'Kamu benar! Tapi, kenapa kamu bisa tahu? Kamu… tidak mungkin kamu hampir menjadi tunangan Annico, kan?' tanya Shen Fanxing lagi.
'Iya…'
'....Kamu jujur sekali'.
Setelah berselang lama, pesan Bo Jingchuan masuk.
'Aku merindukanmu…', tulis Bo Jingchuan.
Wajah datar dan tidak peduli Shen Fanxing yang sudah hampir seminggu bertahan di wajahnya kini berangsur memerah. Kemudian, semacam kerinduan melonjak di hatinya. Ia merindukan aroma Bo Jingchuan, merindukan hangatnya pelukannya, merindukan bisikan lembut di telinganya, dan merindukannya… Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang dan aliran darah dalam tubuhnya juga seolah turut mendidih. Ia kemudian menekan dadanya, sebelum mengulurkan tangannya untuk membalas pesan Bo Jingchuan.
'Aku juga merindukanmu…'
Bo Jingchuan menatap beberapa kata di layar ponselnya. Sudut bibirnya perlahan melengkung, namun sorot matanya justru berangsur semakin dalam.
***