Shen Fanxing keluar dari lift, lalu langsung menuju Departemen Pengembangan dan Departemen Humas di lantai 21 sambil membuka jaketnya dan menentengnya di lengan. Seluruh tubuhnya dibalut pakaian bernuansa hitam dan meskipun modelnya ketinggalan zaman, jahitannya sangat halus. Setelan yang ketat menyelimuti pinggang rampingnya, sedangkan kakinya yang lurus dan jenjang dibalut celana panjang hitam yang disetrika rapi. Rambutnya dikuncir kuda tinggi dengan ikat rambut sutra hijau, melengkapi keseluruhan dandanannya yang sederhana dan profesional.
Kontur wajah Shen Fanxing benar-benar tidak menunjukkan cela sedikitpun meskipun wajahnya menunjukkan ekspresi dingin seperti biasa. Kecantikannya memang tidak bisa disangkal, namun penampilannya selalu tampak membosankan secara estetika. Ia selalu tampil dengan gaya rambut yang sama dan mengenakan beberapa merek pakaian yang nyaris selalu sama. Shen Fanxing tidak pernah mengubah dandanannya selama berbulan-bulan, bahkan setelah bertahun-tahun.
Mau secantik apapun seorang wanita, tidak akan ada yang tertarik padanya jika ia tidak berusaha untuk berdandan. Karena Shen Fanxing hanya sibuk menjadikan pekerjaan sebagai segalanya, penampilannya jadi ketinggalan zaman dan membosankan sehingga semua orang pasti perlahan-lahan kehilangan minat terhadapnya. Namun, tidak peduli bagaimana membosankannya Shen Fanxing, semua orang di lantai 21 sangat takut padanya. Departemen Pengembangan dan Departemen Humas sepertinya adalah departemen yang paling sibuk dan melelahkan, namun Shen Fanxing dapat menangani semuanya sendirian. Ia memiliki kemampuan, keberanian, dan keyakinan dari orang-orang untuk menjalankan pekerjaannya.
———
Saat irama sepatu hak tinggi Shen Fanxing yang menginjak lantai terdengar di koridor lantai 21, seluruh area kantor langsung menjadi semakin sibuk. Telepon demi telepon diangkat dengan bahasa asing, lalu para karyawan berebut maju untuk menyampaikan laporan. Mulai dari pengadaan produk manufaktur paling dasar, proses pengembangan, kecepatan produksi, pengemasan produk, berbagai promosi humas, jadwal pertemuan dan negosiasi berbagai kerja sama, hingga peluncuran produk...
Shen Fanxing berjalan menuju kantor tanpa menunjukkan ekspresi apapun dengan punggung tegak dan dagu terangkat. Meskipun ia melangkah dengan cepat, mulutnya masih bisa menjawab beberapa pertanyaan dengan lugas. Ia sudah terbiasa sejak dulu karena ini semua adalah hal yang harus selalu ia hadapi saat bekerja.
Tunggu sampai Shen Fanxing masuk ke kantornya sendiri. Begitu ia masuk, ia langsung berjalan mengitari area kantornya dan mendapati tumpukan dokumen yang menggunung hingga nyaris tak cukup dibawa dalam sekali angkat. Ia menghela napas sambil melempar tumpukan dokumen dalam pelukannya itu ke atas meja kantor. Kemudian, ia mengusap dahinya dengan sedikit tidak berdaya.
Tujuanku datang hari ini bukan untuk bekerja, tapi untuk mengundurkan diri! Apa yang sedang aku lakukan sekarang? batin Shen Fanxing. Ia menghela napas sekali lagi, kemudian menarik kursi dan menghidupkan komputer. Ia menulis surat pengunduran diri dengan santai, lalu mencetaknya. Masih ada mekanisme yang harus ia jalani dan jika Departemen Personalia bisa segera menyelesaikan pengunduran dirinya, ia tidak perlu menghadapi Su Heng lagi.
Setelah memasukkan surat pengunduran diri ke dalam amplop, Shen Fanxing langsung naik ke lantai atas dan berjalan menuju Departemen Personalia. Saat ia mengetuk pintu Departemen Personalia, dari dalam terdengar suara mendesak Manajer Departemen Personalia yang sepertinya sedang berada dekat dengan pintu. Ia pun cepat-cepat membuka pintu ruang kantor itu.