Tiba- tiba, Raine merasakan sensasi yang familiar di kepalanya, mengusap lembut rambut Raine. Hanya ada satu orang yang dapat memberikan sensasi seperti ini dan itu adalah Torak…
Raine menikmati sentuhan itu dan mengangkat kepalanya perlahan.
Matanya yang hitam bertemu dengan mata Torak yang biru. Matanya merupakan warna biru paling indah yang pernah Raine lihat. Dia suka menatap kedalam matanya dan Torak pun merasakan hal yang sama.
Mereka seperti itu untuk beberapa menit sebelum akhirnya Raine menubrukkan tubuhnya pada Torak.
Torak tidak menyangka kalau Raine akan memeluknya dan hampir saja jatuh terduduk dengan Raine yang menangis tak berhenti di pundaknya. Melingkarkan lengannya yang kurus ke sekeliling lehernya dengan sangat erat.
Gadis ini takut, dan sekarang ketika dia melihat Torak, Raine menyadari kalau rasa takutnya pada Torak sangatlah tidak berarti jika dibandingkan dengan pemikiran kalau Torak akan meninggalkannya.
Walaupun rasa takut itu hanya ada di dalam pikiran Raine. Torak tidak akan pernah meninggalkannya bahkan kalau Raine sudah tidak menginginkannya lagi.
Bahkan kalau seseorang merobek dirinya hingga berkeping- keping, jiwa Torak yang kotor akan terus mengikuti Raine tanpa lelah.
Torak menepuk punggung Raine pelan dan mendesah dengan lega. Raine sekarang berada di dalam dekapannya dan ini merupakan hal yang terpenting bagi Torak.
Sang Alpha membiarkan Raine mengotori bajunya dengan tangisannya sampai hatinya merasa lega. Dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai tangisan Raine berhenti.
Karena rasa tertekan, Torak dapat merasakan kalau Raine telah kehilangan bobot tubuhnya ketika Torak memeluknya. Ini membuat Torak tidak senang. "Apakah kamu sudah makan, my love?" Torak berbisik lembut ke telinga Raine tapi gadis ini menggelengkan kepalanya. "Aku akan meminta seseorang untuk memasakkan sesuatu untukmu, okay?"
Raine lagi- lagi menggelengkan kepalanya dengan lemah, dia tidak bisa makan apapun selama dua hari terakhir ini tanpa memuntahkannya kembali, tapi Torak tidak menyerah begitu saja.
"Kamu tahu, kemarin aku menyaksikan seseorang memasak spaghetti, sepertinya cukup mudah. Kalau aku membuatnya, maukah kamu memakannya?" Torak membujuk Raine lagi.
Raine termenung untuk sesaat mengenai ide itu sebelum akhirnya dia mengangguk dan membuat Torak tersenyum penuh kemenangan.
Dengan hati- hati, Torak mengangkat tubuh Raine dengan menahan pahanya dan membawanya ke arah dapur sementara Raine merebahkan kepalanya di pundak Torak sambil memeluk lehernya. Seperti ini, Raine terlihat seperti koala besar di dalam dekapan sang Alpha.
Beberapa kali, Torak akan mengecup puncak kepala Raine selama mereka berjalan ke dapur. Torak akan mencium dan mengusapkan hidungnya ke bahu Raine. Dengan segala rasa cemas yang telah Torak alami karena rasa takut kalau Raine akan membencinya setelah apa yang dia lakukan, rasanya seperti sudah bertahun- tahun berlalu sejak terakhir kali Torak memiliki Raine sedekat ini padanya.
Tapi, sekarang segalanya terlihat akan baik- baik saja.
Torak mendudukan Raine diatas counter di dapur, lalu dia mengambil tisu untuk membersihkan wajah Raine dari air matanya.
"Tunggu disini, aku akan membuatkan spaghetti yang enak untukmu." Dia mencium ujung hidung Raine dan gadis itu tertawa pelan.
Ini merupakan hal yang menyenangkan dapat melihat wajah tersenyumnya lagi, seolah kejadian dua hari lalu telah lama terlupakan.
==============
Seorang wanita tengah berbaring tak bergerak di sebuah ranjang yang sangat mewah dengan tirai hitam berdekorasi rumit dengan benang emas sebagai hiasannya, yang mana menutupinya dari pandangan orang di luar sana.
Rambutnya yang pirang bertebaran di atas bantal di bawah kepalanya. Dia terlihat sangat pucat seolah kulitnya transparent, orang lain dapat melihat nadinya yang berwarna biru.
"Kapan dia akan terbangun?" seorang wanita yang menggunakan rok tutu berwarna putih menggulung rambutnya dengan gaya yang kekanakan sambil menganggukkan kepalanya ke gadis di ranjang.
"Tidak tahu," Belphegor mengangkat bahunya dengan tidak peduli. "tubuhnya terlalu lemah ketika aku merobek jiwanya dan membunuh Lycan di dalam dirinya. Ada kemungkinan dia tidak akan selamat."
Lilith melemparkan pandangan galak padanya. "Kalau dia tidak selamat, lalu kenapa aku harus mengambil resiko dan membuat keributan dengan menerabas wilayah kekuasaan Torak?" kalau saja ini bukan karena bantuan yang Lilith dapatkan, maka dia tidak akan mungkin bisa memasuki desa Raven, apalagi membawa Jenedieth keluar dari penjara.
Belphegor dan Lilith menunduk sambil menatap Jenedieth yang masih belum sadar, berdiri tepat disebelahnya.
"Berharap saja kalau dia akan selamat." Belphegor menguap, meregangkan otot- ototnya yang kram dan berjalan menjauh. "… dan pikirkan mengenai masalah ini nanti."
"KAMU!" Lilith berteriak kepada Belphegor dengan marah.
Sangat sulit untuk menghadapi kemalasannya. Memang, Belphegor tidak bisa disalahkan karena hal itu, biar bagaimanapun juga itu merupakan dosa yang dia miliki.
"Kamu sebaiknya selamat dari ini." Lilith mendesis dengan kesal pada Jenedieth, karena wanita ini dibutuhkan untuk rencana mereka selanjutnya.