Raine memeluk Torak dengan ragu- ragu, meletakkan tangannya yang kotor di bajunya.
[Torak, kita harus pergi ke kota Oriole.] Raphael menggunakan mind- link untuk menginformasikan Torak sambil berjalan mendekat pada sang Alpha yang masih memeluk pasangannya.
[Ada apa lagi sekarang?]
[Ada berita mengenai dirimu yang telah membawa lari Raine.]
[Omong kosong!] Torak merutuk. [Bagaimana dengan dokumen- dokumennya?]
[Seseorang tengah berusaha untuk menghalang- halangi prosesnya.]
Torak menggeram pelan yang membuat Raine terkejut. "Ayo kita kembali ke dalam, kamu harus mandi." Torak melepaskan Raine dan menggenggam tangannya, membawa dia ke mobil.
[Take care of it.]
[Baiklah. Tapi, kamu masih harus pergi ke Oriole City. sepertinya seseorang telah membuat berita secara online dan membuat harga saham kita turun, masalah ini membuat masalah diantara para pemegang saham.]
[Berani sekali mereka membuat masalah seperti ini! Tangani mereka!]
Raphael berjalan di belakang Torak sambil terus berkomunikasi dengannya melalui mind- link.
[Kita tidak bisa melakukannya dengan cara seperti itu. Lima puluh persen pemegang saham kita adalah manusia.]
Ada sebuah peraturan diantara makhluk supernatural yang tidak bisa di langgar. Mereka tidak bisa dengan sembarangan membunuh manusia atau konsekuensi dari tindakan tersebut akan sangat berat untuk dapat ditanggung.
Dengan satu aturan ini, manusia dapat terus menjaga eksistensi mereka atau kalau tidak, mereka hanya akan menjadi sejarah sejak lama.
[Atur rapat lima jam dari sekarang]
[Baik.]
Dan dengan itu, Raphael kembali sibuk dengan teleponnya.
"Kamu ingin pergi ke kota Oriole?" Torak bertanya pada Raine ketika dia membantunya untuk naik ke dalam mobil. Mereka berdua duduk di belakang sementara seorang pria mengendarai mobil tersebut.
Raine membentuk gerakan setuju dengan tangannya, tapi kemudian dia menunjukkan pada Torak bajunya yang kotor.
"Kita akan pergi setelah kamu mandi." Torak mencium kening Raine.
***
Raine meliriik jam digital di atas meja, ini menunjukkan pukul 12.30 a.m. dan dirinya tengah mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, tapi ini butuh waktu yang lama karena rambutnya yang sangat panjang.
Rambut Raine yang panjang hampir meraih pinggulnya dan sangat tebal.
Bahkan setelah Torak keluar dari kamar mandi, Raine masih duduk di depan meja riasnya.
Di detik berikutnya, hairdryer di tangan Raine sudah berpindah. "Biar aku yang melakukannya, cantik." Torak mencium leher Raine sebelum melanjutkan mengeringkan rambutnya.
Setelah Torak selesai, dia berkata dengan keriangan di dalam suaranya. "Aku menggantung baju untukmu di kamar mandi, cobalah, aku ingin melihat kamu mengenakannya."
Raine berjalan ke dalam kamar mandi sementara Torak berganti ke pakaian bisnisnya. Dia mengenakan setelan retro gelap yang lebih kelam dari langit malam. Garis leher dari setelan tersebut berkilau dengan lembut.
Dia terlihat menawan dan sempurna, wajahnya yang tampan dan bibirnya yang seksi, cukup membuat wanita mana saja menjadi gila.
Torak sangatlah sempurna dan dia adalah pasangannya. Raine berdiri di depan pintu kamar mandi, menatap Torak yang sedang mengenakan dasi abu- abunya.
"Apakah kamu sudah selesai memandangiku, my love?" tiba- tiba Torak mengangkat kepalanya dan melihat Raine di ambang pintu.
Torak sudah merasakan tatapan Raine sejak satu menit yang lalu, biasanya Torak akan merasa muak dengan cara wanita menatapnya seperti itu, tapi dengan Raine, dia merasa bangga karena dapat membuat pasangannya ini tertarik pada dirinya.
Raine terkejut dan menundukkan kepalanya dengan malu- malu. Dia tertangkap basah tengah menatapnya dan hal ini sungguh memalukan.
"Kemarilah, biarkan aku melihatmu dalam pakaian itu." Torak mengulurkan tangannya kepada Raine seraya gadis itu berjalan mendekat dan menggenggam tangannya.
Perbedaan diantara mereka berdua sangat jelas terlihat. Satu tangan yang besar dan kasar sementara yang lainnya kecil dan lembut, jari- jari Raine sangatlah kurus seolah Torak dapat mematahkannya hanya dalam sekali jentikan.
Raine mengenakan baju panjang hitam yang memiliki belahan di bagian kirinya, belahan tersebut tidak begitu tinggi dan hanya menunjukkan betis Raine serta cardigan berwarna krem sebagai luarannya.
Raine tidak terlihat begitu menyolok ataupun mewah, tapi terlihat sederhana dan karismatik, seperti halnya Torak dan gaya ini sangat cocok dengannya.
Pakaian ini memang terlihat biasa saja dan jauh dari kesan glamor, tapi orang- orang dari dunia fashion akan mendecakkan lidah mereka dengan harga kedua baju ini yang sangat luar biasa mahal.
Tentu saja, pasangannya yang manis ini pantas mendapatkan yang terbaik."
"Kamu terlihat cantik, my love," Torak berkata dengan suara yang serak, matanya terfokus pada wajah Raine yang terlihat pucat dan polos. "Kamu hanya perlu sedikit warna saja." Kemudian dia meletakkan tangannya di balik tengkuk Raine seraya menariknya mendekat sambil menahan pinggangnya.
Raine mengedipkan matanya ketika dia menatap Torak dan menutup matanya ketika Torak mencondongkan tubuhnya. Raine berasumsi Torak akan mengecup keningnya seperti yang biasa dia lakukan.
Namun, di detik berikutnya Raine dapat merasakan nafas Torak yang hangat menyapu pipinya. Dengan rasa penasaran, Raine membuka matanya dan melihat wajah Torak yang semakin dekat.
Raine membeku ketika dia melihat bibir Torak yang menyentuh bibirnya. Ini terjadi hanya dalam beberapa detik saja, ini bukan ciuman yang sebenarnya, tapi wajah Raine tetap saja memerah.
Raine menundukkan kepalanya untuk bersembunyi dari Torak, tapi tentu saja itu merupakan usaha yang sia- sia. Raine berada di dalam pelukannya dan Torak menolak untuk membiarkannya pergi. Tidak setelah Torak mengangkat dagunya dan melihat semburat merah yang menyebar di pipi gadis ini.
"Sekarang. Ini sempurna." Torak tersenyum penuh kemenangan. "Ayo kita pergi." Dia menggenggam tangan Raine dan membawanya keluar dari kamar.
Sementara Raine masih terlihat bingung, dia menyentuh bibirnya dan merasakan hatinya yang berdebar dengan kegembiraan.