Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 77 - Legenda Putri Mandalika

Chapter 77 - Legenda Putri Mandalika

Ketika Ayu terbangun oleh suara alarm jam hp di meja samping ranjang, secara tak sadar tangan Ayu meraih hpnya dan melihat bahwa hp menunjukan jam 06.00 pagi.

"Astaga.. Kesiangan. Huam.. Pagi.." sapa Ayu yang mengucek - ucek matanya yang masih mengantuk.

"Pagi juga Sayang.." Diciumnya singkat bibir Ayu karena Ayu mendorong tubuh Rashid.

"Kenapa pagi - pagi cium - cium segala sih?" keluh Ayu.

"Memangnya kenapa?" tanya Rashid.

"Neng kan belum sikat gigi, jadi pasti mulut Neng masih bau" kata Ayu.

"Hahaha.. Sayang ada - ada saja. Abang ngeluh enggak kalau mulut Neng bau? Malahan ini bibir dan mulut ini ingin Abang lumat habis - habisan" kata Rashid.

"Ah Abang ini. Udah ah mau shalat subuh dulu, Abang udah shalat?" tanya Ayu.

"Sudah. Bahkan Abang bangun jam 4 subuh, pengen liat Sunrise tapi gak jadi" jawab Rashid.

"Kenapa gak dibangunin?" tanya Ayu.

"Udah dibangunin, tapi susah, malah tidur lagi. Makanya Abang aktipin alarm di hp Neng" kata Rashid.

"Makasih. Ya udah Neng shalat duluan" kata Ayu.

"Ya sudah cepetan! Sudah siang nih" kata Rashid.

"Abang sih ngajak ngobrol mulu" gerutu Ayu.

Setelah Ayu shalat, Rashid bertanya "Kegiatan hari ini mau menghabiskan hari bersantai di villa yang tentu aja lanjutin kejadian malam tadi yang lagi nanggung tapi Neng malah ketiduran, atau keliling pantai terdekat?" tanya Rashid.

"Masa sih Neng ketiduran?" tanya Ayu.

"Iya. Abang mesti mandi air dingin tengah malam buat menidurkan junior Abang" kata Rashid.

"Hahaha.. Sukurin. Nanti keliling pantai aja deh" jawab Ayu.

- * * * -

20 menit kemudian mereka keluar villa.

Rashid mengenakan setelan training warna putih dan celana panjang training hitam dengan sepatu olahraga dan waistbag dipinggangnya, sedangkan Ayu memakai sepasang setelan training bahan babytery warna merah maroon dengan atasan jaket resleting dengan gradasi garis warna coklat muda dibagian bahu hingga ujung tangan dan celana panjang pinggang karet warna senada.

Di teras, mereka telah ditunggu oleh Mat, Ahmad dan Maulida. Mereka bertiga juga memakai pakaian olahraganya masing - masing. Mat dan Ahmad tadinya mau memakai pakaiannya sehari - hari yang biasa dipakai, tapi karena sebelum mereka berangkat ikut bulan madu mengikuti Rashid, Ayu menyuruh mereka memakai pakaian yang biasa dipakai orang lokal karena pakaian mereka sangat mencolok. Rashid hanya setuju saja sehingga kini Mat dan Ahmad memakai juga setelan training dan sepatu olahraga.

Kemarin mereka walaupun tak memakai pakaian yang biasa dikenakan, tapi karna warna pakaiannya tetap kemeja putih dipadukan celana bahan putih sehingga terlihat tak ada bedanya. Sedangkan sekarang mereka memakai training warna warni, Mat Abu - abu muda dan Ahmad hijau sehingga terlihat berbeda.

"Sekarang terlalu pagi kalau sarapan. Dan menurut Mat, tuan ingin ada kegiatan olahraga bagaimana kalau kita joging atau jalan santai lalu balik lagi ke hotel kemudian dilanjutkan bersepeda ke arah lain? Kalau lelah di tengah perjalanan maka bisa naik kendaraan karena pak Yana siap menjemput. Kita hari ini mengelilingi pantai Mandalika karena terkenal keindahan pantainya. Bagaimana?" usul Maulida sebagai tour guide.

"Sepertinya menarik" tanggapan Ayu.

"Oke setuju" jawab Rashid.

Maka mereka semua joging diselingi jalan santai menyusuri pantai dengan tujuan ke Mandalika Beach Park. Di perjalanan dekat dengan tujuan mereka, Ayu baru menyadari bahwa pantai yang mereka lewati pasirnya sedikit berbeda dari pantai lainnya. Dari jauh terlihat sama saja pasir putih, akan tetapi jika diperhatikan bahwa butiran pasirnya besar - besar.

"Wah.. Pasirnya unik sekali. Pasirnya putih tapi ukurannya besar - besar mirip seperti merica. Kenapa bisa begitu?" tanya Ayu yang baru pertama kalinya melihat pasir berukuran besar seperti ini. Ia mengambil pasir di tangannya dan mengaguminya.

"Ya benar, persis seperti bumbu merica. Pasirnya terbentuk dari fosil cangkang mikroorganisma yang hidup atau karang yang yang sudah lama hancur di lingkungan air laut sekitar sini yang terbawa sampai ke pesisir pantai sehingga membentuk pasir putih dengan bentuk seperti ini" jelas Maulida.

"Oh.. Begitu.. Tapi sayang pantai di sebelah sini berkarang, jadi tidak enak berenang di sini" komentar Ayu.

"Ya benar, tapi pantai - pantai lain yang kita susuri, pinggir pantainya dapat dijadikan tempat berenang, bahkan tempat yang bagus untuk surfing dengan ombak yang besar" kata Maulida menjelaskan.

"Nanti ada spot tempat surfing di Pantai Seger yang menjadi destinasi kita selanjutnya setelah sarapan, disana ombaknya besar. Sebaiknya mba Ayu jangan belajar surfing di sana, sedikit berbahaya" saran Maulida.

"Tidak, sudah cukup. Sekarang giliran Abang saja yang tunjukan kelebihannya yang katanya bagaikan atlet profesional itu" kata Ayu menantangnya.

"Oke siapa takut" jawab Rashid yang menerima tantangannya.

- * * * -

Tak lama tibalah mereka di Mandalika Beach Park. Disana terdapat wahana yang belum dijadikan tempat umum, tapi mereka dapat masuk ke dalamnya. Tempat tersebut akan diresmikan untuk umum mulai tahun depan.

Di sana terdapat arena bermain anak - anak yang letaknya di pinggir pantai, berupa perosotan berwarna campuran merah dan kuning dengan 2 jenis perosotan dalam satu set, yang satu meliuk - liuk sedangkan perosotan yang lain standar, dengan tangga naik yang sama. hanya jembatan buatan yang memisahkan 2 perosotan itu.

Di tepi pantai sebelah kiri perosotan itu terdapat lambang tulisan besar berwarna merah "The Mandalika" yang dibawahnya juga tertulis tulisan kecil "Kuta Lombok" yang berdiri membelakangi pantai, sebagai spot foto.

Di sebelah kanan perosotan tepi pantai itu terdapat tulisan 'Kuta Mandalika' berwarna putih di atas bukit. Tulisannya cukup besar bisa dilihat dari berbagai arah sekitar pantai Kuta yang juga dijadikan spot foto sebagai penanda telah berkunjung ke kawasan Mandalika. Tak buang kesempatan sia - sia, mereka abadikan dengan foto dan video disitu.

Selain itu terdapat Balai Penyelamatan dan Pengamanan Wisata dengan fungsi pos penyelamatan, pos kesehatan, pusat informasi wisata dan Pengamanan Kuta Beach Park. Sedangkan pembangunan berbagai fasilitas lainnya masih belum lengkap, dalam tahap pembangunan.

"Tempat apa ini?" Tanya Rashid

"Disini nantinya akan dibangun sirkuit MotoGP mulai tahun 2021 hingga 2025 dengan konsep sirkuit jalan raya yang memiliki trek 4,32 km dengan 18 tikungan, dengan pengelola Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC)" terang Maulida.

"Wow MotoGP. Pasti seru tuh nontonnya. Apalagi saat pengendara motornya jatuh ketika sedang balap dan para pesertanya dengan cepat saling balap membalap. Apalagi yang paling keren itu saat lintasan belok, kamera memperlihatkan bagaimana bentuk tubuh peserta menanggapi belokan tajam supaya tidak jatuh hingga badan menukik ke samping bahkan tubuh jongkok ke samping motor sampai pantat tidak meyentuh jok motor. Teknik yang paling sulit dilakukan, tapi lihatnya sangat keren.." kata Ayu dengan antusias.

"Neng mau menontonnya?" tanya Rashid.

Ayu mengganggukan kepalanya sebagai tanda mau.

"Nanti kita nonton langsung ya" kata Rashid.

Ayu menanggapinya dengan senyuman.

"Ngomong - ngomong dimana ini?" tanya Ayu

"Kita berada di Mandalika Beach Park di pantai Kuta" kata Maulida.

"Setahuku pantai Kuta hanya berada di Bali" komentar Ayu.

"Ya diakui bahwa nama pantai Kuta itu terkenal di Bali, tapi pantai ini pun memiliki nama yang sama. Bahkan ada beberapa nama wilayah Lombok yang nama daerahnya sama dengan daerah di Jawa" jelas Maulida.

"Begitu ya. Ada sejarah yang terkenal di sini?" tanya Ayu.

" Ya, nama Mandalika sendiri diambil dari nama seorang Putri bernama Mandalika yang memiliki paras wajah yang sangat cantik hingga setiap pangeran dan pemuda dari berbagai wilayah jatuh cinta kepadanya dan ingin mempersuntingnya. Ayahnya menyerahkan pilihan kepada anaknya sehingga sang putri bersemedi untuk memilih siapa calon suaminya. Sepulangnya dari semedi, sang putri lalu mengumpulkan para pangeran dan pemuda di tepi pantai yang sekarang disebut pantai Putri Nyale atau pantai Seger. Sang putri berdiri di batu besar dan menyampaikan beberapa kata bahwa ia berharap tidak ada perpecahan atau peperangan karena memperebutkan dirinya sehingga sang putri menceburkan dirinya ke laut" kata Maulida yang menceritakan salah satu cerita rakyat Lombok.

"Masyarakat sekitar percaya bahwa sang putri berubah menjadi cacing laut yang disebut nyale. Bahkan ada perayaan yang disebut Bau Nyale, masyarakat beramai - ramai ke pantai untuk mengambil cacing tersebut sebanyak - banyaknya sebagai tanda cinta kepada sang putri. Setiap tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak. Festival ini akan diadakan di sepanjang pantai ini" jelas Maulida panjang lebar.

"Akhir yang menyedihkan" kata Ayu dengan sedih.

"Cacing laut itu apakah bentuknya sama seperti cacing di daratan?" tanya Rashid kepada Maulida yang merangkul tangannya di bahu Ayu untuk mengalihkan pembicaraan mereka supaya Ayu tidak sedih.

"Bentuknya hampir sama dengan cacing biasa tapi warna kulitnya beragam. Ada warna hijau, orange hingga merah, dengan kulit licin dan mengkilap. Kalau sudah dapat cacingnya, akan mengolahnya menjadi santapan enak" kata Maulida.

"Ikh.. cacing dimasak. Lihatnya aja gak bikin selera makan" kata Ayu.

"Bagi yang belum terbiasa, memang terlihat jijik, tapi disini diolah menjadi hidangan berkuah santan, atau dibuat pepes atau dicampur dengan sambal. Sambal nyale di Lombok disebut Bokosawu Nyale" kata Maulida.

"Mesti dicoba tuh makanannya. Apakah ada yang jual disini?" tanya Rashid

"Maaf tapi sekarang bukan musimnya nyale, jadi tidak ada yang jual" kata Maulida.

"Kalaupun ada, Abang aja ya yang makan! Neng gak mau, ngebayanginnya aja bikin perut mual" komentar Ayu.

"Wah.. Sayang mual, itu tandanya jangan2 Sayang lagi ngisi ya" kata Rashid dengan senang.

"Iya ngisi, isi makanan makan malam yang tadi malam dimakan" jawab Ayu dengan sewot.

"Jangan gitu donk Neng, siapa tahu usaha Abang membuahkan hasil" kata Rashid.

"Terlalu cepat donk Bang lihat hasilnya" kata Ayu.

"Gitu ya? Abang kira langsung tahu. Hahaha" kata Rashid.

Maulida hanya geleng - geleng kepala lihat interaksi pasutri ini yang bentar - bentar mesra bentar - bentar bertengkar lagi. Tapi pertengkaran mereka terlihat lucu baginya.