.

"Tentu saja ada. Sewaktu Qatar merdeka diumumkan oleh Ahmad bin Ali. Lalu dia digulingkan oleh kakekku Khalifa bin Hamad ketika Ahmad sedang berburu di Iran. Hingga sekarang gelar Emir diturunkan oleh keluarga kami. Tapi bedanya dengan negeri Arab, Emir dapat dijabat oleh anaknya yang sudah siap menggantikan, tanpa harus sang Ayah wafat terlebih dahulu. Sekarang Qatar dipimpin oleh kakakku, sedangkan Ayahku sampai sekarang masih hidup dan menikmati masa tuanya, sekarang beliau sedang berada di Swiss. Kalau kakekku sudah meninggal tapi nenekku masih hidup, tinggal di desa." kata Rashid.

"Sekarang yang tinggal di istana kakakku dan istrinya, adikku Fatima dan ibu tiri" kata Rashid.

"Ibu tiri? Owh berarti ibumu di Swiss ya ikut ayahmu?" tebak Ayu.

"Bukan, ibuku sudah meninggal ketika melahirkan adikku Fatima. Sedangkan kakakku adalah kakak tiriku dari anak ibu tiriku. Adikku dibesarkan ibu tiriku, jadi bagi adikku kalau ibu tiriku adalah ibunya walaupun dia sudah tau keadaan sebenarnya. Adikku memanggilnya dengan sebutan Ibunda " kata Rashid.

"Owh maaf. Turut berduka cita atas kehilangan mendiang ibumu" kata Ayu yang ikut sedih.

"Tidak apa - apa. Itu sudah lama terjadi ketika Abang masih kecil, kenangan akan ibu sudah memudar. Kalau tidak melihat foto dan lukisan mendiang ibu yang terpajang di istana, mungkin wajahnya pun akan terlupakan. Hanya bayangan samar yang masih diingat" kata Rashid.

Walaupun bilangnya gak apa - apa, tapi dari nada dan ekspresinya terlihat sedih sehingga Ayu memeluk Rashid dalam diam.

"Tapi sukurlah ada Ibunda yang berbaik hati merawat adikmu sejak bayi" kata Ayu.

"Ibunda tidaklah sebaik itu, walaupun adikku dirawat olehnya tapi sebenarnya pelayanlah yang melayani semua kebutuhan adikku. Dia hanya menyuruh, mengawasi dan memberi perintah serta mendisiplinkan adikku supaya mengikuti semua tradisi kuno. Sifatnya dingin, tak seperti ibuku yang ramah, mungkin karena itulah Ayahku menikah lagi dengan ibuku" kata Rashid.

Ayu tak tahu bagaimana meresponnya. Setelah beberapa saat saling diam, Ayu bertanya

"Apakah sejak kematian almarhum ibu, Ibunda mengusir kalian berdua dari istana?" tanya Ayu.

"Tidak" jawab Rashid.

"Apakah Ibunda menghukum kalian tanpa sebab dan membuat mengadu domba diantara Abang, Ayah dan adik serta kakak?" tanya Ayu lagi.

"Sepertinya tidak. Dia hanya menghukum apabila aku dan adikku nakal dan berbuat tak sesuai aturan yang telah ditentukannya" kata Rashid.

"Hukumannya berupa apa?" tanya Ayu.

"Tergantung tingkat kedisiplinannya. Diantaranya yaitu berdiri dengan satu kaki dan tangannya menjewer telinga sendiri, tidak makan apa yang paling kami sukai malah memakan apa yang kami benci, tangan disabet dengan penggaris, pantat dipukul dengan rotan kecil, larangan keluar kamar dan keluar rumah, bahkan hukuman larangan ke luar negeri" kata

"Apakah peraturan itu berlaku juga bagi kakakmu?" tanya Ayu.

"Ya, tapi hukumannya ringan jika dilanggar. Tapi kakakku memang taat peraturan jadi jarang dihukum" kata Rashid.

"Hmm..Mungkin bagi Abang yang melihat langsung perilaku Ibunda, dianggap dingin dan jahat. Tapi bagiku sebagai orang luar menilai bahwa perilaku Ibunda masih dianggap wajar. Banyak kisah ibu tiri yang perilakunya lebih jahat daripada Ibunda, bahkan ibu kandung sendiripun dijaman sekarang malah memperlakukan anaknya dengan jahat hingga rela membunuh anaknya karena masalah ekonomi atau gak sabaran atau bahkan demi bisa hidup dengan pria baru. Dan kalau membandingkan perlakuannya terhadap kalian dibandingkan dengan kakakmu, pastinya akan berbeda, karena kakakmu adalah anaknya sendiri" kata Ayu yang menjelaskan dari sudut pandangnya sendiri.

Lama Rashid berkomentar mengenai pendapat Ayu. Sekarang Ayu baru menyadari bahwa mungkin dia sok tahu karena tidak mengalamin sendiri bagaimana didikan ibu tirinya sehingga Ayu menjadi canggung dan merasa gak enak, akhirnya Ayu berkata.

"Maaf Bang, Neng jadi sok tahu. Padahal Abang sendiri yang ngalaminnya" kata Ayu.

"Tidak apa - apa. Setelah dipikir - pikir, Neng benar. Perilaku Ibunda tak sejahat Ibu tiri lainnya, dan hal inipun Abang sedikit menyadarinya. Oleh sebab itulah Abang tak memaksa adikku untuk keluar dari istana menjauhkannya dari pengaruh Ibunda" kata Rashid.

Percakapan mereka membuat Ayu melupakan sejenak bahwa mereka masih berada di restoran, dan baru tersadarlah ketika Rashid berkata.

"Ayo habiskan sarapanmu Sayang! Hari ini jadwal kita akan penuh" kata Rashid.

Sarapan mereka terlupakan sejak datangnya Tyas. Mau melanjutkan sarapanpun sudah tak nafsu lagi. Maka mereka menyudahi sarapannya walaupun masih tersisa makanan di piring.

Mereka ke villa untuk ganti baju yang nyaman dipakai untuk berjalan ke hutan dan persiapan snorkeling yang dimasukan ke dalam tas beserta pakaian ganti, payung takut hujan, dan kompas takut nyasar. Menurut Maulida, agenda hari itu mereka akan menjelajah hutan lindung dan snorkeling menjelajah kehidupan dunia bawah air.

Mereka memakai pakaian couple dengan kaos tangan panjang bahan katun warna hijau dengan motif tulisan di depan kaosnya, dipadukan dengan celana panjang kargo berkantong warna cokelat yang bisa diubah menjadi celana pendek karena ada resleting di bagian lutut yang bisa dilepas. Dan kakinya memakai sandal sepatu gunung karena tujuan menjelajah hutan dengan trekking pendek. Ayu menambah memakai kerudung coklat bermotif bunga kecil.

Setelah siap, mereka menunggu di lobi karena mereka telah siap duluan sebelum waktu janjian. Saat itu barulah Ayu teringat bahwa cincin tunangannya dari ibunya Rashid yang waktu Rashid berikan kepadanya, waktu itu Rashid berbicara mengenai ibunya seolah - olah beliau masih hidup.

"Bang, maaf Neng mau nanya. Cincin tunangan ini kepunyaan ibu Abang atau Ibunda?" tanya Ayu yang menunjukan cincin tunangannya di jari.

Mungkin bagi orang Indonesia, cincin ini bisa disebut norak atau kampungan karena hiasan cincinnya besar berupa emas tanpa ada permatanya, hanya ukiran saja. Cincinnya bagaikan orang kampung yang memamerkan emas besar supaya dapat dilihat orang lain sehingga para tetangganya akan iri kepadanya yang kelihatan kaya raya dengan memakai emas yang besar. Tidak seperti cincin kebanyakan jaman sekarang yang hiasan cincinnya kecil dan tipis serta berhiaskan permata yang cantik.

Rashid melihat cincin yang selalu dipakai Ayu sejak Rashid sematkan cincinnya dijari Ayu. untungnya ukurannya pas di jari Ayu.

"Ini cincin awalnya pemberian dari Ayah di hari Ayah melamar ibuku. Sebelum Ibuku meninggal, mendiang almarhumah memberikan cincinnya untuk calon menantunya kelak" kata Rashid.

"Tuh kan Abang pembohong. Waktu Abang memberikan cincin ini, seolah - olah cincin ini tak berharga, padahal ini cincin kenang - kenangan beliau yang berharga" kata Ayu yang menuduh Rashid.

"Maafkan Abang yang terpaksa berbohong. Waktu itu Abang takut kalau Abang cerita, Neng tidak mau menerima dan memakainya. Bahkan Abang ragu Neng akan selalu memakainya karena hiasan cincinnya besar sebuku jari, tak seperti ukuran cincin di sini yang relatif kecil dan ada permata atau batu mulia sebagai hiasannya" jelas Rashid.

"Ya walaupun hiasannya besar dan aneh tidak seperti kebanyakan cincin di sini, tapi ukuran di jari pas kok dan ukuran cincinnya bagus dan unik. Neng jadi penasaran dengan nama sebutan cincin ini apa?" tanya Ayu.

"Cincinnya dinamakan cincin Anniyo. Biasa dijual di negeri Timur Tengah" jawab Rashid.

"Anniyo, seperti kosa kata bahasa Korea 'Annyeong' yang artinya Hai" kata Ayu.

"Ya seperti bahasa Indonesia yang menggunakan kata serapan dari bahasa Arab, contohnya 'ahli', 'kalimat' dan 'siasat' yang pelafalannya sama tapi artinya berbeda. Didalam bahasa Arab, 'ahli' itu artinya orang yang berasal dari, sedangkan di sini artinya orang yang memiliki kemampuan. 'Kalimat' dari bahasa Arab artinya kata, sedangkan disini rangkaian kata - kata. 'Siasat' dalam bahasa Arab artinya modern sedangkan disini artinya taktik politik. Juga ada pelafalan sama dan artinyapun sama seperti abad, daftar, jawab, hikayat, ilmu, napas, dan masih banyak lagi. Bahkan bahasa Indonesia juga kosa katanya diambil dari beberapa serapan bahasa asing lainnya seperti Sansekerta, Portugis, Belanda, Cina, Persia, Inggris, Jepang, bahkan bahasa daerahpun dijadikan bahasa Indonesia. Semuanya berawal dari sejarah Indonesia sejak zaman kerajaan, penjajahan dan bahasa daerah yang banyak dipakai masyarakatnya serta bercampur dengan warga asing lainnya dalam perdagangan dan sebagainya sehingga terciptalah kamus bahasa Indonesia yang baik dan benar dan digunakan sebagai pedoman seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke untuk dapat saling berkomunikasi. Kalau mereka berkomunikasi menggunakan bahasa daerahnya masing - masing maka akan terjadi kesalah pahaman, benar tidak?" jelas Rashid panjang lebar

"Ya benar sekali. Oh.. Ternyata begitu, baru tau ternyata bahasa Indonesia bukan hanya dari bahasa Melayu. Abang ko bisa tau sih padahal Abang kan baru kali ini tinggal di sini" komentar Ayu.

"Abang gitu lho. Karena Abang suka mempelajari bahasa asing jadi sadar persamaan beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang hampir sama dengan bahasa asing. Setelah ditelusuri ternyata bahasa Indonesia banyak berasal dari bahasa asing" kata Rashid dengan bangga.

"Huh sombong sekali" komentar Ayu.

"Emang benar ko. Abang menguasai 8 bahasa, diantaranya bahasa Arab, Indonesia, Inggris, Perancis, Spanyol, Rusia, Jepang, dan Cina" kata Rashid.

"Eh bahasa Arab dan bahasa Indonesia tidak masuk hitungan donk, kan termasuk bahasa dari orang tua Abang. Jadi bahasa asing yang dikuasai ada 6 bahasa. Yah harus Neng akui, Abang memang hebat" kata Ayu yang akhirnya mengakui kehebatan suaminya.

"Menguasai bahasa asing karena tuntutan pekerjaan juga kok. Supaya tidak tergantung oleh penterjemah bahasa. Bayangkan bagaimana kalau negosiasi kenegaraan yang penting tapi malah disalah artikan oleh sang penerjemah sehingga terjadi kesalahpahaman kedua belah pihak, bisa kacau kan jadinya?" tanya Rashid.

"Benar juga. Neng juga sebenarnya tertarik belajar bahasa asing tapi dulu mikirnya karena tak mungkin bisa keliling dunia, sehingga dimusnahkan keinginan itu" kata Ayu.

"Benarkah Neng mau belajar bahasa asing? Abang setuju dan mendukungmu. Bahasa Inggris Neng juga sudah bagus, sangat jarang orang lokal pandai berbahasa Inggris dan itu sebagai dasar bahasa internasional karena sekarang banyak negara yang paham bahasa Inggris" kata Rashid.

"Kecuali di Jepang. Katanya bahasa Inggris mereka sangatlah buruk, lebih buruk dibandingkan di sini" komentar Ayu.

"Ya benar. Itu karena nasionalisme mereka sangat tinggi dan merasa sebagai negara maju sehingga tak perlu belajar bahasa asing, yang ada orang asing yang harus belajar bahasa mereka" jelas Rashid.

"Begitu ya? sombong sekali ya mereka itu" kata Ayu.

Tak lama mereka dijemput oleh Maulida, maka pembicaraan mereka terhenti dan mengikuti Maulida ke mobil jemputan.