Chereads / Cinta Sang Monster / Chapter 25 - AMARAH

Chapter 25 - AMARAH

Gerungan Torak penuh dengan kemarahan dan tuntutan yang menginginkan jawaban, dimana Raine tidak bisa menemukan cara untuk memberikan hal tersebut padanya. Raine ketakutan dan ingin melarikan diri dari pria di hadapannya ini.

Torak sangat marah, tidak, dia murka dan Raine ketakutan dengan apa yang Torak tunjukkan padanya. Pria ini tidak seperti orang yang dirinya ketahui beberapa menit lalu. Tidak, Raine bahkan tidak yakin kalau Torak adalah manusia.

Makhluk apa Torak ini sebenarnya? Dan apa yang akan dia lakukan kalau dia sedang marah?

Pria di hadapannya ini penuh dengan otoritas dan dominan yang membuat Raine merasa tidak nyaman. Walaupun begitu, Raine masih merasakan rasa aman yang aneh darinya. Tapi, rasa aman dan ketakutan tersebut datang dalam porsi yang sama.

Raine berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Torak yang erat, tapi hal ini justru membuat Torak menggeram dengan nada yang rendah sebagai balasan.

Torak kemudian menggulung tangan Raine yang satu lagi dan menatap dengan amarah yang menari di matanya ketika dia melihat hal yang sama di tangan Raine yang satunya.

Pemandangan yang terpampang di depan mata Torak adalah; kedua tangan Raine terdapat bintik- bintik hitam kecil yang menyelubungi kulitnya yang pucat, ini adalah sisa dari tanda berapa kali mereka telah menyuntiknya.

Pakaian yang Torak telah berikan padanya sudah pasti akan menyingkap seluruh bekas luka ini, tidak mungkin Raine dapat mengenakan pakaian itu.

Tiga tahun berada di rumah sakit jiwa merupakan hari terberat yang harus Raine alami, terutama ketika orang- orang disana tahu kalau dia dimasukkan dalam fasilitas mental tersebut bukan karena orang tua asuhnya ingin menyembuhkannya, tapi karena mereka mau menyingkirkan gadis ini.

Orang tua asuh Raine sudah merasa cukup dengan kegilaan dan kekacauan yang Raine timbulkan.

Ketika Raine takut setengah mati karena ada makhluk yang dirinya sendiri tidak tahu apa itu, dan ingin membunuhnya, biasanya Raine akan membuat keonaran dan berteriak sekuat tenaga hingga serak sampai makhluk tersebut meninggalkannya sendirian.

Entah bagaimana, mereka akan melarikan diri dengan ekspresi wajah yang kesakitan dan Raine tidak tahu kenapa, tapi dirinya pun tidak ingin mengetahui alasannya juga.

Bagi perawat- perawat dan orang- orang di rumah sakit jiwa, hal paling mudah untuk menangani Raine adalah dengan menyuntiknya. Cara ini selalu berhasil setiap saat.

Namun, dari keseringan suntikan tersebut diberikan, maka hal ini meninggalkan bekas luka yang masih terlihat di kulit Raine.

Beberapa luka sebenarnya bukanlah luka dari suntikan, tapi ada seorang perawat pria yang sangat senang membakar lengan Raine dengan puntung rokok yang masih menyala.

Pada saat Raine benar- benar tidak bicara sama sekali dan tahu kalau tidak ada satu orang pun yang akan mempercayainya, perawat pria itu mulai melakukan hal ini untuk kesenangan, untuk menghabiskan waktu kerjanya yang membosankan.

Perawat pria itu benar- benar gila.

Dia menikmati ekspresi kesakitan di wajah Raine ketika dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk protes ketika dia melakukannya.

Dan tidak ada seorangpun yang peduli pada luka- luka baru yang Raine dapatkan, bahkan tidak dengan orang tua asuhnya.

Mereka masih beberapa kali datang di tahun kedua Raine berada disana, tapi karena Raine tidak menunjukkan kemajuan apapun dan orang tua asuhnya menelantarkannya disana.

Torak tidak tahu apapun mengenai hal ini. Tapi, ketika dia matanya terfokus pada bekas- bekas luka yang menghiasi lengan Raine, dia tahu kalau sesuatu yang sangat buruk telah terjadi ketika Raine berada disana.

[Raphael!!!]

Suara sang Alpha berdenging di kepala Raphael dan membuat lycan malang itu harus menghentikan langkahnya karena kekejian di dalam suara Torak.

[Ya, Alpha.] Raphael tidak bisa untuk tidak memberikan Torak rasa hormat paling tinggi.

[Cari tahu apa yang telah terjadi pada Raine ketika dia berada di rumah sakit jiwa! Aku ingin rekaman mengenai treatment yang dia jalani disana dan setiap detail rincian mengenai semua itu! Apa kamu mengerti!?]

[Ya, Alpha.]

Dan dengan itu, hubungan komunikasi tersebut terputus dengan kasar.

Torak membutuhkan setiap sel tubuhnya untuk menaklukan monster yang sedang menggerung marah di dalam dirinya, keinginan tergelap Torak yang menginginkan darah pada saat itu juga.

Torak telah hidup ratusan tahun untuk mampu mengontrol keinginan monster di dalam dirinya ini dan dia tidak akan lepas kendali sekarang, tidak ketika dia sedang bersama dengan Raine yang sangat ketakutan.

Sang Dewi Bulan sangatlah kejam padanya, dengan caranya saat ini. Ini bukanlah pengampunan atas jiwanya yang membusuk, tapi ini adalah sebuah tantangan bagi sisi kejam dirinya.

Selene tidak hanya memberikan makhluk dengan fisik paling lemah, tapi sang Dewi telah memberikan trauma ke dalam situasi ini.

Ketakutan di dalam mata Raine menghancurkan jiwa Torak yang bobrok dan mengetahui bahwa Raine tengah takut pada dirinya, sungguh menghancurkan hati Torak.

Tidak mengindahkan protes dan usaha dari Raine untuk menjauh dari dirinya, Torak menarik Raine mendekat padanya.

Torak terlalu kuat bagi Raine untuk terus melawan.

Tangan Torak memegang pinggang Raine sementara tangannya yang satu lagi berada di pundaknya dan membuat mereka berdua sangatlah dekat.

Torak meletakkan kepalanya di antara lekukan leher Raine, menarik nafas dalam aroma tubuh gadis ini, satu- satunya hal yang dapat membuat dirinya tenang dan satu- satunya hal yang dapat meyakinkan bahwa Raine itu adalah nyata dan dia berada disana bersama Torak pada saat ini.

"Aku minta maaf karena telah membuatmu takut…" Torak bergumam di leher Raine, menyembunyikan kemarahan dan matanya yang sewarna darah.

Torak tidak pernah berada dalam keadaan sangat marah seperti ini selama beberapa decade terakhir. Memiliki kehidupan yang abadi, membuat hati Torak menjadi mati rasa dan membuatnya tidak peduli pada sekitarnya.

Namun, dengan Raine di dalam dekapannya dan sensasi dari sentuhan diantara mereka, bersamaan dengan perasaan nyaman dan hangat karena kedekatan yang terjadi, telah memberikan rasa aman yang mereka berdua butuhkan.

Tanpa diduga, tangan Raine yang kecil menepuk punggung Torak sebagai bentuk penghiburan. Raine masih sedikit gemetar Karena kemarahan Torak, tapi sepertinya Raine juga tahu kalau Torak tidak bermaksud untuk marah padanya.

Dengan isyarat kecil itu, monster di dalam diri Torak mendengkur dengan puas.

Raine mencoba untuk menenangkannya dan tangan kecilnya mengusap punggung Torak dengan lemah lembut.

Tidak peduli seberapa nyamannya Torak saat ini, dia tetap mengingat masalah penting yang harus dia lakukan.

Dengan sangat enggan, Torak melepaskan pelukan mereka, tapi sebelum itu, Torak memberikan sebuah senyuman kecil di leher Raine yang membuatnya berdiri kaku.

Sambil tertawa kecil, Torak berkata dengan mood yang lebih santai. "Kamu harus makan." Dan setelah itu dia membawa gadis kecil ini keluar dari kamar.