"Kakak ipar, bukannya seharusnya kamu berbahagia untukku?" tanya Chen Youran sambil menatap mata Gu Jinchen. Entah mengapa, dia merasa mata pria itu seolah mengisyaratkan bahwa sedang mengalami pukulan yang begitu menyakitkan.
"Bahagia?" Gu Jinchen menertawakan dirinya sendiri. Lampu jalan yang berwarna kuning redup tidak bisa menutupi wajah pucatnya. "Kapan itu terjadi?"
"Dua hari yang lalu…" Chen Youran menatap Gu Jinchen dengan penasaran. Pria itu terlihat berbeda malam ini, sorot matanya seolah mengisyaratkan bahwa hatinya sangat sakit sekarang.
Ucapan Chen Youran benar-benar mengalahkan pria di depannya. Gu Jinchen terhuyung mundur dan bersandar di mobil yang ada di belakangnya. Wajahnya bahkan lebih pucat dari sebelumnya.
"Kamu…" ucap Gu Jinchen. Jantungnya berdebar-debar karena sakit dan seluruh paru-parunya terasa sesak hingga tidak bisa bernapas, seolah ingin menghancurkannya sedikit demi sedikit.