Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 79 - Ayu Cemburu

Chapter 79 - Ayu Cemburu

Sesampainya di hotel, mereka siap - siap check out. Lalu berlanjut ke sebelah barat pesisir pulau Lombok dengan tujuan ke Pantai Senggigi.

"Tapi sebelum ke hotel, bagaimana kalau kita melanjutkan wisata religi terlebih dahulu?" usul Maulida.

"Masjid maksudnya?" tanya Ayu.

"Ya, karena lombok terkenal dengan sebutan pulau seribu masjid, jadi banyak masjid yang berdiri di pulau ini" jelas Maulida.

"Oke. Tapi kalau bisa ke masjid yang bersejarah dan termegah di sini" kata Ayu.

"Ya, nanti kita akan ke Mataram yang ada masjid terbesar di Lombok" kata Maulida.

Lalu mereka melanjutkan wisata religinya. Sejam perjalanan, mereka tiba di destinasi Masjid Darussalam Kopang yang berada di Lombok Tengah. Masjid ini dibangun sejak jaman kolonial Belanda, tepatnya 1800 tahun yang lalu. Bangunan terlihat unik dengan perpaduan desain Klenteng (tempat peribadatan etnis Tionghoa) walaupun warnanya tidak merah dan benteng kerajaan jaman lampau.

Masjid ini juga menjadi satu - satunya yang memiliki tugu berlambang burung garuda di pojok bagian depan halaman masjid.

Setelah puas melihat dan mengabadikan momen, selanjutnya mereka ke Kota Mataram untuk ke destinasi masjid selanjutnya.

Mereka tiba hampir sejam lamanya ke Masjid Raya Hubbul Wathan atau disebut juga Islamic Center NTB dengan luas 6,7 hektar dengan ciri khas kubah raksasa bermotif batik Sasambo (khas NTB) berwarna hijau tua. Motif batiknya perwakilan dari 3 suku yakni Sasak, Samawa dan Mbojo. Menara utama setinggi 99 meter mewakili 99 nama Allah atau Asmaul Husna. Masjidnya juga diapit oleh 4 menara lainnya di tiap sudut masjid dengan tinggi 66 meter.

Ayu dan Rashid shalat ashar di sana, lalu menjelajahi wilayah masjid hingga mereka menaiki menara utama sehingga mereka dapat menikmati pemandangan kota Mataram saat sore hari, sensasi pemandangan daerah sekitar yang terlihat dari atas sedikit berbeda daripada di daratan. Selain itu mereka juga dapat melihat mesjid dan tiang mesjid selain Islamic Center yang ada di sekitarnya.

Setelah puas melihat mengagumi arsitektur masjid dan pemandangan kota dari atas menara, mereka mencari tempat makan yang menyajikan makanan khas Lombok lainnya, terutama khas kota Mataram yaitu Sate Rembiga di Rumah Makan Sate Rembiga Ibu Sinnaseh. Satenya dinamai sesuai dengan asal satenya dari daerah Rembiga. Satenya lunak berupa sate sapi dibakar dengan bumbu khas sehingga rasanya sedikit manis, tapi juga pedas. Ayu sampai makan 2 porsi sate seorang diri. Beserta sayurnya pelecing kangkung.

Selesai makan, barulah mereka lanjut ke hotel selanjutnya ke Kila Senggigi Beach Lombok dengan tempuh perjalanan setengah jam.

Kila yang berarti Kilau terletak di semenanjung pantai Senggigi dengan luas 12,5 H dengan pemandangan ke Gunung Agung, Bali yang nampak dari kejauhan. Hotel ini memiliki taman yang luas dengan aneka pepohonan yang hijau. Penataan tamannyapun indah dan rapih. Terdapat beberapa tipe bungalow yang terpisah maupun yang menyatu, berlantai 1 maupun berlantai 2.

Menurut penjelasan Maulida bahwa Kila Senggigi ini merupakan salah satu hotel yang dimiliki oleh PT. Aerowisata yang merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia, dengan kata lain hotel ini termasuk kedalam BUMN. Hotel ini tidak termasuk hotel berbintang 5 maupun bintang 4, karena dikategorikan dengan nama kelas. Kelas atas dimulai dari Prama, kelas menengah itu Kila, sedangkan kelas ekonomi itu Asana.

Hotel Kila Senggigi (midscale product brand) menyasar individu maupun keluarga yang akan menghadiri pertemuan bisnis dengan harga kompetitif.

Interior hotelnya berdesain tropis minimalis dan detail ornamen khas suku Sasak. Fasilitas hotelnya terdapat kolam renang, anjungan olahraga air, spa, ruang meeting, restoran, bar, aneka toko suvenir, hingga travel agenpun tersedia.

Hotel Kila Senggigi Beach Lombok akan menerima penghargaan Green Hotel Award tahun 2017 pada bulan September karena pengelolaan hotelnya yang ramah lingkungan, baik demi kenyamanan tamu hotelnya maupun pelestarian alam sekitarnya.

Ayu dan Rashid memesan kamar hotel tipe Bungalow dengan pemandangan laut. 1 Bangunan terdiri dari 2 bungalow yang menyatu, sehingga Ayu dan Rashid berada dalam satu bungalow dan sebelahnya diisi oleh Mat dan Ahmad. Bahan bangunan bungalownya berdinding dan berlantai kayu, berjendelakan kaca dan beratapkan dari alang - alang dan rotan. Bungalownya berlantai 1tapi sedikit naik beberapa anak tangga seperti rumah panggung sehingga permukaan bungalow lebih tinggi daripada tanah.

Interiornya terdiri dari lemari pakaian disamping pintu masuk, samping lemari pakaian terdapat meja pendek yang dibawah meja berjejer dua pasang sendal hotel. Di meja itu Ayu dan Rashid menaruh tas koper, sedangkan isi kopernya dimasukan ke lemari pakaian. Disamping meja kecil itu terdapat meja rias plus kursi dan kaca didepannya, sedangkan disampingnya itu meja tv sekaligus kulkas mini dibawah tvnya berada dekat dengan pintu teras yang menghadap ke laut.

Sedangkan sebrangan lemari pakaian, terdapat kamar mandi yang berisi westafel, shower, toilet dan bathub. Sebelah kamar mandi terdapat ranjang single bed ukuran super king size dengan 2 meja lampu tidur tiap sisi atasnya. 2 kursi duduk dengan satu meja bundar membelakangi jendela menghadap ke arah pintu masuk.

Di terasnya terdapat 2 kursi dan 1 meja yang sama dengan meja kursi di dalam ruangan bungalow.

Mereka istirahat dan membersihkan diri sebentar lalu keluar bungalow ke arah pantai untuk menikmati sunset di pantai. Mereka duduk di kursi berjemur yang ditengahnya payung untuk berteduh.

Ketika mereka tiba, banyak pengunjung hotel yang sudah duduk, sama seperti mereka yang sengaja menantikan saat matahari tenggelam. Untunglah pak Yana sudah menempati salah satu set kursi berjemur sehingga Ayu dan Rashid dapat duduk menikmati matahari tenggelam dengan langit yang berwarna semburat merah ke orangean dan laut yang biru tua serta Gunung Agung, Bali.

Saat matahari telah tenggelam, mereka shalat magrib di mushola hotel, Lalu makan malamnya dengan menu pizza di restoran hotel bernama Basilico Authentic Italian Restaurant berupa outdoor di tepi pantai. Meja kursinya dari kayu berlapis anyaman bambu bercat putih yang diseting permeja 4 kursi dan jarak tiap meja saling berdekatan.

Terdapat live musik jazz yang sedang melantunkan saxophones lagu klasik dari pemain musik orang asing. Tamu yang menikmati makan malam juga kebanyakan orang asingnya daripada penduduk lokal.

Malam itu mereka sedang ingin menikmati suasana keramaian sambil menikmati musik. Mereka masih menunggu pesanan pizzanya, Ayu sudah tak sabar ingin mencicipinya karena sebelumnya melihat pizza dari pesanan meja sebelah yang terlihat sangat enak dan wangi pizzanya harum apalagi yang baru matang keluar dari oven, wanginya menggugah selera.

Ketika pesanan mereka datang, langsung disikatnya pizzanya dengan sendok pengambil pizza yang ternyata keju mozarelanya lumer memanjang, seru lihatnya.

Ketika dimakan, daging dan kejunya sangat terasa, tepung pizzanya lembut dan paprika serta bawang bombaynya masih kerasa krenyes masih segar.

Ketika mereka sedang makan, Ayu ke toilet dulu sebentar. Tak lama ia kembali, tapi ternyata Rashid sedang mengobrol dengan seorang wanita yang seksi di meja makan mereka. Terlihat Rashid sangat senang hingga dia tersenyum lebar dengan mata berbinar - binar, bahkan kedua tangan Rashid duluan yang meraih dan memegang salah satu tangan wanita itu.

Hati Ayu terasa sakit, ingin rasanya marah kepada mereka, tapi ditahannya. Tak tahu harus bersikap apa, dan takut kemarahannya tak terkendali sehingga terjadi keributan, sehingga Ayu memilih untuk tak bertemu wanita itu. Ayu cepat - cepat kembali lagi ke toilet dan ditunggunya hingga setengah jam, barulah kembali lagi. Kini hanya Rashid yang ada di meja mereka.

Ketika Ayu sudah duduk, Rashid bertanya

"Tumben lama, sakit perut ya?"

"Iya sakit" jawab Ayu.

"Mungkin perutnya ga biasa makan pizza" komentar Rashid.

"Walaupun ga tiap hari makan pizza, tapi ga segitunya juga kali sampai sakit perut gara - gara pizza" kata Ayu sewot.

Rashid hanya bingung kenapa sikap Ayu jadi berubah, padahal sebelumnya mereka baik - baik saja.

"Pulang yuk" ajak Ayu. Tanpa persetujuan Rashid, Ayu langsung berdiri lagi lalu keluar restoran.

"Makanannya gak dihabiskan?" tanya Rashid yang ikut berdiri dan menyusul Ayu.

"Kenyang, gak napsu lagi" kata Ayu.

Mereka pulang ke villa dengan suasana saling diam.