Shen Fanxing meletakkan sumpitnya dan membuat Yu Song memandangnya dengan curiga. Lalu, ia berkata, "Asisten Yu, tolong kembali dulu. Saya akan menghabiskan semuanya, hanya saja saya tidak suka ditatap seperti ini saat makan."
Yu Song berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Saya mengerti, Nona Shen. Pelan-pelan saja makannya. Saya akan pergi dulu."
"Baik," jawab Shen Fanxing santai, lalu menurunkan sumpitnya.
Melihat Shen Fanxing hendak berdiri, Yu Song yang masih tetap berdiri di sana segera berkata, "Nona Shen harus tetap di sini."
Shen Fanxing yang sudah setengah bangkit langsung berhenti sejenak dan kembali duduk sambil mengangkat alis. "Kalau begitu, saya tidak akan mengantarmu keluar," katanya.
Yu Song mengangguk lagi. Ia akhirnya berbalik dan melangkah keluar dari ruang rawat inap Shen Fanxing. Matanya tak lagi menunjukkan tatapan mengawasi yang waspada. Yu Song mulanya terkejut ketika saat Bo Jingchuan memintanya untuk memberikan sesuatu kepada Nona Shen. Ia belum pernah melihat tuannya itu berinisiatif untuk peduli kepada wanita asing, bahkan tampak jelas bertujuan untuk mengejarnya.
Yu Song tidak bisa menahan diri dan bertanya-tanya dalam hati. Untuk pertama kalinya, apakah keputusan Tuan kali ini tidak tergesa-gesa? pikirnya. Rasa keingintahuan tentang Shen Fanxing mulai muncul di benak Yu Song. Hanya dengan beberapa menit berinteraksi, ia bisa memahami bahwa wanita itu memiliki aura dan kelas yang sangat tinggi. Bukan tanpa alasan jika Bo Jingchuan dapat memilih Shen Fanxing.
"Masih ada waktu sampai Jumat depan. Kalian berdua berdiskusilah dan lihat apakah kita bisa bertemu dengan orang tua Su Heng."
"Hm. Aku mengerti," jawab Shen Defan dengan suara dalam. Beberapa orang jelas tidak meragukan keputusan Jiang Rongrong. Sikap dan tanggapannya juga diterima begitu saja oleh orang lain.
Yu Song sedikit mengernyit saat mendengar pembicaraan Jiang Rongrong, Shen Defan, dan Yang Liwei. Ia pun berjalan melewati mereka sambil sekilas melirik ke arah mereka. Penampilan Yu Song yang luar biasa pasti menarik perhatian beberapa orang, tetapi ia hanya sekilas melintas sehingga ketiga orang itu tidak terlalu memperhatikan.
———
Kebetulan sekali perut Shen Fanxing sangat lapar dan Bo Jingchuan mengirimkan bubur untuknya dengan tepat waktu. Karena sudah diterima, ia tidak punya alasan untuk tidak menghabiskan bubur itu dan menyenangkan dirinya sendiri. Namun, ia baru makan beberapa suap bubur saat pintu ruang rawat yang belum lama ditutup kembali terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu.
Shen Fanxing sedikit mengernyit, lalu mengangkat kepala dan melihat ke arah pintu. Wajah cantiknya yang semula tenang tanpa tekanan mendadak kembali suram saat ia melihat beberapa orang di pintu. Jiang Rongrong yang berada paling depan langsung masuk terlebih dahulu. Shen Fanxing pun tidak bisa menyembunyikan rasa jijik di matanya. Ia mengernyitkan dahi dan akhirnya melepaskan sendok kayu di tangannya. Ia tidak memiliki nafsu makan lagi.
"Fanxing, kamu baik-baik saja?" tanya Yang Liwei sambil berjalan maju dari belakang Jiang Rongrong. Ia mengenakan gaun bersulam merah dengan penutup kasa berwarna sama. Rambutnya tertata rapi dan wajahnya terawat dengan baik. Ia tampak kuat sekaligus lembut dengan nada bicara yang penuh kebaikan dan kekhawatiran.
Shen Fanxing tidak menjawab. Tidak peduli seberapa baik Yang Liwei, ia tidak mungkin bisa melayani seseorang yang membunuh ibunya. Hati Shen Fanxing kini terasa begitu sakit karena teringat akan ibunya sampai dadanya terasa sesak. Ia mengepalkan tangannya yang dingin dengan kuat dan kebencian di hatinya kian menjadi-jadi.
"Mengecewakanmu, karena aku masih belum bisa mati," tukas Shen Fanxing.
Shen Fanxing dipaksa untuk pergi ke luar negeri tiga tahun lalu. Tiga tahun kemudian, ia kembali untuk perusahaan Su Heng dan perusahaan yang ditinggalkan oleh ibunya. Ia tidak pernah berpikir untuk kembali ke rumah itu. Jika bukan karena kakek yang masih tinggal di rumah itu, seumur hidup ia tidak akan mau memiliki jejak hubungan dengan orang-orang ini.
Ketidakpedulian dan sikap dingin Shen Fanxing yang seperti biasanya membuat Shen Defan marah hingga ia menghardik, "Makhluk jahat! Kenapa kamu bersikap begitu?!"