Bo Jingchuan merasakan tubuh Shen Fanxing yang bisa berpeluk erat padanya hanya dengan setengah lengan, sementara alis Shen Fanxing yang panjang dan halus terus bergerak. Tanpa sadar, Bo Jingchuan menundukkan kepalanya untuk melihat wanita di lengannya yang tampak terlalu kurus. Namun, dagunya menyentuh puncak kepala Shen Fanxing. Anak rambut wanita itu sedikit menggelitik dagunya hingga membuatnya agak gatal.
Pandangan Bo Jingchuan langsung jatuh ke leher putih Shen Fanxing yang ramping. Pakaian yang kebesaran di bagian garis leher wanita itu membuat Bo Jingchuan melihat sebagian besar kulit di dalam pakaiannya. Mata gelapnya berangsur-angsur menjadi gelap. Saat wanita di dalam pelukannya bergerak, aroma hangat tercium dari leher wanita itu hingga mengenai hidungnya. Ia pun sedikit membeku.
Saat Shen Fanxing kembali menggerakkan tubuhnya, ia merasa bahwa rasa lemas di kakinya telah membaik. Ia pun berbisik, "Terima kasih… Saya sudah membaik..."
Pikiran Bo Jingchuan sedikit tidak stabil, tapi ia masih dengan hati-hati melepaskan Shen Fanxing. Melihat wanita itu terdiam dan berhasil berdiri tegak sendiri, barulah ia menyimpan tangannya. "Masih bisa?" tanyanya.
Wajah Shen Fanxing sedikit memerah dan ia segera mengangguk. "Tidak apa-apa! Maaf, tadi kaki saya lemas," katanya.
Bo Jingchuan menipiskan bibirnya dan berkata, "Saya tahu. Kamu tidak perlu menjelaskan."
Kalimat sederhana Bo Jingchuan membuat Shen Fanxing berhenti sejenak. Sedikit kepahitan muncul di hatinya, tetapi wajahnya tetap tenang. "Terima kasih," balasnya.
Sang wanita tua turut dibuat terkejut oleh pemandangan tadi. Namun, melihat interaksi kedua orang itu sekarang, matanya yang cerah langsung memancarkan kebahagiaan dan kepuasan. Tampaknya, cucuku ini juga tidak bodoh… Apakah Bo Jingchuan lebih dari bodoh? pikirnya.
Shen Fanxing terpaku di tempatnya untuk sementara waktu dan memikirkan apa yang baru saja dikatakan Su Heng sebelum ini. Lalu, ia menoleh ke wanita tua itu dan berkata, "Nenek, ada sesuatu yang harus saya lakukan sekarang. Di mana ruang rawat Nenek? Saya akan menemani Nenek setelah saya menyelesaikan urusan saya."
"Di sana! Apakah kamu melihat pintu itu? Lain kali kamu lewat dari sini…" kata wanita tua itu sambil menunjuk ke arah ruang rawat inapnya. Namun, ia kemudian berhenti dan terbit sedikit kelicikan di matanya yang cerdas. "Kita tinggalkan nomor telepon! Ah... Aku tidak membawa ponsel!"
Lai Rong yang berdiri di samping wanita tua itu memasukkan tangan dalam saku dan menyentuh ponsel. Kemudian, ia maju ke depan dan berkata pelan, "Nyonya Besar…"
Mata wanita tua itu melayang untuk memberi peringatan. Lai Rong langsung mengerti dan mundur kembali. Lalu, ia beralih pada cucunya "Cepat, Jingchuan. Keluarkan ponselmu dan bantu aku menyimpan nomornya!"
Bo Jingchuan mengangkat alisnya. Bukannya ia tidak tahu isi pikiran wanita tua itu, tapi ia tetap mengeluarkan ponsel hitam dari sakunya dan menatap Shen Fanxing.
"183…"
Bo Jingchuan benar-benar memasukkan nomor Shen Fanxing, lalu menyimpan kembali ponselnya. Setelah mengamati tubuh Shen Fanxing yang kurus dan ramping, ia melepas jasnya dan memakaikan jas itu pada Shen Fanxing. Untuk sesaat, Shen Fanxing dikelilingi oleh suhu tubuh pria dengan aroma yang dingin dan harum.
"Pakailah. Tubuhmu terlalu dingin," kata Bo Jingchuan dengan suara datar sambil menatap mata Shen Fanxing dengan tenang.
Shen Fanxing tidak tahu mengapa hatinya melunak dan matanya sedikit memancar cerah tanpa ia sadari. Tanpa disangka, ia masih bisa bertemu dengan lelaki yang memberinya kehangatan dan kepedulian yang ia butuhkan saat ini. Ia juga akhirnya melepaskan jasnya dan mengembalikan jas itu pada Bo Jingchuan.
"Tidak apa-apa, saya akan segera kembali ke kamar. Kalau tidak, akan merepotkan juga saat mengembalikannya padamu."
"Merepotkan?" Bo Jingchuan sedikit mengernyit. "Bukannya kamu baru saja bilang bahwa kamu ingin menemani Nenek? Apakah itu hanya sebuah formalitas?"
Shen Fanxing sedikit terkejut dan segera menggelengkan kepalanya. "Saya akan pergi menemani Nenek."
Shen Fanxing menjejalkan jas di tangannya ke tangan Bo Jingchuan, mengangguk ke arahnya, lalu berbalik badan dan pergi. Sementara, ia berdiri terpaku di tempatnya dan melihat punggung Shen Fanxing yang langsing semakin menjauh. Wanita keras kepala dan acuh tak acuh itu kian lama kian menghilang dan secercah cahaya melintas di matanya yang dalam. Nenek? Panggilannya cukup manis, pikirnya.
Wanita tua itu mengangkat suara dan memanggil, "Jingchuan."
Bo Jingchuan memiringkan kepalanya dan menatap wanita tua itu. Alisnya terangkat saat ia tersenyum dengan hangat. "Ada perintah apa, Nenek?"
Wanita tua itu menunjukkan ekspresi tidak puas pada Bo Jingchuan dan menatap cucunya itu sambil mengomel, "Kamu, pohon keras kepala! Temani dia pulang!"