Bau busuk dari nafasnya menyapu wajah Raine, bau ini bercampur dengan sesuatu yang lain dan itu adalah alcohol.
Raine telah bertemu dengan werewolf yang mabuk di tengah hari seperti ini. Sungguh suatu hal yang buruk. Dan lagi, sepertinya, di lantai ini tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya.
Raine mencoba untuk mendorong pria ini menjauh dengan tangannya yang bebas, tapi sangat jelas perbedaan kekuatan diantara keduanya. Werewolf mabuk ini berdiri sangat dekat dengan Raine, tidak bergerak.
"Aroma tubuhmu… sangat enak." Dia berbicara dengan suara yang tidak jelas sambil membenamkan hidungnya di lekuk leher Raine. Ini membuat Raine sangat muak.
Apalagi, ketika pria ini meremas bagian belakang tubuhnya dengan tangannya yang bebas dan menjelajahi tubuh Raine, mencoba untuk membuka retsleting jaketnya.
Raine merasa sangat ketakutan, tubuhnya gemetar tidak terkendali.
'Torak!' Raine meneriakkan namanya di dalam kepalanya dengan rasa takut yang sangat. Dia merintih tanpa suara, karena tidak dapat mendorong monster ini menjauh.
Pria ini terlalu kuat bagi Raine, genggamannya pada pergelangan tangan Raine mengencang dan Raine dapat merasakan kalau tulangnya retak.
Tidak seharusnya dia keluar dari kamar tidurnya, tidak seharusnya dia pergi mencari Torak dan tidak seharusnya dia membodohi dirinya sendiri dengan mengatakan kalau segalanya akan baik- baik saja, karena pada akhirnya tidak ada yang akan baik- baik saja bagi dirinya.
Raine telah menerima tamparan, pukulan, tatapan menghina, siksaan dan penganiayaan, tapi dia tidak pernah mengalami pelecehan seksual seperti yang tengah dia alami kini.
Raine menutup matanya, tidak ingin melihat seringai penuh nafsu dari pria ini, dan ketika dia merasa jaketnya telah terobek terbuka, dan kaosnya nyaris terbuka juga.
Ketakutan yang menggelembung di dalam dirinya, mendorong udara keluar dari tenggorokkannya dan lewat melalui bibirnya dalam sebuah lengkingan tajam.
���TORAK!"
***
Seorang gadis tengah memeluk kakinya di ujung ranjang miliknya, mengubur wajahnya diantara lutut sementara rambutnya yang hitam menutupi wajahnya.
Dia mengenakan gaun rumah sakit yang berwarna putih di tubuhnya yang kurus dan pergelangan tangannya terikat ke besi di tempat tidur. Gadis ini terlihat sungguh sangat menyedihkan.
Dia berada di dalam ruangan dimana tidak ada jendela dan bantalan yang menyelubungi seluruh tembok. Sebuah tempat wastafel, toilet dan sebuah ranjang adalah barang- barang yang berada di dalam ruangan itu.
Ruangan itu sangat sepi, tapi sesaat kemudian seorang pria, berusia sekitar empat puluh tahunan, datang memasuki ruangan. Dia memiliki rambut yang berwarna keabuan dan sebuah seringai terlukis di bibirnya.
Kehadiran pria ini disadari oleh gadis yang tengah berada di atas ranjang, tubuhnya gemetar ketakutan. Gadis itu mencoba untuk bergerak menjauh ke pojok, melebur tubuhnya yang terlihat tidak sehat dan kurus ke dinding di belakangnya.
Pria itu kemudian menutup pintu dan menyalakan rokok di tangannya, tidak peduli pada gadis yang tengah gemetar ketakutan di hadapannya. Dia mengulur waktu, menghisap tembakau dengan perlahan sampai seluruh rokoknya habis terbakar.
Namun, ketika dia telah selesai, pria itu menghampiri sang gadis dan memadamkan ujung rokok yang masih menyala dengan cara yang sangat tidak manusiawi.
Pria itu menggenggam tangan kecil gadis itu dan menjejakkan nyala rokok ke kulitnya yang terlihat pucat, meyebabkan gadis itu menggeliat kesakitan.
Krak!
Ponsel di tangan Torak hancur lebur. Beberapa bagian dari ponsel tersebut menjadi debu.
Itu merupakan satu dari beberapa video yang berhasil Raphael dapatkan dari rumah sakit jiwa tempat Raine dirawat selama tiga tahun.
Anak buah Torak berhasil mengembalikan beberapa adegan yang telah terhapus dan mengirimkannya ke ponselnya pagi ini. Sebenarnya, masih ada dua video lagi, tapi dia tidak berhasil melihatnya.
Luka- luka ditangan Rainne adalah disebabkan karena ini!
"Torak," Raphael memanggilnya ketika dia menyadari kalau sang Alpha tengah bertarung dengan monster di dalam dirinya yang ingin mengambil kendali dan membalaskan dendam pada orang yang telah memperlakukan Raine seperti itu.
Bulu putih mulai keluar dari setiap pori- pori Torak seraya taringnya yang memanjang. Torak akan berubah di detik berikutnya kalau dia tidak dicegah.
"Torak, temuilah Raine." Raphael menyarankan. "Untuk menenangkan dirimu dulu."
Dengan disebutkannya nama Raine, Torak menutup matanya yang telah berubah menjadi merah, mecoba untuk memenangkan pergulatan kendali akan dirinya dan membuat monster di dalam diri Torak tidak beebuat macam- macam
Torak tidak dapat menemui Raine seperti ini.
Walaupun Raine telah melihat dirinya dalam wujud sang moster, tapi Raine belum pernah melihat sisi monsternya yang brutal dan tak peduli apa yang orang katakan, monster ini sangatlah buruk.
Ketika Torak membuka matanya kembali, matanya sudah berganti menjadi hitam, sekelam malam. Monster di dalam dirinya masih belum terkendali sepenuhnya.
"Cari tahu siapa saja yang terlibat dalam hal ini dan biarkan Jason menghabisi mereka." Suara Torak lebih dalam dan serak daripada dirinya yang biasa. "Tidak. Biarkan pria itu hidup. Aku akan mengurusnya sendiri," dia berkata dengan kekejaman di dalam suaranya.
"Baiklah," Raphael menjawab dengan patuh dan bertanya masalah lain. "Dan bagaimana kamu akan menangani awak media?"
Berita mengenai Torak yang mengencani gadis di bawah umur masih berada di setiap bibir orang- orang di kota ini, karena Torak tidak mengklarifikasinya ataupun menolak berita itu, sehingga dengan cepat kabar tersebut menjadi bola panas yang bergulir.
"Biarkan mereka mengatakan apa yang mereka inginkan, tapi batasi informasi mengenai latar belakang Raine, dia tidak nyaman dengan itu. Kalau mereka berhasil mendapatkan informasi mengenai hal ini, konfrontasi petinggi di media tersebut." Torak menginstruksikan.
Namun, sebelum Raphael dapat menjawab perintah Torak, ada sebuah suara perempuan yang melengking tajam dari kejauhan. Suara tersebut terdengar samar, tapi ini merupakan panggilan untuk Torak.
Panggilan pada namanya sendiri membuat adrenaline Torak terpacu. Suara gadis yang berteriak itu diselubungi dengan horror, seolah ada sesuatu yang menakuti dirinya. Suara itu terdengar putus asa…
Bahkan sebelum pikirannya dapat memproses apa yang sebenarnya terjadi, Torak telah menabrakkan tubuhnya ke pintu hingga pintu tersebut terlepas dari engselnya. Dalam sekejap matanya berubah menjadi merah.
Monster di dalam dirinya mengambil alih.