"Kembali ke rumah," jawab seseorang sederhana dengan datar.
Lampu di kedua sisi jalan sesekali masuk ke dalam mobil, menyinari wajah pria yang duduk di kursi penumpang belakang. Alisnya tajam, matanya sehitam obsidian, dan bibir tipisnya sedikit mengulum. Ia tampak mulia layaknya batu giok. Tidak ada ekspresi di wajahnya, hanya ada semacam rasa tidak peduli mengalir seperti air di tubuhnya. Tidak kejam atau dingin, tetapi memberikan rasa asing yang membuat orang-orang merasa jauh ribuan mil darinya.
Mobil tersebut akhirnya berhenti di luar sebuah rumah bergaya klasik. Lampu mobil tersebut menerangi rumah yang tersembunyi dalam kegelapan. Seorang asisten turun membuka pintu belakang mobil dengan hormat. Sosok bertubuh tinggi seketika keluar dari dalam mobil, tatapannya melirik acuh tak acuh ke dalam rumah.