Gu Jinchen meletakkan cangkir air di meja samping tempat tidur dan berkata, "Tidak terlalu, kok…"
"Aku pikir kamu akan menendang kakak laki-lakimu keluar dari perusahaan," ucap Chen Shuna. Senyum lembut di wajahnya tampak seperti bunga krisan, anggun dan memesona.
"Aku terus mengawasinya, jadi dia tidak akan berani membuat masalah besar." Gu Jinchen memegang pipi Chen Yiyi dan merasa bahwa suhu tubuh si kecil lebih baik dibandingkan ketika berada di rumah sakit pada sore hari tadi.
"Itu benar…" Chen Shuna mengangguk dan setuju dengan pernyataannya.
Dering ponsel yang tiba-tiba terdengar mengganggu keheningan ruangan itu. Gu Jinchen mengeluarkan ponselnya dari sakunya, melihat layar sejenak, lalu berjalan keluar dari ruangan. Dia berdiri di koridor luar dan menghubungkan sambungan telepon tersebut.