"Aku ingin menemui kakek," ucap Bo Jingchuan. Ia langsung memotong perkataan pelayan pribadi itu. Nada bicaranya acuh tak acuh, namun tidak ada keraguan di dalamnya.
Raut wajah pelayan itu seketika kembali menjadi tegang. Hari demi hari terlewati, awalnya ia masih mampu mengatasinya. Namun sekarang, meskipun hanya menyampaikan sebuah pesan, Tuhan mengetahui setiap kali pelayan itu berhadapan dengan Bo Jingchuan, ia memiliki tekanan yang sangat besar.
"Ini… Tuan, kakek sudah…" ucap pelayan itu terbata-bata.
Mata hitam pekat segelap malam milik Bo Jingchuan mengarah pada pelayan itu. Tatapan dingin itu membuat Pelayan Wu bergidik ketakutan.
"Tu… Tuan, tapi kakek, beliau…"
"Aku tidak meminta pendapat siapa pun sekarang," kata Bo Jingchuan. Suaranya yang dingin bagaikan es di kutub. Garis bibirnya yang tajam mengeluarkan sedikit udara dingin. Kemudian, ia berbalik dan sosoknya yang tinggi langsung berjalan menuju ke arah tangga.