"Setelah minum teh pereda pengar ini, cepatlah mandi dan istirahat," tutur Shen Fanxing.
Bo Jingchuan mendekati Shen Fanxing. Ekspresinya yang mengantuk saat ini memperlihatkan sedikit godaan di dalamnya. Ia menatap lurus kekasihnya. Mata gelapnya tampak sedalam jurang maut dengan pesona luar biasa.
"Suapi aku," ucap Bo Jingchuan.
Suara rendah dengan aroma alkohol itu membuat wajah Shen Fanxing merona. Ia pun mengambil kembali cangkir teh di atas meja, lalu menyendokkannya ke bibir Bo Jingchuan. Pria itu masih menatapnya. Matanya yang mengantuk tetap tidak menyembunyikan senyuman di wajahnya. Pria itu lalu menunduk dan menyesap teh tersebut.
"Agak pahit," kata Bo Jingchuan.
Dasar pria ini… Batin Shen Fanxing.
"Sabar… Mana ada teh yang tidak pahit," jawab Shen Fanxing.
"Sabar?" Bo Jingchuan mengerutkan keningnya. "Aku tidak ingin bersabar…"
"..." Shen Fanxing terdiam. Sepertinya dia benar-benar mabuk, batinnya.