Mengangkat kepalanya, Raine menatap pria di hadapannya ini yang melihat kepadanya dengan sorot mata khawatir melalui bulu matanya yang basah karena air mata.
Pipi Raine kemerahan dan dengan bibirnya yang kecil dan penuh sedikit terbuka dia menganggukkan kepalanya.
"Maukah kamu menemaniku sarapan besok pagi bersama orang- orang lainnya?"
Belinda memaksa Torak untuk memperkenalkan Raine kepada seluruh Kawanan atau paling tidak Torak harus memperkenalkan Raine pada anggota yang memiliki status tertinggi di dalam kawanan ini, karena Raine akan menjadi Luna bagi mereka suatu hari nanti dan langkah pertama yang Raine butuhkan adalah untuk melawan rasa takutnya.
Membiarkan Raine dalam rasa takutnya sendiri tidak akan membantu proses penyembuhannya, Raine butuh memilki keberanian dan bersedia keluar dari traumanya sendiri.
"Akan ada sekitar dua puluh orang yang akan hadir nanti, dan kalau kamu merasa tidak nyaman, kita dapat pergi kapanpun."
Raine menggigit bibirnya, dia merasa pelik.
Ini merupakan kali pertama bagi Torak untuk meminta sesuatu darinya dan Raine tidak ingin mengecewakan Torak, terutama setelah apa yang terjadi dan dia memaafkan Raine dengan sangat mudah.
[Apakah kamu akan ada disana?] Raine membalik ponsel ditangannya sehingga Torak dapat membaca kata- kata dilayarnya.
"Tentu saja aku akan berada disana." Torak menenangkan Raine. "Jadi, maukah kamu datang sarapan besok?"
Dengan enggan Raine menggangguk.
Besok akan menjadi pertama kalinya Kawanan ini bertemu dengan Luna mereka.
==============
Suara kicau burung- burung terdengar, bergema sepanjang dinding ketika sinar matahari membanjiri kamar tidur dan jatuh di atas wajah gadis yang tengah tertidur.
Walaupun berat badan Raine telah bertambah sedikit, tapi dia masih terlihat pucat dan kurang sehat, ditambah lagi dengan bekas- bekas luka yang berada di tangannya karena suntikan yang dilakukan secara terus menerus, luka- luka tersebut akan terlihat kalau dia menggulung lengan bajunya.
Hanya dengan melihat luka- luka tersebut Torak merasa sangat marah. Dokter telah berkata padanya untuk tidak khawatir karena bekas luka itu akan menghilang, tapi memang dibutuhkan waktu.
"Bangun…" Torak mengusap lengan Raine sambil membangunkannya, tapi bukannya bangun, Raine justru merapatkan dirinya pada tubuh Torak yang hangat. "Aku tahu kamu sudahterbangun, kenapa tidak membuka matamu?" Torak tertawa kecil sambil mencium rambut Raine.
Raine mengintip pada Torak dan melirik pada jam disebelahnya yang menunjukkan pukul 6.30 pagi, kemdudian menutup matanya kembali. Dia tidak ingin bangun.
Torak telah memberitahunya kemarin kalau mereka akan sarapan bersama beberapa orang dari mansion ini, Raine telah setuju, tapi masih enggan untuk bertemu dengan orang- orang yang tidak dia kenal.
"Kamu sudah berjanji padaku, my love." Torak mengingatkan Raine. "Apakah kamu akan mengingkari janji pertamamu yang kamu buat denganku?"
Dengan mengatakan hal tersebut, Raine membuka matanya dan mengerucutkan bibirnya dengan sangat manis.
"Jangan memberiku tatapan seperti itu." Torak tersenyum sambil mencondongkan tubuhnya dan mengecup kedua mata Raine, memaksanya menutup. "Kalau kita tidak pergi sekarang, para serigala itu akan menghabiskan makanannya. Ayolah."
Torak turun dari ranjang dan berjalan menuju lemari untuk berganti pakaian dengan sebuah polo shirt berwarna putih dan jeans.
Namun, ketika dia berjalan kembali Raine masih berada di atas ranjang, menggulung dirinya di dalam selimut.
"My love, kalau sangat sulit bagimu untuk bangun, aku tidak keberatan untuk memandikanmu." Torak menyeringai, menunjukkan senyuman menggodanya.
Dan di detik berikutnya Raine sudah berlari menuju bathroom.